"Taman ini sangat indah!" Zen menatap setiap sudut taman kastil dengan kagum. Matanya berbinar-binar melihat berbagai jenis bunga tertata rapi. Lucy menatap Zen dengan tersenyum, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Zen. Taman ini sangat indah. Tak terhitung berapa banyak jenis bunga yang tumbuh disini. Caspian berada di depan memimpin jalan sambil menjelaskan asal mula taman ini. Edmund hanya berjalan dengan malas di belakang dengan tangan yang berada di saku.
"Lebih baik mendengar ocehan Zen."
Edmund berhenti dan menggelengkan kepalanya. "Apa yang barusan ku pikirkan?"
Zen yang merasa Edmund tidak melanjutkan berjalan menoleh ke belakang dan mendapati Edmund yang sedikit kesal mungkin.
"Edmund, kau tak apa?" Teriak Zen.
Edmund menoleh ke arah Zen. Caspian dan Lucy juga begitu.
"Edmund, ada apa?" Lucy berjalan menyetarakan posisinya dengan Zen dan menatap Edmund.
"Tidak. Tadi ada lebah yang mengganggu." Edmund kembali berjalan lurus mengabaikan Lucy yang tidak puas dengan jawabannya. Zen hanya mengangguk mengerti.
Setelah berpanjang lebar menjelaskan, Caspian mempersilahkan Zen, Lucy, dan Edmund berkeliling taman dengan bebas. Edmund tanpa di suruh dua kali langsung pergi ke sembarang arah. Lucy menggandeng Zen dan hendak melangkah, namun terhenti karena Caspian.
"Lucy, bisakah kau tinggalkan aku dan Zen di sini?"
Lucy mengangguk dan menatap Zen dengan tersenyum lantas pergi meninggalkan Caspian dan Zen.
"Apa kau keberatan jika aku membawamu ke suatu tempat?"
"Hm-- Tidak."
Caspian tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Zen. Zen sedikit membungkuk bak puteri menerima uluran sang Raja. Caspian membawa Zen melewati labirin tersembunyi di taman. Zen sedikit takut tidak bisa keluar dari labirin. Tapi Caspian menggenggam erat tangannya, membuat Zen merasa tenang. Beberapa menit mereka berdua melintasi labirin, hingga pada akhirnya mereka tiba di sebuah tempat dimana air mancur sederhana yang elegan mengalir dengan anggun, kunang-kunang berterbangan kesana kemari, bunga-bunga dengan kelopak lima berwarna merah muda bermekaran di bawah langit senja. Caspian melepaskan genggam tangannya dan mempersilahkan Zen masuk menikmati keindahan taman rahasia di labirin. Zen menatap sekelilingnya dengan kagum. Caspian tersenyum.
"Ini indah." Zen menatap Caspian.
"Ya, sama sepertimu."
Zen tersenyum kecil dan kembali menatap bunga-bunga yang sedang bermekaran itu.
"Apa nama bunga ini?"
"Azalea." Caspian kini berdiri disamping Zen. Zen terdiam sejenak.
"Azalea." Guman Zen.
"Terimakasih telah mengajakku kemari, Caspian. Alangkah bahagianya jika Edmundlah yang membawaku ke sini." Zen tersenyum kecil.
Caspian menatap Zen lamat-lamat. "Kau bisa datang padaku jika kau ada masalah."
Zen terkekeh. "Tidak, Caspian. Aku akan berusaha untuk tidak membuat masalah. Edmund pernah bilang padaku bahwa aku ini adalah sumber dari segala masalah."
"Dan kau percaya?"
Zen menggeleng kepalanya dengan samar dan mulai mengganti topik. "Lagipula, mengapa bunga ini ditanam secara terpisah dari bunga lainnya?"
"Aku tidak tahu alasannya, Zen. Bunga ini muncul dengan sendirinya di tempat ini." Caspian menyentuh kelopak bunga Azalea.
"Muncul sendiri?" Zen menaikkan alisnya. Caspian mengangguk. "Bunga ini muncul tepat di dua hari yang lalu, dimana ramalan tentang punahnya Narnia tersebarluas. Apa ini sebuah pertanda atau kebetulan?" Caspian menatap Zen.
"Kau bertanya padaku? Aku bertanya pada siapa?" Zen tertawa kecil disusul Caspian.
"Langit mulai gelap. Apa kau masih mau di sini atau kembali ke kastil?"
***
Edmund membuang kerikil ke sembarang tempat. Entah sudah berapa banyak kerikil yang dia buang sembarang arah. Lucy hanya tersenyum geli melihat tingkah saudaranya itu.
Beberapa waktu sebelumnya...
"Edmund! Tunggu!" Lucy berlari kecil kecil ketika Edmund menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Kau sendiri?" Edmund mendongakkan kepalanya mencari seseorang.
"Zen sedang bersama Caspian."
"WHAT?!" Edmund sedikit menaikkan suaranya. Lucy tertawa kecil.
"Jealous."
Edmund menatap tajam. "Siapa yang jealous?!"
Lucy mengangkat bahunya tidak peduli dan berjalan mendahului Edmund.
Kembali ke masa sekarang.
"Edmund, berhentilah membuang kerikil itu sembarang arah. Itu akan melukai orang."
"Tidak ada orang yang akan datang ke sini. Taman ini taman raja." Edmund kembali lagi membuang kerikil ke sembarang arah. Mengingat seharian ini Zen tidak mengganggunya membuat Edmund merasa kesal dan juga janggal, terlebih lagi ketika mendengar bahwa Zen sedang berdua dengan Caspian saat ini. Dan, hei, langit mulai gelap! Dimana mereka berdua berada?!
Edmund semakin kesal mengingat hal itu. Tanpa sadar dia mengambil sebuah batu sebesar genggaman tangannya dan melemparkan batu itu ke depan dengan penuh emosi.
"Auuu."
"Zen!" Lucy beranjak bangun dari duduknya dan menghampiri Zen yang memegang perutnya meringis kesakitan. Edmund yang mendengar Lucy meneriakan nama Zen sontak menghentikan aktifitas melemparnya dan ikut menghampiri Zen yang sekarang posisinya di rangkul oleh Caspian dan Lucy yang memegang tangan Zen.
"Bukankah sudah aku katakan untuk berhenti melempar kerikil bodohmu itu? Dan yeah kau tidak mendengar bahkan kau melemparkan batu sebesar genggaman tangan pada perut Zen!" Lucy menatap tajam pada Edmund yang melihat Zen dengan penuh rasa bersalah.
"Bisa kalian menghentikan perdebatan kalian? Zen tampak sangat kesakitan." Caspian dengan segera menggendong Zen bak putri dan membawanya menuju ke kastil disusul dengan Lucy yang masih menatap tajam pada Edmund yang dilanda rasa bersalah dan juga kesal yang teramat sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zen In Narnia
FantasyZen adalah sosok gadis yang tidak pernah malu mengutarakan perasaannya pada Edmund yang selalu acuh tak acuh dan bersikap dingin padanya. Waktu terus berjalan hingga mereka yakni Edmund, Lucy, dan juga Zen muncul di Narnia berkat sebuah buku milik Z...