8| Nightmare

450 38 2
                                    

Happy reading

---

Di sebuah mansion yang lumayan besar.

Ada seorang anak kecil berusia 6 tahun yang sedang melukis di kamar serba pink nya itu. Dia anak yang sangat ceria dan juga manja seperti anak kecil pada umumnya.

"Yena sayang, ayok kita makan siang dulu. Appa dan oppa mu sudah menunggu di meja makan."

"Ne, eomma."

Mereka berdua pun turun kebawah menuju ke meja makan yang sudah ada appa dan oppanya di sana. Ahjumma yang sudah menghidangkan berbagai makanan pun segera menuju ke dapur.

"Eomma, apa Jimin oppa tidak boleh makan bersama?"

Appa Yena Yang mendengar itu segera menjawab pertanyaan dari Yena, sebelum istrinya itu menjawab dengan lembut.

"Yena, dia itu hanya anak pembantu disini. Biarkan dia makan dengan ibunya dan juga ayahnya sendiri di belakang."

Yena langsung terdiam menatap makanan yang sudah di hidangkan oleh ahjumma a.k.a ibunya Jimin. Jika Appa Yena tidak libur hari ini sudah pasti dia sedang makan siang bersama dengan eomma, Taehyung oppa, dan juga Jimin oppa.

"Sudah Yena makan saja, Sepertinya juga Jimin belum pulang sekolah. Tadi dia bilang ke oppa katanya dia sedang mengerjakan tugas tambahan."Taehyung mencoba mencairkan suasana

Yena pun menuruti kata Taehyung dan langsung makan makanan yang sudah di pilihkan oleh eommanya.

...

"Ahh, ini sudah malam. Pasti Jimin oppa ada di kamarnya." Yena berjalan dari kamarnya menuju ke kamar yang berada di belakang rumahnya ini dengan kertas yang berisi lukisan.

Tok..tok..

Tok..tok..

"Jimin oppa, apakah ada di dalam?"

Tidak ada sahutan dari dalam. Lalu, Yena pergi dari kamar Jimin dan tidak sengaja mendengar suara teriakan dari ruang tamu. Dia segera menghampiri, dan melihat ada ibu Jimin, ayah Jimin  dan juga Jimin oppanya itu sedang berlutut di depan appanya. Taehyung  yang melihat Yena di balik dinding sambil menatap pertikaian di ruang tamu langsung menyamperi Yena untuk membawa Yena ke dalam kamar.

"Yena, ayok kita ke kamar."

"Tidak, oppa. Aku ingin melihat Jimin oppa, dia dan keluarganya kenapa berlutut di depan appa?"

"Yena, ini tidak baik untuk anak kecil."

"Tetapi, Jimin oppa juga masih kecil. Ayok kita ajak Jimin oppa ke kamar."

Taehyung akhirnya menyerah, dan menemani Yena melihat pertikaian yang ada di ruang tamu. Umur  Taehyung juga masih terlalu dini untuk melihat yang seperti ini. Jadi, dia hanya mengikuti saja.

"Hey!! Hyungsik. Dengar saya! Kenapa kau selalu saja merusak dan gegabah sopir BODOH?" Suara pria yang belum terlalu tua itu menggelegar di ruang tamu. Dengan tangannya yang sambil menjambak rambut sopirnya itu dengan keras, sehingga ia mendongak. Jimin dan ibunya sudah menangis tak tega melihat sang kepala keluarganya di perlakukan kasar oleh majikannya.

"Ini sudah kesekian kalinya anda merusak dan tidak mentaati peraturan saya."Jambakan di tangannya semakin mengeras, sehingga yang di Jambak pun meringis.

Yena dan Taehyung yang melihat itu pun hanya terdiam tidak bisa melakukan apapun, karena ini baru pertama kalinya Yena dan Taehyung melihat Appanya yang sangat kejam. Mereka berdua melihat Jimin yang sudah menangis kejar sambil di peluk oleh ibunya.

"Kenapa appa sangat jahat dengan keluarga Jimin oppa?"

"Yena, lebih baik kita ke kamar." Taehyung menarik tangan Yena sambil menutupi mata Yena yang sudah basah dengan air matanya. Tetapi, Yena melepas genggaman Taehyung dan berlari menuju ruang tamu. Lalu, saat sedang berlari Yena melihat appanya mengeluarkan pistol dan Yena berhenti berlari saat pistol itu mengarah ke Jimin. Lukisan yang dia buat juga terkena air matanya sehingga lukisan itu menjadi luntur. Tidak di sangka Tuan Kim itu melakukan hal ini.


Dan...

Dorrr....

"Aaannddweeee.....hah...hah...hah..."

...

Jimin yang berada di meja makan dengan namjoon pun mendengar suara teriakan dari kamar Jimin. Mereka berdua pun berlari menuju kamar Jimin yang sudah pasti ada seorang gadis sedang tidur. Jimin memasukan pass code kamarnya itu, dan langsung melesat kedalam.

"Apa ada masalah?" Tanya Jimin panik.

Jimin terkejut melihat Yena sangat berantakan, dan langsung menghampiri Yena. Kedua Tangan Yena bergemetar sambil menutup telinga, keringat yang bercucuran di wajah di tambah dengan air mata yang mengalir dan juga ranjang yang berantakan.

"Namjoon tolong batalkan rapat ku hari ini."

Namjoon pun mengangguk dan langsung meninggalkan kamar Jimin untuk menelpon orang kantor.

"Apa kau baik-baik saja?" Jimin mendekat ke arah ranjang dan duduk di tepi ranjang.

"T-tolong p-peluk a-aku, sek-arang." Pinta Yena dengan suara yang bergemetar, dengan kedua tangan yang masih menutup telinga dan juga air mata yang tidak mau berhenti keluar.

Jimin yang mendengar permintaan Yena pun mendekatkan dirinya dan melebarkan tangannya untuk memeluk Yena. Di peluknya Yena dengan lembut dan juga mengelus-elus punggung Yena agar sang gadis merasa tenang. Di saat itu juga suara tangisan mereda dan juga tangan yang berada di telinga itu sudah turun menyentuh dada bidang Jimin. Yena tertidur, dengan mata sembabnya. Jimin menidurkan kembali Yena ke ranjangnya, lalu ia menghapus bekas air mata Yena yang masih tersisa. Menarik selimut sampai ke bagian leher Yena agar sang gadis tidak kedinginan.

Jimin menatap dalam wajah Yena. Detik itu juga ada terlintas di pikirannya. "Apakah kita dulu pernah bertemu?" Gumam Jimin sambil membenarkan rambut Yena yang berantakan.

"Jiminie, apakah perlu ku panggilkan dokter?"Namjoon masuk ke dalam kamar Jimin.

"Ya, tolong panggilkan dokter pribadiku saja, Hyung." Di balas anggukan dengan Namjoon, lalu pintu kamar sudah tertutup rapat kembali. Dan Jimin pun kembali menatap Yena mencoba mengingat kembali, apakah gadis ini pernah bertemunya dulu? Tetapi, dimana dan juga kapan?

Jimin seperti sudah mengenal Yena sangat lama dan juga Yena seperti tidak asing baginya. Jimin merasa di tarik oleh gadis ini. Itu aneh.

"Apakah aku harus bertanya dengannya tentang masa lalu keluarga ku dulu?"

End...

Yuhuu!! Update lagi wkwkwk!

Jangan lupa Vote✔️

Shintaera 💜

The Strongest MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang