36| Who is he?

276 21 0
                                    

Happy reading

---

Ceklek...

Suara pintu yang kini terbuka. Ia masuk kedalam dengan senyuman yang terus merekah di bibirnya itu. Tangannya yang menenteng bungkusan makanan yang nantinya akan di makan bersama.

"Jiminie, apa kau sudah sehat?" Tanya nya dengan penuh kebahagiaan.

"Jin Hyung, aku sudah sehat. Bahkan dokter bilang besok pun aku sudah di perbolehkan pulang." Ucap girang Jimin.

"Wahh, benarkah? Aku akan menjemputmu besok." Ujar Seokjin.

Seokjin menaruh bungkusan makanannya pada meja yang hanya ada beberapa botol minuman. Sepertinya itu milik Yena.

"Yena- ssi, apa kau tidak bosan mengurusi anak manja seperti, Park Jimin?" Tanya Seokjin dengan kekehan kecilnya.

"Tidak, dia bahkan semakin hari semakin membuatku jatuh hati." Balas Yena terang-terangan. Lagi pula kenapa harus malu? Seokjin sudah cukup lama mengenal Jimin maupun Yena.

"Wahh, ada apa dengan kalian?" Tanya Seokjin heran.

Jimin yang dengan penuh kepercayaan dirinya itu menunjukkan cincin tunangannya. Lantas Seokjin yang paham pun terkejut.

"Yakk, really? Kau benar-benar tidak sabaran, Jim." Seokjin hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Terlalu lama jika aku harus keluar Rumah Sakit dulu, Hyung." Balas Jimin yang kini berjalan mendekati Seokjin dan Yena yang tengah mengeluarkan bungkusan yang tadi Seokjin bawa.

Jimin ikut bergabung duduk di sofa yang cukup besar itu untuk makan bersama. Untungnya ia sudah di perbolehkan memakan makanan luar.

Kembali, ke Kim Yena yang kini menatap Seokjin dan Jimin dengan tatapan bingung. Apakah ini sudah di rencanakan oleh mereka berdua? Tanya nya dalam pikirannya.

"Apakah kalian sudah me-rancanakan ini semua?" Akhirnya Yena bertanya karena saking penasarannya.

"Ya, Jimin bilang ia akan melamar mu setelah keluar dari Rumah Sakit. Dia bercerita bahwa ia akan melamar mu di sebuah gedung hotel yang sangat mewah dan itu hanya ada kalian berdua." Jelas Seokjin yang hampir saja di timpuk dengan sendok oleh Jimin.

"Jinjjayo?? Wahh, Jimin- ah. Ahahahh." Kali ini Yena malah menertawakan Jimin.

"Apakah aku salah? Apa kau tak suka jika aku ajak dinner di sebuah hotel mewah?" Tanya Jimin heran.

"Tidak, bukan seperti itu. Tapi, kenapa kau melamar ku sekarang? Apa kau takut aku akan di ambil orang lain?" Tanya Yena terheran-heran.

Raut wajah Jimin berubah menjadi jengkel karena melihat dua manusia ini malah memojokinya.

"Sudah-sudah, aku sudah puas membuat Jimin badmood. Jadi lebih baik sekarang kita makan makanannya." Ujar Seokjin.

Akhirnya mereka pun menghentikan acara mengejek Jimin, dan kini di sambung dengan makan siang atau bahkan makan sore? Entahlah.

The Strongest MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang