BAB 44

2.6K 316 79
                                    

—Finding you was like coming home.

***

Bali, present.

  
   Udara sejuk Denpasar membuat Seyana memejamkan matanya erat. Gadis itu baru saja landing dari Jakarta bersama dengan Haechan. Karena paksaan dan ancaman yang tiada henti, Seyana tidak bisa berhenti tertawa puas karena berhasil menyeret seorang dokter 'ambisius' seperti Mahesa Haechan Mahawira untuk ikut menemaninya ke Bali selama empat hari. Seyana menarik kopernya, matanya mencari-cari mobil yang akan menjeput gadis itu dari bandara ke hotel. Pernikahan kakak sepupu Seyana diadakan di salah satu hotel di daerah Nusa Dua, jadi Seyana dan Haechan membutuhkan waktu kira-kira satu jam untuk sampai di hotel tempat tujuan mereka.

   "Sumpah ya, gue napak di bali berasa napak di surga tau gak?" Seyana berujar dengan dramatis ketika dirinya dan Haechan sudah duduk di dalam mobil—menuju hotel.

   Haechan menggelengkan kepalanya tidak habis fikir. Dia juga tidak mengerti kenapa dia menuruti keinginan Seyana untuk menemani gadis itu pergi ke pernikahan sepupunya itu. Padahal Haechan saja tidak kenal. Tapi alasan lainnya adalah—Seyana gak suka berpergian sendiri di dalam pesawat. Biasanya Bian akan menemani gadis itu kemanapun gadis itu pergi, tapi karena Bian berangkat dari Jepang, Haechan akhirnya setuju untuk menggantikan posisi kembaran Seyana itu.

   Lagi pula setelah dipikir-pikir, mungkin Bali bukan lah hal yang buruk bagi Haechan. Dia bisa menganggap empat hari kedepan sebagai liburannya setelah sekian lama cowok itu terlalu sibuk dengan pekerjaanya sebagai seorang dokter. Haechan memasang earphones di kedua telinganya, memilih untuk istirahat sejenak dalam perjalanan sebelum nanti sore Seyana menghancurkan jam istirahatnya karena gadis itu pasti akan memaksanya untuk jalan-jalan.

   "IAAAN, Gue udah landing di Bali!" Pekik Seyana kegirangan ketika nama Bian muncul di layar handphonenya.

   "Oke hati-hati otw ke hotelnya,"

   "Lo sama Asteria di hotel, 'kan?"

   "Gue sama Asteria lagi di pantai dream land, Asteria yang request." Bian tertawa kecil diujung sana.

   "IH KALIAN JALAN-JALAN KENAPA GAK NUNGGU GUE?!" Seyana protes sampai-sampai Haechan yang tengah mendengarkan lagu menoleh kaget. Ni cewek gak ada kalem-kalemnya, heran.

   "Jangan teriak-teriak, Cey. Lo itu udah mau dua puluh lima tahun. Anggun sedikit, bisa? Btw lo sama siapa ke Bali? Sama Claire atau sama Rain? Lo gak sendirian kan?"

   "Engga, gue gak sendiri! Intinya gue kesini sama siapa bakal jadi kejutan buat lo deh nanti di hotel. Gak sabar kan lo?!"

  "Jangan main-main, Cey. Lo gak bawa pacar-pacar sinting lo itu kan?" Bian ngomel, membuat Seyana mengendus. "Ya kagalah, Yan. Itu namanya gue bunuh diri! Masa gue bawa mantan-mantan gila gue buat ketemu eyang puteri sama keluarga besar kita? Bisa di coret dari kartu keluarga gue."

   "Bagus kalau lo nyadar. Udah dulu ya? Asteria nyariin nih."

   "Yaudah, salam buat bebeb gue. Bilangin gue gak sabar ketemu dia di hotel nanti." Ujar Seyana kegirangan, membuat Bian diujung sana hanya bisa menggeleng tidak habis fikir. Seyana sesuka itu pada Asteria. Bahkan gadis itu berkali-kali bertanya pada Bian—sebenarnya Bian itu suka gak sih sama Andira? Karena kalau kembarannya itu gak serius sama Andira, Seyana kepengen banget jodohin Bian sama Asteria. Dia bener-bener ngebet Asteria buat jadi kakak iparnya, benar-benar jadi kakak Seyana secara hukum.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang