BAB 28

2.2K 315 26
                                    


WARNING

—————————

di part ini banyak adegan dewasa yang gak patut di contoh, tolong bijak dalam membaca.

Happy reading.




     Ketika berbicara mengenai Arena, Asteria akan mengingat satu hal yang begitu familier dalam ingatannya; yaitu Astarefa Jeffrian, kakak kandungnya, pusat hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Ketika berbicara mengenai Arena, Asteria akan mengingat satu hal yang begitu familier dalam ingatannya; yaitu Astarefa Jeffrian, kakak kandungnya, pusat hidupnya.

      Ketika Jeffrian masih hidup, ditelinga Asteria, kata 'Arena' terdengar sebagai suatu tempat yang begitu Asteria ingin kunjungi dengan satu alasan jelas; tempat itu begitu banyak memberikan senyuman dan kebahagiaan untuk Jeffrian. Karena ketika kakaknya itu masih hidup, Asteria tidak pernah melihat senyuman bahagia terlukis di wajah Jeffrian ketika kakaknya itu melakukan hal lain selain menjadi seorang pembalap di Arena.

     Jeffrian mengajarkan dan meninggalkan Asteria banyak hal dalam hidup ini yang membuat Asteria berfikir bahwa walaupun Jeffrian sudah pergi selama-lamanya, namun kata-kata dan kebahagiaan yang kakaknya itu berikan untuknya selama ini, akan selalu terasa abadi bagi Asteria.

     Jeffrian mengajarkan Asteria menjadi bahagia dengan mengikuti kata hatinya sendiri. Jeffrian mengajarkan Asteria untuk lebih mencintai dirinya sendiri. Walaupun dulu seringkali Asteria merasa bahwa di dunia ini Jeffrian yang lebih mencintai dan mengerti Asteria dibandingkan dirinya sendiri.

Namun Asteria mengerti satu hal,

Ketika Asteria bersama Haechan, gadis itu menyadari bahwa Mahesa Haechan Mahawira adalah sosok yang membuat Asteria ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang Jeffrian lakukan untuknya selama kakaknya itu masih hidup di dunia ini. Asteria ingin mencintai Haechan lebih dari Haechan mencintai Asteria.

     "Asteria," suara lembut itu membuat Asteria menoleh dengan kedua matanya yang memerah, berkaca-kaca. Sejak tadi Asteria berusaha menahan tangisnya, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Mengingatkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Haechan dan dirinya akan baik-baik saja.

     "..."

     Namun rasanya tidak ada gunanya, karena ketakutan gadis itu semakin bertambah besar, air matanya mengalir seiring dengan Haechan yang kini tengah memasangkan topi hitam di kepalanya agar tidak ada yang mengenali wajah gadis itu di Arena, lalu Haechan menangkup wajah Asteria lembut.

     "Asteria, listen to me, kamu harus tetap disini. Jangan kemana-mana. Pastiin mobilnya tetap kekunci. Oke?"

      Asteria menatap Haechan, mengenggam erat tangan Haechan yang berada di sisi wajahnya,

      "Jawab aku, Ster, kamu ngerti, 'kan?"

      Asteria menangis, dengan berat hati gadis itu mengangguk pelan, membuat Haechan dengan cepat menghapus air mata gadis itu.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang