...
•Go Home!•
Anisa memperhatikan suster yang sedang memeriksa kondisi Ana. Ini adalah hari ke-4 setelah hari operasi.
Waktu masih pagi ketika para suster itu datang. Mereka memeriksa tensi Ana, mengganti perban, memeriksa infus, serta melihat kondisi Ana menyeluruh. Memastikan kapan Ana bisa segera keluar dari Rumah Sakit.
Kemarin tensi Ana berada di angka 98. Tetapi pagi ini turun menjadi 92, dalam hati Anisa berpikir pasti belum boleh pulang. Mengingat Ana masih membutuhkan cairan yang kini terus menetes, mengalir ke tubuhnya. Infus.
Setelah selesai pun, para suster itu melenggang pergi begitu saja. Tidak mengatakan kapan Ana bisa pulang. Apakah hari ini, besok, atau mungkin lusa?
Untuk mengantisipasi Anisa pun memilih menghubungi Akbar. Bahwa kemungkinan besarnya Ana belum bisa kembali ke rumah.
Akbar pulang dari Rumah Sakit pada Senin sore. Katanya ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan lebih lama. Karena bagaimana pun ia harus rapat kesana kemari. Mengurus ini dan itu.
Sedangkan Handoko. Lelaki yang umurnya hampir setengah abad itu, pergi membeli sarapan untuknya dan Anisa. Karena Ana sudah mendapat jatah makan dari Rumah Sakit.
"Belum dikasih tau pulangnya, ya, An?" tanya Ana ketika pintu kamar Anggrek sudah tertutup.
"Belum. Palingan juga besok kalo gak lusa. Tensi mu aja turun, kok," jawab Anisa tanpa mengalihkan pandangannya dari Hp. Ia sedang melihat vidio-vidio pendek di Instagram.
"Aku udah bosen disini." Ana merengek. Wajahnya tampak tersiksa karena tidak bisa kemana-mana. Apalagi infusnya sering kali menyedot darah.
Eh, kayak vampire aja. Maksudnya tuh, darahnya naik. Paham gak, sih? Paham aja, ya.😂
"Gak usah kayak bocil, deh." Anisa memutar bola mata, jengah. Sudah sejak semalam Ana bersikap demikian.
"Bosen tau, An. Gak bisa kemana-mana," kesal Ana dengan bibir yang ditekuk ke bawah.
Anisa yang kini sedang duduk di tepi brangkar. Menatap sang Kakak dengan sebal.
"Ya tinggal jalan-jalan. Bawa tuh infusnya kemana-mana, kan, bisa," sahutnya enteng.
"Ribet banget, sih!"
"Yaudah dilepas, aja."
"Mau ngerjain aku? Yang ada aku diseret kayak pasien sakit jiwa!" Anisa terkekeh mendengar penuturan Kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNA [completed]
ChickLitBudayakan follow sebelum membaca :) -ANNA- Jika saja hari itu Ana nekat. Jika saja hari itu semuanya setuju. Jika saja hari ini terjadi pada hari yang lalu. Mungkin tidak akan seburuk ini. Mungkin tidak akan ada keramaian tanpa undangan. Mungkin. Se...