BAB 40

2.5K 274 36
                                    

hi i'm back :")

warning: metioning of depression and fighting scene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: metioning of depression and fighting scene

***

   Jeffrian pernah bilang pada Asteria, dia harus bahagia. Meskipun tanpa kakaknya itu di sisinya. Tapi Jeffrian salah. Asteria tidak akan pernah bahagia ketika dia tahu kenyataan pahit; hanya dirinya yang tidak tahu apapun tentang alasan dibalik kematian Jeffrian empat tahun yang lalu. Hanya dirinya.

   Hanya Asteria yang bertanya-tanya selama empat tahun ini. Apa alasan kakaknya pergi, apa alasan Arena yang begitu Jeffrian cintai—menjadi tempat yang merenggut nyawa kakaknya itu, apa alasan dibalik semua sakit dan sesak dihatinya, hanya Asteria yang merasakan itu semua.

   Kenyataanya, Asteria satu-satunya yang tidak tahu apapun mengenai kematian kakaknya itu selama empat tahun belakangan ini.

   Air mata Asteria terus mengalir, tidak bisa berhenti sejak gadis itu tau bahwa selama ini, Sanha Dariwangsa tahu alasan dibalik kematian kakaknya itu. Jadi selama empat tahun ini, Sanha pura-pura di depannya? Berpura-pura seakan-akan cowok itu sama frustasinya dengan Asteria karena tidak bisa membela Jeffrian?

  "Ster, gue—"

   Asteria menarik tiang infusnya, lalu dia berbalik badan dengan perasaan hancurnya, mengabaikan panggilan Sanha.

   Asteria gak tahu mana yang jauh lebih sakit; hatinya sekarang atau tubuhnya yang begitu terasa lemas, gemetar dan rasanya suasana disekitarnya terasa hampa.

   Sanha berniat mengejar Asteria namun Haechan menahan tubuhnya, menatapnya dengan dingin. "Kasih dia waktu." Tekan Haechan, membuat Sanha menghela nafasnya frustasi.

   Haechan mengalihkan pandangannya ke arah tubuh Asteria yang perlahan-lahan menjauh. Haechan memilih untuk mengikuti langkah gadis itu, mengikuti langkah gontai Asteria yang tidak tahu tujuannya kemana. Hingga gadis itu berhenti di sebuah taman rumah sakit, lalu Asteria duduk di salah satu bangku, mulai menangis, memunggungi Haechan.

   Haechan melangkah mendekat. Jujur, hatinya jauh lebih sakit berkali-kali lipat ketika dia tahu alasan Asteria menangis karena dia merindukan kakaknya itu. Haechan tidak akan pernah bisa membayangkan betapa besar luka dihati gadis itu karena harus kehilangan Jeffrian karena Arena. Setelah kehilangan, gadis itu malah tidak diberi tahu alasan kakaknya meninggal selama ini. Hanya Asteria yang tidak tahu. Hanya dia satu-satunya dari sekian banyak orang yang mencintai Jeffrian yang tidak tahu apapun mengenai kematian cowok itu.

   Haechan tahu, luka dihati Asteria sudah terlalu dalam, saking dalamnya, Asteria tidak tahu bagaimana caranya untuk menimbun luka itu agar cepat sembuh.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang