11

179 29 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

•Ganti Ramuan•

Ana menatap muridnya dengan helaan napas berat. Yang ditatap menunduk takut. Pasalnya, dia sama sekali tidak mengumpulkan tugas. Dari awal pertemuan hingga hari ini.

Ana sebagai pengganti guru yang mengajar di kelas itu merasa kesal sendiri. Jika begini, apa yang harus Ana isi dibuku nilai? Kosong? Itu tidak mungkin!

"Jadi ini bagaimana?" Ana menatap muridnya lekat. "Yang harus saya isi dibuku nilai apa?"

"Kamu nggak pernah buat tugas dari sebelum-sebelumnya, loh. Nggak mungkin dong, saya buat kosong juga?"

Murid yang berdiri kaku dihadapan Ana memasang wajah melas. Dia sadar ini memang salahnya, jadi membuat pembelaan atau mengarang alasan pun rasanya percuma.

"Kamu mau saya kasih nilai berapa?" tanya Ana pada akhirnya.

"Terserah Ibu, aja," jawabnya dengan pelan.

"Berapa?" tanya Ana lagi.

"Terserah Ibu, aja. Tapi jangan dibawah KKM, ya, Bu?" Ana menghela napas. Ingin rasanya ia berteriak kepada murid badung nya ini.

"Ya, berapa?"

Murid yang berjenis kelamin perempuan itu diam. Dalam hati ingin nilai tinggi. Diatas 85 minimal. Tapi mengingat kelakuannya yang tidak mengumpul tugas, membuatnya tidak berani bersuara.

Seluruh kelas pun hening. Mereka menyimak interaksi guru dan murid di muka kelas.

"Pas KKM, aja, Bu."

"Oke. Saya kasih kamu pas KKM, 75, tapi lain kali kalau masih diulangi, saya tidak akan beri toleransi lagi. Paham?!" ujar Ana sembari menulis angka 75 di buku nilai, tepat pada nama murid itu.

Setelah mempersilakannya kembali duduk. Ana beranjak. Berdiri depan kelas dan memperingati setiap muridnya tentang nilai tugas yang pasti akan berpengaruh terhadap nilai rapor.

Setelah selesai, Ana pamit undur diri. Jam mengajarnya sudah habis. Dan Ana tidak ingin berlama-lama disini karena tidak ingin emosinya memuncak.

Meskipun hanya seorang guru magang, Ana merasa harus melakukannya dengan totalitas. Apalagi pamong Ana memberi amanat penuh.

Setelah insiden di kelas. Ana duduk diam di kantor. Tidak beranjak kemana-mana. Tangannya sibuk memainkan Hp dan pikirannya melayang jauh. Memikirkan banyak hal.

Payudaranya yang tidak mengalami perubahan apapun. Nafsu makan yang semakin berkurang. Badan semakin kurus, walau body masih oke. Dan mudah lelah.

Ana tidak tahu ia mudah lelah karena aktifitasnya atau karena yang bersemayam di payudaranya. Yang jelas Ana kurang nyaman dengan semua itu.

Baru beberapa bulan saja sudah membuat Ana hampir menyerah. Semangatnya perlahan memudar. Apalagi tidak adanya dukungan dari Ibu.

ANNA [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang