24. Sebuah rencana(?)

5K 290 0
                                    

Aksa sedang menyantap makan malamnya di meja, hari ini, ia pulang agak terlambat karena ada pekerjaan yang harus selesai dihari itu juga.

"Mas, ternyata.. Mbak Vika kasihan ya."

"Vika?" tanya Aksa menaikkan salah satu alisnya.

"Iya, mbak Vika istrinya Sertu Fandi."

"Ooh.. Kenapa dia?"

"Mm, tadi siang aku main kerumahnya, terus ngobrol² gitu. Ternyata dia tu dapetin Aisha lama mas, sampe nunggu 3th, trus juga hamilnya sempet bermasalah ktanya dulu ddj (detak jantung janin) lemah, terus bbj (berat badan janin) rendah. Yaa gitu lah pokoknya dia cerita."

"Hmm.. Iya sayang, yaa kita do'akan aja semoga Aisha sehat² terus, yah" jawab Aksa mengusap kepala Naura.

"Aamiin.."

Aksa menyelesaikan kegiatan makannya dan beranjak ke kamar mandi untuk cuci tangan dan kaki, kemudian menggosok gigi. Sementara Naura sudah lebih dulu masuk kedalam kamar beberapa menit yang lalu.

Aksa masuk kedalam kamar dan mendapati istrinya sudah tertidur menghadap selatan, membelakangi posisi tidur dirinya, ia pun segera naik ke atas kasur dan berbaring.

"Kenapa belum tidur?" tanya Aksa saat melihat Naura menoleh ke arahnya.

"Belum ngantuk." balasnya singkat.

"Ada apa? Kamu kaya lagi mikirin sesuatu." Naura pun mengangguk lemas.

"Kenapa? Coba cerita." Aksa membalikkan tubuh Naura agar berhadapan dengannya.

"Aku.. Pengin hamil mas." Mata Aksa sontak membulat sempurna dan tertawa mendengar ucapan istrinya.

"Ishh!!" Naura membalikkan badannya kembali memunggungi posisi Aksa. Dalam hatinya bergemuruh, pipinya memanas, ia merasa tersinggung dengan tawa Aksa.

"Sayang, kok gitu sih.. Kenapa?" Naura hanya diam tak bergeming, hatinya merasa sakit, apa pernyataannya salah? Apa keinginannya untuk hamil salah?
Batinnya dalam hati.

"Nauraa.." panggil Aksa lembut. "Kenapa kamu marah?"

"Apa salahnya seorang istri punya keinginan untuk hamil mas?!"

"Nggak ada yang salah Ra, nggak ada.."

"Terus kenapa mas ketawa?" bulir airmata mulai menetes sehingga membuat surara Naura sedikit terisak. "Kamu nangis?" Aksa buru-buru membalikkan badan Naura dan mengusap air matanya.

"Maaf Naura, saya nggak bermaksud, saya tertawa karna saya pikir itu lucu, kenapa kamu harus menyebutkan kalau kamu pengin hamil? Kita sudah menikah, dan pasti kamu akan hamil, jadi untuk apa kamu tanyakan sesuatu yang lumrahnya sudah pasti kamu akan alami?"

Naura terdiam sejenak, namun air mata itu masih menetes dari sudut matanya.
"Udah, jangan nangis ya. Saya minta maaf." Naura mengangguk.

"Jadi, ngga papa?" tanya Naura dengan polosnya, yang membuat Aksa tersenyum, "Tentu boleh sayang, sangat boleh." Naura ikut tersenyum melihat ekspresi wajah Aksa.

"Kamu mau kita punya anak berapa?"

"Tiga." jawab Naura enteng. "Jangankan 3, aku bisa kasih kamu 5, bahkan 9 anak kalau kamu sanggup."

"Iihh mas." Naura memukul pelan dada Aksa sampai mereka berdua tertawa konyol dengan tingkah masing-masing.

"Jadi, apa kita akan membuat anak pertama kita sekarang?" tanya Aksa dengan nada menggoda. Mata Naura melotot mendengarnya, ia buru-buru menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut agar tak di terkam Aksa.

"Hey sayang, ayolah. Ini bukan ide buruk untuk mulai membuat anak kita yang pertama." Lagi-lagi Aksa menggoda istrinya dan menarik selimut yang menutupi tubuh Naura, mereka pun awalnya hanya tertawa-tertawa sampai akhirnya membenamkan diri dalam riuhnya kamar mereka sampai pukul 2 dinihari.

" Lagi-lagi Aksa menggoda istrinya dan menarik selimut yang menutupi tubuh Naura, mereka pun awalnya hanya tertawa-tertawa sampai akhirnya membenamkan diri dalam riuhnya kamar mereka sampai pukul 2 dinihari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Before You (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang