Berdua

1.2K 178 2
                                    

"Shit. Kita terpencar."

Edmund menghentikan kudanya setelah merasa cukup jauh dan aman. Matanya menatap sekeliling, mencari Lucy dan Caspian.

"Setidaknya kita aman, Ed." Zen juga ikut menatap sekeliling.

Edmund tersenyum jahil.

"Kau senang karena kita aman atau karena ditinggal berdua oleh Lucy dan Caspian?"

Zen menatap Edmund dengan bingung. Namun dengan cepat dia paham dan mengelak.

"Itu tidak benar."

Zen bisa merasakan hawa panas di wajahnya. Terakhir kali Zen berdua dengan Edmund, Edmund mencium keningnya, dan mengingat hal itu membuat wajah Zen semakin panas.

"Kau kenapa?" Tanya Edmund yang menyadari Zen sedang melamun.

"Aa-- tidak ada." Zen mencuri lirik pada Edmund. "Aku hanya bingung denganmu."

"Ada apa denganku?"

"Kenapa kau menciumku kemarin?" Tanya Zen to the point.

Edmund terdiam sejenak dan sesaat kemudian (lagi-lagi) tersenyum jahil.

"Memangnya kenapa?"

"Kau tanya kenapa?" Zen menoleh kebelakang, menatap Edmund. Edmund membalas menatap Zen dan menaikkan alisnya sebelah. Zen yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya yang terasa hangat.

Edmund sungguh menggoda batin Zen.

Edmund terkekeh. "Lagipula itu hanya ciuman dikening."

Lagipula katamu?

"Dan juga kau yang memulainya terlebih dahulu."

"Ha?" Zen kembali menoleh kebelakang, menatap Edmund dengan bingung. "Apa maksudmu?"

"Kau lupa?"

Zen diam.

"Dasar." Edmund mencubit pipi Zen. "Kau yang memulai dan kau melupakannya."

Zen mebelalakan matanya.

"Ed..." Lirih Zen seakan ingin menangis.

Edmund melepas cubitannya dan menatap Zen dengan khawatir. Apa dia mencubit Zen terlalu kuat? Perasaan dia mencubitnya dengan pelan. Apa karena dia tidak menjawab pertanyaannya? No, Zen bukan orang yang seperti itu.

"Kau membuatku menjadi sangat menyukaimu." Zen menundukkan kepalanya. "Kau harus tanggung jawab." Ucal Zen dengan pelan, namun masih bisa terdengar oleh Edmund.

Edmund menghela nafas dan tertawa kecil. "Hoh, aku tak mau."

Zen mendongakkan kepalanya.

"Kena-- EDMUND!"

Zen mencoba berusaha menyeimbangkan posisinya. Zen hampir saja jatuh dari kuda. Edmund tertawa tidak berdosa.

"Kita akan mencari Lucy dan Caspian. Mereka mungkin tak jauh dari sini."

Zen ber hmm pelan. Sedikit kesal dengan Edmund yang hampir membuatnya jatuh.

"Maaf." Edmund menyeringai. Zen tersenyum. Bagaimana sih dia bisa kesal dengan Edmund? Mendengar suara dehaman Edmund saja sudah membuat dia melayang entah kemana.

"Zen, jangan melamun. Nanti kau jatuh lagi."

"Aku hampir jatuh tadi karenamu, Ed. Lain kali beritahu dulu kalau mau jalan."

Edmund hanya berhmm pelan dan fokus mencari Lucy dan Caspian.

Disisi lain...

"Edmund dan Zen tak bersama kita." Lucy menatap Caspian khawatir.

Caspian hanya tersenyum.

"Mereka baik-baik saja, Lu. Dan biarkan saja mereka menikmati waktu berdua mereka."

Bibir Lucy perlahan menyunggingkan senyum. Benar juga, biarkan mereka berdua menikmati waktu mereka, toh ada Edmund yang melindungi Zen, jika Zen lecet sedikit saja, Edmund akan merasakan akibatnya batin Lucy.

***

"Bagaimana mereka tidak terpengaruh dengan sihir hitam ini?"

Seseorang dengan badan kerdil menatap tangannya dengan bingung.

"Ini sungguh menyusahkan!"

***

"Ed.. tempat ini sangat aneh." Zen mengusap lengannya. Bukan karena kedinginan, melainkan aura di tempat yang mereka berada sekarang sangat tidak mengenakkan.

"Ya, aku juga merasa begitu." Edmund menatap sekeliling.

"Kita kembali ke tempat semula saja bagaimana?" Saran Zen. Pohon-pohon kering berdiri dimana-mana. Tak jarang juga terdengar suara gagak yang menggema seram. "Ed.. ayo kita kembali." Zen memegang lengan Edmund.

"Kita akan kembali setelah kita menyelidiki tempat ini."

"Apa?" Tanya Zen terkejut.

"Aku tak pernah tau ada tempat seperti ini di Narnia." Edmund fokus dengan jalanannya. "Tenang saja, aku akan melindungimu."

Zen menghela nafas dan memperhatikan sekelilingnya. Rasa takut dan juga khawatirnya tergantikan oleh rasa tenang yang diberikan oleh Edmund. Zen tersenyum kecil.

Tak apa-apa, hanya menyelidiki tempat ini saja, hanya sebentar. Ya, hanya sebentar. Bersama Edmund, waktu pasti berjalan dengan cepat. Begitulah pikir Zen.

Zen In NarniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang