BAB 37

2.2K 280 30
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***

   Sebanyak apapun kata cinta dan perasaan Mahesa Haechan Mahawira untuk Asteria Galatina, itu semua tidak pernah lebih cukup daripada menjadi sebuah pilihan kedua. Asteria merasa dirinya begitu bodoh, atau daripada bodoh, kata yang cocok untuk medeskripsikan dirinya sekarang adalah; menyedihkan.

   Menyedihkan karena sempat berfikir bahwa Haechan akan memilihnya. Memilih dirinya dibandingkan Arena-nya. Memilihnya karena Asteria kira dia yang bisa membuat hidup Haechan terasa utuh. Namun Asteria salah. Sepenuhnya salah.

   Sejak tadi, Asteria masih menutup mulutnya rapat-rapat, menahan tangisnya ketika mendengar dengan telinganya sendiri bahwa Haechan tidak akan pernah bisa melepas Arena-nya untuk Asteria. Untuk Asteria yang cowok itu selama ini sebut sebagai segalanya, kebahagiaanya, hidupnya. Namun sekarang, semuanya terdengar seperti omong kosong untuk Asteria.

   Marah? Daripada marah, Asteria lebih merasa terluka. Terluka karena baru saja sesaat yang lalu Haechan membuat Asteria merasa begitu bahagia, lalu detik selanjutnya cowok itu berhasil membuat Asteria merasa tidak berarti apa-apa di hidup Haechan.

   "Kalau lo gak bisa melepas Arena,"

   "..."

   "—itu artinya lo udah siap buat ngelepas dan berhenti nyakitin Asteria?" Haechan hanya diam. Membuat Asteria merasa sesak di dadanya semakin terasa semakin hebat.

   "Sejak kapan lo tahu kalau Asteria itu adeknya Astarefa Jeffrian?" Jaemin kembali bersuara, berhasil membuat Asteria mematung di tempatnya.

   "...sejak ulang tahun Tedja waktu itu." jawaban Haechan berhasil membuat Asteria mundur selangkah. Air matanya kembali lolos begitu saja, tidak menyangka Haechan berpura-pura selama ini. Berpura-pura bahwa cowok itu tidak tahu bahwa Asteria menderita karena kehilangan Jeffrian selama ini.

   Jaemin yang berada di sebelah Haechan menghela nafasnya tidak percaya. "Berbulan-bulan lo sembunyiin ini dari cewek lo? God damnit, lo bener-bener gak mikirin perasaan Asteria." Jaemin kecewa.

   "Terus lo mau gue ngapain? Lo mau gue bilang dengan santainya di depan dia kalau gue selama ini tau kakak dia meninggal di Arena empat tahun yang lalu? Itu mau lo?" Haechan berusaha menahan emosinya, kedua tangannya sudah tergepal erat.

   "Gak. gue gak maksa lo buat ngomong atau jujur sama Asteria tentang kakaknya, tapi seharusnya lo tahu, Chan, udah seberapa sering dia tetap bertahan di samping lo walaupun lo nyakitin dia, nyakitin dia karena lo seorang pembalap, padahal lo tahu jelas dia trauma berat sama Arena." Jaemin berujar dengan dingin.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang