30. Cerai (?)

9.2K 381 3
                                    

Aksa duduk termenung dibawah pohon mangga yang terletak disamping ruangan kerjanya, ia menundukkan kepala dan kedua tangannya bertumpu pada lutut serta memutar-mutar ponselnya.
Seharian ini ia tidak bisa menghubungi Naura, sepertinya gadis itu sengaja mematikan ponselnya.

Rekan kerjanya, Dika dan Lutfi yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh merasa heran,

"Seumur² saya kenal dia, nggak pernah saya lihat dia semuram itu." ucap Dika.

"ishhh, pernah.. Waktu cinta pertamanya kecelakaan dan koma berhari-hari. Ingat kamu?" jawab Lutfi mengingatkan.

"Ooh ya benar juga kamu. Tapi itu sudah beberapa tahun yang lalu, sudah sangat lama. Dia juga sudah menikah, apa cinta pertamanya datang kembali?"

Lutfi terdiam mendengar jawaban Dika, Benar saja, Aksa memang pernah dalam keadaan sangat terpuruk, saat Natasha, mantan kekasihnya yang juga cinta pertamanya, mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu, saat Aksa masih menjalani pendidikan militernya. Artinya, jauh sebelum Aksa menjadi tentara seperti sekarang.

Dika berjalan meghampiri Aksa dan menepuk bahunya, "Ada apa?" tanya nya sebagai sesama laki-laki.

Namun Aksa tak menjawab, ia malah menengadahkan kepalanya keatas dsn menyandarkan punggungnya pada pohon.

"Yasudah, saya ke masjid dulu. Kalau butuh tempat cerita, kami ada, ya." ucap Dika saat mengakhiri percakapannya dengan Aksa, pria itu pun hanya terdiam dan mengangguk pasrah.

Setelah kejadian itu, Dian merasa marah dengan apa yang dilakukan Aksa kepada putrinya, apa yang Aksa lakukan sangat tidak pantas, mengingat ia adalah seorang Tentara, dan juga suami dan calon ayah bagi bayi yang sedang dalam kandungan istrinya, Dian mengadukan kepahitan itu kepada Hesti, ia mengingatkan agar ia berbicara kepada Aksa untuk bersikap lebih baik dalam menjaga putrinya dan berfikir lebih panjang jika mau bertindak apa².

***

Hesti yang dari tadi geram menahan amarahnya, kini merasa harus meluapkannya ketika langkah kaki Aksa terdengar memasuki rumahnya.

"Kamu apakan menantu bunda?!" tanya Hesti dengan sinis. Aksa sudah menduga, ia pasti dipanggil kerumah bundanya hanya untuk dimarahi.

"Apa yang udah kamu lakukan ke Naura? Jangan bodoh kamu ya Aksa, bunda nggak pernah ngajarin kamu untuk jadi laki-laki yang pengecut!" ucap Hesti meledak-ledak.

"Bunda nggak habis pikir sama kamu, bisa-bisanya kamu berlaku seperti itu, apalagi sekarang kamu sudah menikah, dan sebentar lagi akan menjadi ayah, dimana isi kepalamu?!"

"Bun, Aksa baru dateng---"

"Ngga peduli! Bunda bener² kecewa sama kamu."

"Bun, Aksa cuma nggak sengaja ketemu Natasha."

"Nggak sengaja? Dengan nggak sengaja apa itu berarti kamu bisa bebas berpelukan sama dia?!" Aryo memotong ucapan Aksa dengan amarahnya.

"Papa nggak pernah ya ajarin kamu jadi laki² pengecut! Mau jadi apa kamu hah kalau wibawa sebagai tentara saja kamu tidak punya!"

"Pa, dengerin Aksa dulu."

"Nggak perlu! sekarang kamu pergi kerumah Pak Samsudin dan bawa Naura pulang sekarang juga! Papa mau kamu bawa dia kesini, bukan kerumah kamu!"

"Pa,---"

"Sekarang!" .

Aksa berjalan dengan lemas keluar dari rumah besar itu, pikirannya semakin kalut, tak tau harus berbuat apa.

Kini ia sampai didepan rumah Naura, seperti tamu pada umumnya, ia mengetuk dulu pintu rumah itu, sampai kemudian pintu dibuka oleh seorang ART dirumah itu.

"Oh pak Aksa, cari mbak Naura ya?"

"Iya bi, Naura ada?"

"Siapa bi?" teriak Dian dari dalam rumah,

"A, anu bu.. Pak Aksa."

"Ngapain kamu kesini? Belum puas nyakitin anak saya?" cibir Dian ketus.

"Ma, Aksa minta maaf untuk kesalahan Aksa, tapi Aksa bisa jelasin dulu, Aksa mohon ma biarin Aksa jelasin ke Naura."

"Sepertinya nggak perlu, kamu nggak perlu lagi ketemu anak saya. 3 bulan lagi Naura akan melahirkan, dan setelah itu kami akan mengurus perceraian kalian." pungkas Dian.

Deg!

Jantung Aksa tiba² melemah, wajahnya memanas, ingin sekali ia mengangis saat ini juga. Bibirnya bergetar, tak kuasa menahan sesak didadanya.

Bagaimana bisa? Apa ini harus terjadi?

Cerai?

Apa kami benar² harus bercerai?

Tangannya mengepal lemas, dadanya terasa sangat sakit. Ia memutuskan untuk pulang kerumahnya dengan pikiran hampa dan kosong.

Didalam rumah, ia terduduk di kursi tamu, ia masih saja memikirkan ucapan Dian tadi, apa benar keluarga Naura akan mengurus perceraian mereka?

Tapi masalahnya adalah mereka baru saja menikah 8 bulan yang lalu,
Dan masalah lainnya adalah Aksa sangat mencintai Naura.
Lalu bagaimana? Harus ia apakan kesalahpahaman ini?

Batinnya menangis, pun airmatanya ikut luruh. Ia memandang foto pernikahan yang terpampang diruang tamu itu, ia merindukan sosok Naura yang setiap hari menyambutnya pulang kerja, yang memeluknya saat pintu sudah terbuka, ia rindu senyuman itu, ia rindu kehangatan itu, ia rindu pelukan Naura.

Ia meremas kepalanya dan tertunduk, menangis, lirih di ujung ruang tamu.

Before You (BELUM REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang