Hubungan Haechan dengan Asteria tidak pernah terasa benar, terasa dekat, atau bahkan terasa normal sekalipun. Setiap bertemu, keduanya akan saling melempar pandangan penuh benci dan dendam, yang sebenarnya dibalik pandangan itu, kedua manusia ini saling memperhatikan satu sama lain.Karena ketika kita membenci seseorang, kita akan memperhatikan dan menaruh perhatian lebih banyak pada orang yang kita benci. sudah hukum alamnya. Tapi setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai orang lain, sama hal nya dengan ketika kita membenci seseorang.
Cara Haechan membenci Asteria selama ini, membuat Haechan sadar akan satu hal yang sudah ia lewati sejak lama; bahwa dia selama ini membenci dan menyimpan rasa yang besar untuk gadis dihadapannya itu.
Ketika menatap kedua mata Asteria setiap kali keduanya bertemu, Haechan terlanjur merasa kebencian gadis itu pada dirinya sudah melampaui batas, membuat Haechan bingung harus bersikap apa selain balik membenci gadis itu seperti apa yang Asteria lakukan padanya selama ini.
Selama bertahun-tahun menatap Asteria, Haechan baru saja sadar kalau perasaanya untuk Asteria bukan sekedar perasaan benci. Haechan tidak tahu harus menyebutnya apa, karena selama ini memang belum pernah ada gadis manapun yang mengisi hatinya.
Intinya, ketika Haechan mendapati sikap aneh Asteria semenjak keduanya bertemu di Arena, ataupun ketika Haechan melihat gadis itu bersama laki-laki lain seperti Sanha dan Junkyu; Haechan merasa hatinya panas. Sangat panas sampai rasanya Haechan ingin meninju setiap laki-laki yang bisa berada di dekat Asteria Galatina.
Haechan tidak pernah tahu, dari kecupan yang ia berikan dihari pertama keduanya menjadi teman sekelas—sebagai bentuk kejahilannya, malah membawa efek besar pada dirinya sendiri. Setelah itu rasanya Asteria seperti mempunyai magnet, seakan Asteria terus menarik Haechan untuk selalu berada di dekat gadis itu.
Ciuman pertama mereka, kejadian itu bukan hanya membuat Asteria Galatina yang gila. Tapi Mahesa Haechan Mahawira juga sama gilanya. Setelah ciuman pertama mereka, Haechan tidak bisa menghilangkan wajah gadis itu dari fikirannya. Senyum Asteria, tawa Asteria, manis bibir gadis itu, harum strawberry dan tangan mungil gadis itu, semuanya berhasil membuat Haechan benar-benar tidak waras.
"..."
Haechan memandang kedua mata Asteria dengan lekat-lekat. masih mengunci pergerakan gadis itu, membuat Asteria diam-diam menahan nafas nya karena lagi-lagi berada sedekat itu dengan musuhnya sendiri.
"...kenapa lo tiba-tiba bersikap kayak gini?" Tanya Asteria entah untuk keberapa kalinya. Gadis itu menatap sendu mata musuhnya itu. Membuat Haechan hanya tersenyum tipis, lalu mengusap lembut pipi Asteria.
"Gue gak akan maksa lo buat punya perasaan yang sama sama gue, Ster."
"..."
"Tapi lo harus siap," lirih Haechan, memandang Asteria dalam, membuat jantung Asteria semakin berdetak tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Stars. | Haechan
Fanfiction[COMPLETED] PG-17 | Membenci Mahesa Haechan Mahawira adalah hal yang paling mudah yang bisa Asteria Galatina lakukan di dunia ini. Setiap bertemu, keduanya akan berdebat tanpa lelah. Tapi siapa sangka? Ternyata jatuh secara sekejap dalam pelukan co...