Charlie melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan aman. Charlie pun dengan pelan melangkah agar tidak menciptakan bunyi yang akan menganggu tidur malam anak-anak di panti.
"Kau lama sekali!" Bisik Charlie pada seseorang yang berada di belakangnya.
"Kau yang lama! Yang seharusnya sampai dalam satu menit malah kau jadikan sepuluh menit." Ucap orang itu jengkel.
"Sudahlah, ayo cepat sebelum kita ketahuan."
Charlie pun melanjutkan melangkahnya dalam kegelapan, disusul oleh orang di belakangnya. Malam yang seharusnya menjadi rahasia menjadi terbongkar karena Charlie tak sengaja menabrak sesuatu. Ketika Charlie membuka matanya perlahan, dia melihat ruangan telah menjadi terang.
"Apa aku ada di surga?"
"Sadarlah, kau ada di neraka sekarang."
Charlie menatap orang di sebelahnya yang terlihat menaikkan alisnya dan menunjuk ke depan dengan bola matanya. Charlie pun perlahan melihat ke depan. Charlie menelan ludahnya kasar.
"Ehehe, k-kak Zen." Charlie menggaruk tengkuknya tak gatal. "Kau berbohong padaku. Mana ada bidadari secantik ini di neraka." Ucap Charlie yang menatap Zen dengan menyenggol pelan orang yang berada di sebelahnya.
Zen menyilangkan tangannya dan menatap tajam pada dua orang yang berada di depannya.
"Bisakah salah satu dari kalian menjelaskan padaku tentang tingkah kalian yang menyelinap keluar dan tidak beristirahat dengan baik di kamar?"
"Well, kau sendiri?"
"Edmund, jangan berdebat denganku."
Edmund hanya mengangkat bahunya, tidak bersalah.
"Hah, kalian berdua ini. Kenapa kalian jadi akrab sekali belakangan ini? Benar-benar merepotkan." Zen kini menatap Charlie. "Charlie, pergilah ke kamarmu dan istirahat."
Charlie yang tidak mau di serang oleh kemarahan Zen pun menurut dan langsung pergi ke kamarnya, meninggalkan Zen dan Edmund berdua.
"Bisa beri penjelasan?" Zen menatap Edmund yang mendongakkan kepalanya menatap langit-langit panti asuhan. Menghindari kontak mata dengan Zen.
"Edmund."
Edmund masih belum mau menatapnya.
"Ed!"
Masih belum.
Zen menghela nafasnya dan menggenggam tangan Edmund. "Sayang?"
"Hm? Ya?" Edmund langsung menatapnya namun dengan segera dia mengalihkan topik pembicaraan sebelum Zen bertanya. "Aku sepertinya mulai ngantuk."
"Ha? Jangan mengalihkan pembicaraan, Ed." Zen menepuk pelan pipi Edmund. Edmund menggeleng. "Aku ngantuk."
"Ya sudah, sana tidur." Ucap Zen yang berbalik ingin mematikan lampu tempat ruangan mereka berada.
"Tidur berdua?"
Zen sontak menatap tajam pada Edmund. "Tidur sendiri, Ed! Sana sana." Zen melambaikan tangannya, seakan mengusir Edmund. Edmund hanya terkekeh dan berjalan pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya,
"Kak Zen! Ada tamu cantik datang." Charlie berlari menghampiri Zen yang sedang sibuk merapikan tanaman di halaman belakang.
"Benarkah? Siapa?"
"Hai Zen." Suara yang familiar terdengar di telinganya. Sontak bibir Zen menyunggingkan senyum.
"Lucy!"
Lucy berjalan mendekati Zen, hendak memeluknya.
"Hei no. Pakaianku kotor sehabis berkebun." Tolak Zen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zen In Narnia
FantezieZen adalah sosok gadis yang tidak pernah malu mengutarakan perasaannya pada Edmund yang selalu acuh tak acuh dan bersikap dingin padanya. Waktu terus berjalan hingga mereka yakni Edmund, Lucy, dan juga Zen muncul di Narnia berkat sebuah buku milik Z...