Di malam yang sunyi, jauh dari keramaian pesta di kastil.
Suara isak Zen terdengar dan tangan Zen yang tak berhenti memukul Edmund yang mencoba menghiburnya.
"Maaf, Zen. Aku tak bermaksud seperti itu."
Edmund membawa Zen ke dalam pelukannya. Mengelus punggungnya pelan agar Zen merasa tenang.
Dan...
"Ada apa dengan Zen?"
Edmund menoleh melihat Lucy datang bersama Caspian. Lucy berlari dan duduk di sebelah Edmund. "Apa dia tertidur?"
"Zen..?" Panggil Edmund dengan lembut. Kepalanya sedikit menjauh dan melihat Zen yang tidak meresponnya.
Edmund menghela nafasnya dan mengeratkan pelukannya. "Jangan ganggu dia, Lucy."
"Aku tidak mengganggunya."
"Jangan berkelahi, kawan. Dan lihatlah siapa yang datang." Caspian menoleh ke belakangnya. Senyum merekah di wajah Lucy.
"ASLAN!"
Lucy berlari memeluknya. Sedangkan Zen terbangun karena teriakan Lucy. Tangannya reflek mengusap pipinya yang tak basah dan Edmund menggenggam tangannya. Sontak Edmund mendapatkan tatapan tajam dari Zen.
"Zen Azalea."
Zen mengalihkan tatapannya pada Aslan yang menghampirinya. Senyum terukir di bibirnya. Zen berdiri dan memberi hormat padanya.
"Namamu akan tertulis di sejarah Narnia atas ketulusanmu."
Aslan menatap mereka bertiga bergantian.
"Kurasa sudah saatnya kalian pulang."
Zen mendekati Aslan dan berbicara pelan. "Apa aku boleh tau tentang keluarga asliku, Aslan?"
"Sama sepertimu. Mereka orang yang hebat."
Zen tersenyum dan menoleh ke arah Caspian.
"Bolehkah aku berpamitan dulu?". Aslan memperbolehkan. Saat itu juga Zen memeluk Caspian, erat sekali, tak sengaja membuat api menyala di sebelah Lucy.
"Terimakasih Caspian telah menemaniku disaat aku sedang terpuruk."
Zen melepas pelukannya. Caspian tersenyum dan memberi kecupan pada kening Zen. "Sama-sama. Aku akan merindukanmu."
Lucy pun menyusul Zen memeluk Caspian. (Astaga Caspian menang banyak...)
Setelah selesai dengan acara pamitan, Lucy Zen dan Edmund berkumpul. Aslan mengaum dan membuat bunga-bunga Azalea berterbangan dan mengelilingi mereka bertiga. Sebelum mereka benar-benar di kelilingi oleh bunga tersebut, Edmund menggenggan tangan Zen dengan kuat, sontak Zen merasa kesakitan dan menoleh pada Edmund yang tidak menatapnya sama sekali.
Kini mereka bagai berada di dalam angin topan, bedanya yang di depan mereka ini adalah bunga. Perlahan bunga-bunga itu menghilang dan mereka sudah tak ada lagi di Narnia.
Senyum Lucy masih menempel di bibirnya, matanya menatap sekelilingnya hingga berhenti ketika matanya melihat Edmund yang menggenggam tangan Zen dengan muka datarnya dan Zen yang menatapnya meminta tolong melepaskan dirinya dari Edmund.
Bukannya menolong Zen, Lucy bersenandung tidak jelas dan pergi menuju kamarnya.
Zen berdecak kesal dan menatap pada Edmund yang terlihat dingin.
"Lepaskan tanganku, Ed."
Edmund menatap Zen. "Kau siapa?"
Zen terdiam. Heh, apa Edmund benar-benar melupakannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zen In Narnia
FantasiZen adalah sosok gadis yang tidak pernah malu mengutarakan perasaannya pada Edmund yang selalu acuh tak acuh dan bersikap dingin padanya. Waktu terus berjalan hingga mereka yakni Edmund, Lucy, dan juga Zen muncul di Narnia berkat sebuah buku milik Z...