Gambar Happy Readingnya gak bisa diupload, karena jaringan yang naudzubillah..
Happy Reading...
...
•Ana VS Srihar•
Ditengah malam yang sunyi. Ana menahan isak tangis. Menelungkup di ranjang dengan tubuh tertutup selimut seluruhnya. Ia menenggelamkan wajah di bantal. Kedua tangannya meremas guling hingga sarungnya menjadi lebih kusut.
Bahunya bergetar pelan. Ia berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Meski semuanya sia-sia, karena disaat seperti ini, suara sekecil apapun akan tetap terdengar keras.
Ana tidak peduli, ia hanya berharap penghuni rumah sudah terlelap dalam mimpi indah masing-masing. Sungguh, ia tidak mampu lagi menahan lelehan air matanya.
Setelah sore tadi ia menangis, ia berpikir tangis itu akan berhenti dan tidak berlanjut. Tapi dirinya salah, ternyata malam ini, ketika ingatannya memutar kejadian bersama Srihar. Air matanya kembali turun. Dadanya terasa sesak. Napasnya pun tersengal saking menahan semuanya.
Kepalanya berpikir keras. Mengingat segala sesuatu yang bersangkutan dengan sang Ibu maupun sang Adik. Ana menemukan garis merah yang saling melilit, lalu ada garis biru yang tampak sedikit. Kemudian, ia memegang kepalanya. Menekan dan membuat bayang-bayang garis itu menghilang.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Ana bangkit. Ia duduk di ranjang sesaat lalu beranjak. Berpindah ke meja belajar dan mengambil sebuah notebook serta pena dengan tinta warna biru, kesukaannya.
Masih dengan deraian air mata, Ana menggerakkan penanya. Membuat huruf-huruf menjadi kata, menjadi kalimat, hingga paragraf. Dengan masih tetap memutar ingatannya.
"Mama, maafin Ana, ya," ujarnya dengan lirih.
Ana terus menangis hingga ia menyelesaikan kegiatannya. Lalu, Ana kembali ke ranjang, merebahkan diri dan berusaha terlelap.
...
Ana keluar dari kamar mandi. Ia mengambil segelas air mineral dan menenggaknya hingga tandas. Hari ini ia belum berangkat PKL, masih memulihkan kondisi tubuhnya yang semakin pucat.
Kulit Ana yang biasanya putih merona, kini menjadi putih pucat. Wajahnya pun sama, tampak menjadi agak menyeramkan. Apalagi kantung mata Ana, membuatnya seperti mayat.
Ana duduk di ruang tengah. Menatap televisi yang sedang menayangkan serial Kiko, kesukaan Alena.
Ngomong-ngomong, gadis kecil itu sedang duduk dilantai sembari memainkan Lego. Meskipun matanya melirik ke televisi.
"Kalo nonton ya nonton, aja, Al." Alena menoleh. Ia tertawa mendengar ucapan Ana.
"Alena maunya bareng-bareng," jawabnya kemudian.
Ana hanya terkekeh, kemudian membiarkan sang Adik bermain sendiri.
Ketika Ana sedang asik menikmati pemandangan Alena yang bermain Lego dengan Kiko yang berceloteh sendiri di telivisi, Srihar muncul. Ibunya baru saja dari luar. Mungkin tempat tetangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA [completed]
ChickLitBudayakan follow sebelum membaca :) -ANNA- Jika saja hari itu Ana nekat. Jika saja hari itu semuanya setuju. Jika saja hari ini terjadi pada hari yang lalu. Mungkin tidak akan seburuk ini. Mungkin tidak akan ada keramaian tanpa undangan. Mungkin. Se...