12| Appa

397 28 0
                                    

Happy reading

---

Pria yang baru saja menyambut kedatangan anak semata wayangnya itu adalah Park Hyungsik. Ayahnya Park Jimin yang sampai saat ini masih dalam keadaan sehat. Walaupun umurnya sudah menginjak 55 tahun.

"Kau sudah lama sekali tidak menjenguk ku. Apa kau tidak rindu dengan Appa mu ini, hm?"

Jimin berjalan dan memeluk sebentar sang ayah kandungnya yang sampai saat ini masih menemaninya. Bagaimana pun ayahnya ini yang sudah menemaninya hingga dia sesukses ini. Kalau kalian ingin tahu kemana ibu Jimin. Ibu Jimin sudah meninggal dunia. Yang Jimin tahu hanya itu.

"Aku sangat merindukanmu, Appa."

"Anak manja."

Yang berbicara tadi bukan ayahnya Jimin melainkan si muka pucat bak mayat yang ada di samping Jimin ini. Susah deh urusannya kalo udah sama manusia es.

"Waa!!! Jimin- ssi!!!!"

"Aku ini Hyung mu Jeon!"

"Mian, aku hanya bercanda."

Mereka semua yang ada di ruang keluarga itu tertawa, termasuk Seokjin yang dari tadi berada di ruang keluarga itu.

Melewati hari yang begitu sunyi bersama bintang yang berkelap-kelip. Pohon-pohon besar pun juga menemani Jimin dengan terpaan angin yang berhembus mengenai daun maupun pohon.

Jimin sedang berada di balkon kamar kesayangan nya ini yang sudah beberapa bulan tidak dia kunjungi. Untungnya Maid-maid disini rajin membersihkan seluruh Mansion ini, sehingga tetap terjaga kebersihannya. Dia sedang melanjutkan kerjaannya yang mendadak harus di kirimkan malam ini juga. Waktu sudah sangat larut sebenarnya.

"Hhhh...aku melihatmu, bodoh." Ucap Jimin dalam hati.

Sepertinya Jimin melihat ada seseorang orang di bawah sana sedang mengintai mansion besarnya ini. Jimin itu orangnya peka akan keadaan, jadi jangan salah sangka jika dia bisa tahu jika ada orang yang mengintainya di sana. Walaupun, orang itu jauh dari jangkauan.

...

Yena baru saja sampai di rumah nya ini. Tidak biasanya dia pulang ke rumah selarut ini. Hari yang melelahkan. Yena kira dia di kantor hanya sebentar, gak taunya dia harus menunggu barang yang lain juga sampai dengan aman ke gudang perusahaan nya. Lalu, dia harus mencatat semua pemasukan yang ada di sana.

Jika kalian bertanya, kenapa tidak menyuruh karyawan yang lain? Jawabannya, karena ini perintah dari sang ayahnya. Mana bisa menolak jika sudah Tuan Kim yang menyuruh nya.

"Ahh, aku lelah sekali. Sial." Umpat Yena.

Udara di kamar Yena yang sejuk mampu membuat Yena menenangkan pikiran, apalagi di tambah dengan lilin aromaterapi Lavender nya itu. Sampai-sampai dia mengingat suatu kejadian.

.

.

"Yena- ya! Eomma tidak bisa terselamatkan." Ucap seseorang yang biasa di panggil dengan sebutan Appa.

The Strongest MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang