Hai.. Maaf ya aku up lagi hehe
Soalnya haluku lagi menggebu-gebu sekarang 😭
Jadi, selamat membaca~Pagi yang cerah, dengan langit biru, awan putih yang menghiasi langit. Terlebih lagi sinar matahari yang hangat, yang membangunkan seorang laki-laki tampan dari tidurnya.
Laki-laki itu menatap sekitarnya dan meraba pipinya yang basah.
"Aku menangis?"
"Tadi itu.." Laki-laki itu memegang kepalanya, mengingat setiap kejadian demi kejadian. "No.. no.. Zen.."
"Ada apa dengan Zen?"
Seorang gadis dengan rambut dikuncir rapi menghampirinya dengan membawa sebuah nampan berisikan makanan. Laki-laki itu menatap gadis itu tak berkedip.
"Kau kenapa, heh?" Gadis itu terkekeh dan memberikan nampan yang berisi makanan itu. "Makanlah. Kau tidak makan selama sehari penuh kemarin."
Bukannya menyentuh nampan yang berisikan makanan itu, laki-laki itu malah nyentuh wajah gadis itu, menatapnya seakan lama tak berjumpa.
"Zen.." Lirihnya.
Gadis itu lagi-lagi terkekeh. "Iya, Ed.. Ada apa hmm?" Tampak ada senyum di bibirnya.
"Ini bukan mimpi, kan?" Tanyanya.
"Kau belum sepenuhnya bangun hm?" Gadis itu merapikan anak rambut laki-laki itu. Menatapnya sekilas lalu tersenyum. "Ini bukan mimpi, Ed. Ini nyata, aku masih hidup." Ucap gadis itu yang seakan mengerti isi pikirannya.
Sontak laki-laki itu memeluknya. Gadis itu sedikit terkejut, dan ia pun membalas pelukannya. Setelah cukup lama berpelukan, laki-laki itu pun melepas pelukannya.
"Jadi sekarang, makan." Gadis itu mengambil makanan yang ada di nampan dan menyendok sesuap sendok hendak menyuapnya.
"A-aku bisa makan sendiri." Laki-laki itu dengan segera mengambil makanan yang ada pada gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum melihat laki-laki itu makan dengan lahap.
"Kau begitu takut kehilanganku, ya?" Kekeh gadis itu.
Laki-laki itu hanya ber hmm pelan melanjutkan makannya. Sesekali melirik kecil ke arah gadis itu. Entah mengapa rasanya gadis di depannya ini kian hari kian mempesona. Jantungnya selalu berdetak kencang. Terkadang rasa gugup menyerangnya saat berada dekatnya, untung saja dia pandai mengontrol rasa gugupnya itu. Dan juga wajahnya sering kali menghangat tanpa sebab terlebih lagi ketika.....
Oh no.. apa itu juga nyata?
***
Ruang latihan dipenuhi dengan suasana serius. Terlebih lagi, Zen, anak hawa yang terpilih itu, memanah dengan sangat baik. Panahnya selalu tepat sasaran.
Ya, seperti yang kalian baca di part sebelumnya. Zen mengorbankam diri dan kemudian hidup kembali karena jiwanya telah kembali padanya.
Jika kalian bertanya kemana perginya jiwa-jiwa kekuarga Azalea yang lainnya? Apakah mereka kembali lagi pada tubuh keluarga Azalea yang telah mati?
No.
Jiwa-jiwa itu tidak kembali pada tubuh keluarga Azalea yang mati. Tapi mereka pergi ke tempat mereka seharusnya berada.
"Kau sangat hebat dalam memanah, Zen!" Pekik Lucy.
Lucy yang menemukan Zen membelai kepala saudaranya saat pagi buta, terkejut bukan sembarang. Dia berteriak ketika melihat Zen menatap dan tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zen In Narnia
FantasyZen adalah sosok gadis yang tidak pernah malu mengutarakan perasaannya pada Edmund yang selalu acuh tak acuh dan bersikap dingin padanya. Waktu terus berjalan hingga mereka yakni Edmund, Lucy, dan juga Zen muncul di Narnia berkat sebuah buku milik Z...