BAB 35

2.5K 275 47
                                    

warning: wahai readersku tolong persiapkan hati & mental  untuk part-part kedepan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: wahai readersku tolong persiapkan hati & mental untuk part-part kedepan. selamat membaca.

***

Ada satu hal yang begitu Asteria ingini semenjak Jeffrian pergi empat tahun yang lalu. Satu keinginan yang mungkin terdengar mustahil, namun jika Asteria benar-benar diberi kesempatan untuk keinginannya itu, mungkin hidup Asteria akan jauh lebih baik sekarang.

Asteria ingin membalikan waktu pada saat satu hari sebelum Jeffrian pergi, lalu Asteria ingin berdiri di depan kakaknya itu dan memeluk Jeffrian seerat yang gadis itu bisa, memeluk kakaknya itu ketika dia sudah tahu bahwa keesokan hari, dia tidak akan pernah melihat Jeffrian lagi.

Karena ketika seseorang yang begitu dia cintai pergi secara tiba-tiba dari hidupnya, Asteria tidak pernah tahu bahwa kehilangan bisa membuat hidupnya sehancur ini. Ada satu fase dulu, dimana Asteria bertanya pada dirinya sendiri; kenapa dirinya begitu sulit untuk sekedar bernafas normal dan menjalani hidupnya ketika seseorang sudah benar-benar pergi?

Rasanya berat.

Untuk bernafas dan menjalani hidup seakan-akan semuanya baik-baik saja terasa begitu berat bagi Asteria. Karena kenyataanya, Asteria tidak pernah baik-baik saja semenjak Jeffrian pergi.

"Ini minum dulu, Ster." Jaemin menyodorkan segelas air hangat, membuat Asteria yang berada di dalam pelukan Haechan membuka matanya perlahan-lahan, berusaha bernafas dengan normal. Haechan membantu Asteria duduk dan meneguk minumannya itu, lalu setelah itu kembali menarik Asteria kedalam pelukannya, berusaha menenangkan gadis itu.

"...feeling better? Kita ke rumah sakit aja ya—"

"Gak usah, aku udah enakan, kok." Asteria berkata dengan lemah, menatap Haechan, berusaha meyakini cowok itu bahwa keadaanya sudah jauh lebih baik.

Haechan mengecup rambut Asteria, mengeratkan pelukannya pada tubuh gadis itu. Demi Tuhan, Haechan benar-benar tidak bisa menormalkan detak jantungnya sejak tadi. Rasanya kepalanya begitu pening dan perasaan khawatir dihatinya tidak kunjung reda semenjak Haechan melihat Asteria tiba-tiba muncul di Arena dengan keadaan mengkhawatirkan; gadis itu sesak nafas hebat.

"Asteria, sejak kapan kamu ngalamin hiperventilasi?"

Asteria menoleh kaget, gadis itu terdiam karena pertanyaan dari satu laki-laki yang gadis itu duga sebaya dengan kakak kandungnya, Jeffrian.

"...hiperventilasi?" Lirih Asteria bingung.

Haechan memandang Sena, baru menyadari bahwa gejala-gejala yang Asteria tunjukan tadi adalah gejala dari hiperventilasi, keadaan dimana tubuh manusia mengeluarkan karbon dioksida lebih banyak daripada menghirupnya. Sehingga Asteria tadi berada pada situasi dimana tubuhnya kekurangan karbon dioksida.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang