23. Tetangga

4.9K 279 0
                                    

Naura sedang mendapat penanganan langsung dari dokter, sementara Nugra dan ketiga teman Naura menunggu didepan ruangan.

"Gue mau nelfon mas Aksara, tapi gue takut nih.." ucap Hasna mengernyitkan keningnya, mondar-mandir di koridor rumah sakit.

"Udah, buruan telfon Na, dia suaminya berhak tau. Nanti kalo ada apa² bisa kita yang salah kalo nggak kabarin." tegur Ifa.

"I-iya iya gue telfon."

Hasna mengeluarkan ponsel Naura dari tas nya, dan menelpon sebuah nomor yang tertuliskan "Mas Aksara❤" ia menekan tombol panggilan dan..

"Halo, Assalamualaikum sayang." terdengar suara dari arah telepon.

"Mas Aksara.."

"Lho, ini siapa? Sepertinya bukan suara Naura."

"Mas, maaf ini Hasna."

"Kenapa Hasna? Kenapa handphone Naura bisa sama kamu?"

"Maaf mas, kita lagi makan di cafe tadi, terus tiba² Naura pingsan."

"Apa? Dimana Naura sekarang?"

"Kita di RS Pelita Harapan mas, Naura udah lagi ditanganin sama do *tuutt tuutt*

Belum selesai Hasna bicara, tapi sambungan telepon sudah dimatikan oleh Aksa.

Aksa melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia mengklakson setiap kendaraan yang menjebak dirinya dalam riuhnya jalan raya. Ia cemas dan khawatir dengan keadaan Naura. Ia sampai dihalaman rumah sakit Pelita Harapan, ia lantas memarkirkan mobil dan berlari menuju resepsionis.

"Permisi sus, atas nama Naura syifa dikamar apa?"

"Sebentar pak, Ada di ruang Melati III mas. Lantai 3 sebelah kanan ujung."

"Terimakasih." Aksa langsung berlari menuju lift yang tersedia, ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dan menemukan kamar Naura.

"Hasna!" panggil Aksa.

"Mas Aksa"

"Dimana istri saya?"

"Na-naura di dalem mas, lagi diperiksa dokter. Kita nggak boleh masuk."

"Kenapa Naura bisa pingsan?"

"Maaf mas, kita nggak tau kejadiannya kayak gini, karena dari awal ke butik Naura biasa² aja, sehat, ceria kayak biasanya kok." terang Hasna menjelaskan.

Aksa berputar² d menundukkan kepalanya pada dinding.

"Keluarga pasien." suara dokter itu menghempas lamunan Aksa.

"Saya dok, saya suaminya. Gimana istri saya dok?" Aksa panik, ingin segera tahu keadaan istrinya.

"Maaf pak, istri bapak nggak apa-apa, dia cuma kelelahan aja, mungkin terlalu banyak kegiatan."

Astagaa.. Aksa menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Terimakasih dok,"

"Sama² pak, saya permisi dulu." dokter berjalan menjauhi ruangan Naura, Aksa dan teman² Naura segera masuk kedalam ruangan.

Aksa membuka pintu dan mendapati istrinya terbaring diatas brankar

"Mas Aksa, maaf.." ucap Naura lirih

"Gak apa², kamu baik-baik aja kan?" Naura mengangguk

"Aku baik² aja mas." syukurlah, Aksa bernafas dengan tenang dan mengusap kepala Naura.

"Temen² makasih yaa udah bawa aku kesini."

"Sama-sama Ra, tadi Mas Nugra yang bantuin lo." ucap Hasna.

"Oh, makasih banyak mas Nugra."

"Sama² Naura.

***

Naura merapikan pakaian loreng itu ditubuh Aksa, dengan pelan ia mengancingkan satu persatu kancingnya, kemudian beralih merapikan krah bajunya.

"Sayang, saya berangkat ya. Kamu jaga diri baik-baik dirumah, telepon saya kalau ada apa²." Naura mengangguk, Aksa mencium pucuk kepala Naura dan beranjak pergi dari rumah.

Naura syifa POV

Siang ini panas terasa sangat terik, aku memilih menghabiskan waktu untuk bermain ke rumah mbak Vika, tetangga sebelahku, aku memakai sweaterku dan berjalan kerumah tetanggaku.

"Aishaa.." aku menghampiri Aisha yang sedang bermain pasir-pasiran dihalaman rumah.

"Tante."

"Aisha, mama ada dirumah?"

"Ada." - "mamaaa, ada tante." teriak gadis kecil disampingku. Mba Vika muncul dari balik pintu dan menyambutku dengan senyuman.

"Eh Naura, mari masuk." aku menurutinya dan masuk kedalam rumah.

"Lagi ngapain mba? Naura ganggu ya? Maaf ya mba."

"Eh eh.. Engga kok, ini, aku cuma lagi masak aja. Udah mau selesai kok."

"Aduh mba, ganggu banget aku, jadi ngga enak."

"Enggak kok Naura, sama sekali gak ganggu. Eh kamu udah makan belum?"

"Belum mba, nanti aja kalau mas Aksa pulang."

"Lhoo kan Aksa pulang sore, ini kan siang. Makan bareng ya."

"Ta--" - "Jangan ditolak. Pamali loh." mba Vika sontak memotong ucapanku yang belum selesai, aku terpaksa meng-iyakan ajakan makannya.

Before You (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang