Ramalan

2K 269 15
                                    

Caspian X, Raja Narnia, Lord of Cair Paravel, sedang sibuk dengan kertas-kertas yang berserahkan di mejanya. Sesekali Caspian menghela napasnya dengan kasar. Setiap informasi yang dia terima dari orang suruhannya dan juga kertas-kertas yang dia temukan di perpustakaan milik Profesor Cornelius berbeda jauh. Hal itu membuat Caspian merasa putus asa. Namun rasa itu hilang ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Drinian muncul dengan membawa tiga orang di belakangnya.

"Caspian." Lucy muncul dengan senyum di bibirnya. Caspian dengan segara beranjak dari tempat duduknya dan sontak Lucy berlari memeluk Caspian. "Lucy." Caspian membalas pelukan Lucy dan menatap Edmund. Edmund tersenyum. "Senang bisa bertemu kembali."

Zen terdiam di tempat melihat Caspian. Caspian yang menyadari adanya teman baru tersenyum. "Siapa dia?" Lucy sekilas menatap Zen yang melihat Caspian dengan kagum dan sedikit melirik ke arah Edmund yang masa bodo dengan kelakuan Zen. "Dia Zen, teman kami."

Zen tersenyum manis pada Caspian dan Caspian membalas senyumnya. "Kau sangat tampan, tapi sayangnya Edmund lebih tampan darimu dan kau harus tahu aku menyukainya." Lucy tersenyum kecil, Caspian terkekeh. Edmund menggelengkan kepala, tidak ingin tahu apa yang telah terjadi. Zen hanya cengar-cengir tanpa dosa, membuat Caspian geram dengan tingkahnya. "Sangat disayangkan, padahal aku ingin sekali menjadikanmu ratuku." Caspian menoleh ke arah Edmund.

"Apa?"

"Aku ingin meminta restu darimu." Caspian tertawa kecil dan menunjuk Zen dengan dagunya. Edmund berdecak kesal. "Memangnya aku orangtuanya?" Edmund pergi melangkah ke sembarang arah. Lucy terkekeh dan menatap Caspian. "Sudah menemukan ratumu, Caspian?" Caspian menggeleng dan tersenyum kecil. "Tidak ada yang lebih baik dari kakakmu."

"Caspian, kertas apaan ini?" Edmund dengan sekilas membaca lembar per lembar kertas yang berada di meja Caspian.

"Ramalan." Caspian berjalan ke arah Edmund. Edmund menaikkan alisnya. "Ramalan yang kabarnya akan terjadi tahun ini."

Lucy dan juga Zen mendekat, penasaran dengan ramalan yang dimaksud Caspian.

"Ramalan itu mengatakan bahwa Narnia akan hancur dan punah dengan bangkitnya sebuah mahluk yang sangat kuat dan perang akan terjadi dimana-mana sampai titik dimana makhluk yang kuat itu menelan semua yang ada di Narnia. Tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali anak hawa yang terpilih."

"Anak hawa yang terpilih?" Edmund menatap Caspian kemudian menatap Lucy dan Zen secara bergantian. "Maksudmu salah satu dari mereka?"

Caspian menggeleng kepalanya. "Aku tidak tahu, Edmund. Bahkan aku masih ragu akan ramalan itu. Informasi ramalan yang aku temukan di perpustakaan milik Profesor Cornelius dan juga dari orang suruhanku berbeda. Ada yang mengatakan bahwa anak adamlah yang bisa menghentikannya, namun ada juga yang mengatakan anak hawalah yang bisa menghentikannya."

Edmund menatap meja lamat-lamat. Pikirannya menjadi ikut berputar mencerna informasi yang Caspian berikan.

"Sebaiknya kita tidak membahas ini dulu. Apa kalian tidak rindu dengan pakaian Narnia?"

***

Edmund telah mengganti pakaiannya bak pangeran dan Lucy dengan pakaian seorang puteri. Walau begitu, aura Raja dan Ratu mereka tak lepas dari mereka sedikit pun. Kini tinggal Zen yang masih berkutik dengan pakaiannya di ruang ganti. Zen merasa aneh memakai gaun. Bukan karena modelnya yang kuno, bukan karena bahannya, tapi karena Zen tidak pernah memakai gaun ataupun rok di dunia nyata. Zen selalu memakai celana di dunia nyata, alasannya agar dia leluasa bergerak. Zen dengan sedikit ragu melangkahkan kakinya keluar dari ruang ganti. Rambut hitam panjang yang terurai, gaun yang menampakkan bentuk badannya yang bagus, kulit putih yang membuat gaunnya cocok dengannya, mata cokelat yang berbinar, dan senyum manis yang dengan anggun merekah di wajahnya membuat mereka yang melihatnya kagum dengan parasnya. Edmund yang selalu malas menatap Zen kini menatapnya tidak berkedip.

"Ada apa dengan kalian?" Zen membuka suara memecahkan keheningan yang timbul akibat rasa kagum akan dirinya. Zen menatap Caspian, Lucy, dan Edmund secara bergiliran dan tersenyum ketika mendapati Edmund membuang muka dengan sedikit melirik ke arahnya.

"Kau sangat cantik Zen." Lucy mendekati Zen, memegang pundaknya dan tersenyum. Caspian mengangguk tanda setuju. Sedangkan Edmund menatap sekeliling mengalihkan perhatiannya dari Zen. Zen tersenyum dan berjalan ke arah Edmund, Edmund bersusah payah tidak menatap Zen.

"Edmund." Zen memutar-mutar gaun yang di pakainya. "Bagaimana menurutmu?"

"Aku tidak peduli." Edmund menatap Zen namun dengan tatapan yang tajam. Zen mengehentikan memutar gaunnya dan menjadi kikuk sendiri namun senyum tak pernah lepas dari wajahnya.

"Well, kalian sudah berganti pakaian. Apa kalian mau keliling kastil?" Caspian mengambil pedang yang terletak di mejanya yang berserahkan kertas. Lucy mengangguk, Zen mengikuti Lucy, Edmund sudah lebih dulu keluar dari ruangan.


Zen In NarniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang