"Ster," bisik Haechan dengan suara lemah, mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu. Setelah memaksa Haechan untuk pindah ke kamarnya, Asteria harus rela menjadi guling sementara cowok itu karena ternyata ketika sakit, Mahesa Haechan Mahawira benar-benar kelewat manja. Cowok itu tidak mau tidur jika tidak memeluk dirinya, dan diam-diam hal itu membuat perasaan Asteria bingung dan bahagia secara bersamaan.
"Hm?"
"Apa hal yang paling lo takutin di dunia ini?"
"..."
Asteria diam ketika mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. gadis itu perlahan membalas pelukan cowok itu, tangannya melingkar di perut Haechan, memeluk musuh bebuyutan nya selama hampir tiga tahun itu dengan erat. Pipinya bersandar pada dada bidang Haechan, bisa mendengar detak jantung cowok itu, detak jantung yang tanpa Asteria sangka sama sepertinya, berdetak tidak karuan.
"Kehilangan," lirih Asteria singkat.
"..."
"Kalau lo?" Asteria kembali bersuara, membuat Haechan membuka kedua matanya perlahan, berfikir mengenai hal yang paling Ia takuti di dunia ini.
"Gue takut sendiri," bisik Haechan, hampir tidak terdengar. Membuat Asteria membisu, gadis itu perlahan-lahan melepaskan pelukannya, menatap wajah pucat milik Haechan,
"Kenapa?" Tanya Asteria, mengusap wajah Haechan lembut.
Haechan tersenyum tipis, cowok itu mengenggam erat tangan Asteria yang berada di wajahnya, lalu membawa tangan itu ke bibirnya. Mengecup tangan gadis itu dengan lembut.
"Gue gak tau, gue sering merasa sekitar gue hidup, tapi diri gue gak. Hal itu bikin gue kadang merasa takut sama diri gue sendiri," lirih Haechan serak, membuat Asteria bisa merasakan sakit yang dirasakan cowok itu.
Haechan takut pada dirinya sendiri. Tau kenapa?
Selama ini, dia begitu pintar menunjukan rasa bencinya terhadap orang-orang yang sebenarnya berharga di hidupnya, dari Kakak perempuannya, Ayahnya, bahkan Asteria Galatina, gadis yang tanpa sadar kini menjadi obat bagi hatinya. Tapi Haechan juga sangat pintar menyembunyikan rasa sedih dan luka dihatinya bertahun-tahun lamanya, semenjak hubungannya dengan keluarganya hancur.
Setiap orang punya luka dan ketakutan, bukan? Haechan juga punya. Tapi sayangnya cowok itu terlalu pintar menyembunyikan semua, sampai-sampai tidak ada satupun orang yang tahu bagaimana perasaanya selama ini. Bahkan mamanya, Wanita yang melahirkan Haechan pun hanya mengetahui bahwa Haechan, anak laki-lakinya lah yang memainkan peran jahat di keluarga mereka.
Haechan takut pada dirinya sendiri, takut dia benar-benar melukai keluarganya, padahal maksudnya bukan seperti itu.
"..."
"Jujur sama gue Ster, lo beneran takut sama gue seperti apa yang lo bilang kemarin? Karena gue pembalap? Karena gue—"
"Haechan," Potong Asteria, mendekatkan wajahnya, menatap cowok itu dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Stars. | Haechan
Fanfiction[COMPLETED] PG-17 | Membenci Mahesa Haechan Mahawira adalah hal yang paling mudah yang bisa Asteria Galatina lakukan di dunia ini. Setiap bertemu, keduanya akan berdebat tanpa lelah. Tapi siapa sangka? Ternyata jatuh secara sekejap dalam pelukan co...