BAB 13

3.1K 489 117
                                    

        "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        "..."

Asteria gak pernah tahu, ternyata begini rasanya kalau jantung seseorang berdetak tidak karuan sampai-sampai Asteria takut suara jantungnya terdengar oleh orang dihadapannya kini.

Asteria masih diam, masih memandang lekat-lekat kedua mata hitam milik Mahesa Haechan Mahawira, berusaha mencari kebohongan dari kedua mata cowok itu. Asteria meremas buku di pangkuannya, diam-diam gadis itu tidak pernah ingin berharap apapun dari perasaanya sendiri.

"....lo kesambet apa?"

"..."

    Haechan diam, tapi sebelum cowok itu mau menjawab, Asteria lebih dulu bersuara,

"Gue gak punya waktu buat jadi salah satu mainan lo, Haechan." Lirih Asteria kecil, tersenyum sendu. Dia ingin senang ketika mendengar ucapan cowok itu, tetapi ada sisi lain dari diri Asteria tiba-tiba menyadari satu hal, bahwa Asteria tidak akan pernah bisa mempercayai cowok itu.

Asteria tidak bisa. Sampai kapanpun itu.

    "..."

    Haechan hanya mampu diam membisu setelah mendengar ucapan gadis dihadapannya itu.

Suasana diantara keduanya kembali hening, Asteria menunduk dalam-dalam, sedangkan Haechan masih memandang gadis itu dengan tatapan tajamnya.

"Lo gausah anggep serius ucapan gue, gue cuman ngasal ngomong. Lagian gak mungkin gue punya perasaan buat lo, Ster. You're not my cup of tea." Haechan tertawa kecil, membuat Asteria merasa hatinya sedikit sakit mendengar dan melihat respon cowok itu.

Tapi bukannya ini yang Asteria mau?

     "..."

    Haechan menatap Asteria yang kini tengah menunduk. Diam-diam Haechan menggepalkan kertas di tangannya itu, menahan emosinya.

Asteria tersenyum masam, gadis itu menggeratkan jaket Haechan ditubuhnya, masih menunduk dalam-dalam.

"Lo bener, cewek kayak gue gak akan pernah jadi selera lo," lirih Asteria yang terdengar menyedihkan ditelinganya sendiri.

Haechan menatap gadis itu tajam, menunggu kalimat selanjutnya keluar dari bibir Asteria.

"Dan cowok pembalap kayak lo, gak akan pernah jadi selera gue. Emang udah bener. Kita itu ditakdirin buat jadi sepasang musuh. Mungkin lo emang paling cocok sama cewek kayak Hera, baik, lemah lembut, perhatian dan yang bisa tahan sama sikap lo yang bertolak belakang sama sikap gue. Iya, kan?"

Asteria tertawa dalam hati, jelas menertawakan dirinya sendiri. Memangnya, Asteria mengharapkan dirinya dan Haechan ditakdirkan sebagai apa? Sebagai sepasang manusia yang menyukai satu sama lain?

Asteria menahan sesak di hatinya sekuat tenaga. Demi Tuhan, Asteria ingin menangis sekarang. Bahkan terasa lebih sakit dan sesak karena Asteria belum mau mengakui bahwa dia kini tengah terluka karena ucapan Haechan dan dirinya sendiri.

Everlasting Stars.  | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang