Terkadang, perasaan tidak percaya selalu muncul dihati Asteria ketika dirinya sadar bahwa Jeffrian sudah tidak ada. Rasanya seperti baru kemarin Asteria memeluk kakaknya itu dan mengucapkan bahwa dia begitu menyayangi Jeffrian dengan segenap hatinya. Namun siapa sangka seakan-akan detik selanjutnya Jeffrian sudah tidak ada dalam pelukannya. Kakaknya itu telah pergi.Asteria perlahan-lahan mulai mengerti bahwa ketakutan mulai muncul setiap kali manusia jatuh cinta. Karena setiap manusia jatuh cinta, mereka pasti akan kehilangan. Entah kehilangan orang yang mereka sayangi, atau bahkan kehilangan diri mereka sendiri. Banyak bentuk kehilangan di dunia ini, namun apapun bentuknya, kehilangan selalu menciptakan luka dihati manusia yang pasti akan membekas. Namun setelah kehilangan Astarefa Jeffrian, Asteria tahu jelas bahwa kehilangan adalah bentuk luka yang tidak ingin Asteria rasakan lagi di dalam hidupnya.
Walaupun itu terdengar mustahil.
Kehilangan Jeffrian membuat Asteria terpukul. Hatinya terpukul dan bahkan hidupnya sempat terasa hampa karena selama Asteria hidup menjadi adik kecil yang begitu Jeffrian sayangi selama belasan tahun ini, tidak pernah ada satu waktupun Asteria Galatina berfikir bahwa kakaknya itu akan pergi. Pergi yang benar-benar pergi. Pergi yang tidak akan pernah kembali lagi.
Sejak kecil, Asteria bukan tipikal gadis yang memiliki banyak teman. Asteria hanya berteman baik dengan Gaia dan Daraya sejak mereka bertiga di sekolahkan di SD sampai SMP yang sama pula. Gadis itu juga akhirnya bersahabat dengan Andira, ketika keduanya berada pada satu dojo karate ketika Asteria duduk di bangku SMP. Dulu, banyak orang yang bicara bahwa wajah Asteria sangat mirip dengan Jeffrian, namun bicara mengenai karakter, Asteria itu cenderung pendiam, pemilih dan memiliki karakter yang tenang, sedangkan Jeffrian itu ramah dan humoris, laki-laki yang menjadi favorit banyak orang karena sifat terbukanya.
Namun Asteria tahu satu hal tentang kakaknya itu, Jeffrian adalah pribadi yang justru sulit jujur dan terbuka pada dirinya sendiri. Mudah bagi Jeffrian membuka diri untuk orang lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Ketika kakaknya itu masih hidup, Asteria sering kali melihat Jeffrian duduk berjam-jam di depan televisi, menonton kartun favorit kakaknya itu—Tom and Jerry. Asteria tahu. Asteria tahu setiap kali Jeffrian sedih dan marah, cowok itu tidak pernah mengeluarkan isi hati dan perasaanya pada siapapun, kakaknya itu hanya akan duduk diam dan menonton kartun Tom and Jerry tanpa tertawa sedikit pun.
Tidak menangis, tidak marah, tidak menyalahkan siapa-siapa, tidak melampiaskan kemarahanya pada orang lain, atau bahkan tidak menyalahkan dirinya sendiri. Rasanya yang Asteria lihat di diri Jeffrian kala itu adalah, Kakak laki-lakinya itu tidak merasakan emosi apapun.
Asteria tidak bodoh untuk mengetahui bahwa Jeffrian yang sempurna, Kakaknya yang begitu dipuja-puja oleh banyak orang adalah pribadi yang sulit mengekspresikan perasaanya pada dirinya sendiri. Jeffrian sulit untuk sekedar bicara pada dirinya sendiri... apa maunya, apa mimpinya, apa hal yang membuat dirinya sedih dan senang, atau apa yang pernah menyakiti hatinya selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Stars. | Haechan
Fanfiction[COMPLETED] PG-17 | Membenci Mahesa Haechan Mahawira adalah hal yang paling mudah yang bisa Asteria Galatina lakukan di dunia ini. Setiap bertemu, keduanya akan berdebat tanpa lelah. Tapi siapa sangka? Ternyata jatuh secara sekejap dalam pelukan co...