29. Kecewa

7.5K 353 0
                                    

😭😭😭
Kok Aksa gitu yaaa guys 😭😭😭

***

Dian dan Samsudin terkejut ketika melihat putrinya datang kerumahnya tanpa mengucap sepatah katapun. Naura jalan melengos tanpa berbicara kepada penghuni rumah, bahkan mengucap salam pun tidak.

"Kenapa ya Yah?" tanya Dian pada suaminya

"Nggak tau, ayo kita susul." ujar Samsudin, namun Dian menolak. Dia meminta kepada Samsudin untuk menunggu dibawah saja, biar ia yang naik ke atas, pasalnya ia takut Naura justru tidak mau cerita kalau ada Ayahnya.

Dian mengetuk pintu kamar Naura sebelum akhirnya membukanya.
Hatinya terenyuh mendapati putrinya menangis tersedu-sedu dibalik bantal putih itu.

"Naura kenapa?" ia duduk disebelah Naura dan mengelus punggungnya, namun Naura tak menjawab.

"Adek berantem sama Aksara?" tanya Dian lagi.

"Ada apa? Kalau ada masalah adek bisa cerita ke mama." pinta Dian. Namun bukan menjawab pertanyaan mamanya, Naura justru semakin menangis terisak hingga dadanya merasa sempit dan sesak.
Dian lalu cepat-cepat mengambilkan segelas air untuk diberikan kepada Naura.

Naura menerima gelas itu dan meminum beberapa teguk airnya untuk sekedar meringankan sesak didadanya. Kemudian memeluk Dian.

"Sayang, ada apa? Coba cerita sama mama" Naura menggeleng dan tetap menangis dipelukan Dian. Dian pun mengusap² punggung Naura untuk membuatnya tenang.

Setelah agak tenang dengan isakan tangisnya, Dian mulai bertanya kembali kepada putrinya itu.

"Adek kesini sendiri?" Naura mengangguk lemas.

"Aksa nya kemana?" tanya Dian lembut.

"Ngga ada." Naura menggeleng, air matanya kembali menetes.

"Adek berantem sama Aksa?" air mata itu terus luruh, Naura kemudian menceritakan apa yang terjadi dirumah sakit itu. Samsudin yang sedari tadi mengintip dari balik pintu kamar Naura, ia berteriak cukup kencang yang membuat Naura terkejut.

"Kurang ajar dia!" tukas Samsudin marah.

"Biar saya beri pelajaran laki-laki seperti itu!"

"Ayah, engga yah.. Jangan.." larang Naura dalam tangisnya.

"Dimana dia sekarang!" Samsudin terbawa emosi, tak terima bila putrinya diperlakukan demikian. Ryan yang mendengar suara ayahnya, keluar dari kamarnya.

"Ada apa sih Yah? Kenapa ayah teriak-teriak?" heran Ryan.

"Orang yang kamu jodohkan dengan adikmu ini, laki-laki yang kurang ajar! Dia berani berpelukan dengan wanita disaat mengantar istrinya check up kandungan. Apa tidak ada otaknya?!!" geram Samsudin.

Ryan terbelalak kaget, "Bener dek?" Naura hanya mengangguk,

"Kurang aja sekali, anak saya sibuk memeriksakan kandungan diruang dokter sendirian, dia malah asik bersama wanita lain. GOBLOK!!!" Tukas Samsudin.

"Permisi pak, ada pak Aksara dibawah." ucap Bibi menghampiri mereka.

"Bajingan!" Ryan berlari turun kebawah dengan wajah marahnya, tanpa basa-basi, ia melayangkan beberapa pukulan tepat ke wajah Aksa ketika melihat pria itu berdiri di ambang pintu, Aksa terjatuh tak melawan Ryan, tetapi ia berusaha mendorong bahu Ryan agar tak menyerangnya.

"Mas tunggu mas, dengar saya dulu!"

"Tidak ada waktu buat dengerin pembelaanmu!" pungkas Ryan, ia masih terus memukuli Aksa yang kemudian di lerai oleh Dian.

"Mas! Udah mas, jangan main kekerasan! Mama nggak suka!"

Ryan kemudian menghentikan pukulannya dan menatap Aksa sinis.

"Aksa, sekarang lebih baik kamu pulang aja." jawab Dian ketus.

"Ma, tunggu ma, Aksa perlu ketemu Naura."

"Anak saya tidak mau bertemu dengan kamu, sekarang lebih baik kamu pulang sebelum saya bertindak yang buruk." jawab Samsudin.

"Yah, tolong Yah.. Aksa perlu ketemu Naura."

"Sudah pergi!" Samsudin menutup pintu.
Ia tak membiarkan Aksa masuk menemui putrinya, Naura pun enggan bertemu dengannya.

Sementara mereka berdebat diteras rumah, Naura memilih berdiam diri dikamar, ia makan beberapa potong buah yang sudah disiapkan oleh ART nya, mau bagaimana juga ia harus tetap makan agar janinnya tetap sehat.

Ia kemudian mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar dikehamilan 6bulan ini.

"maafin mama ya sayang, kalau adek nggak nyaman didalem perut kalau mama nangis."

Pandangannya kemudian tertuju pada jendela kamarnya yang mempetlihatkan langsung keadaan halaman rumah dan jalanan didepan rumahnya, seketika itu juga ia melihat Aksa pergi dengan mobilnya,

Aku kecewa sama kamu, mas..

Lalu mengusap air matanya.

Before You (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang