Berkali-kali Zen melemparkan panahnya tepat sasaran. Hal itu membuat Zen semakin ingin memanah lebih banyak dan menjadi lebih fokus dengan sasarannya. Tak sadar dengan sekelilingnya, terlebih lagi di depannya. Seseorang dengan badan kerdil memegang sebuah pisau kecil hendak melemparkan pisau itu pada Zen. Tak ada yang sadar termasuk Caspian, Lucy, dan Edmund yang berdebat. Hingga pisau itu mendarat dengan sempurna di saku gaun Zen. Lucy yang sempat melihat pisau itu melayang di udara dan mendarat pada tubuh Zen langsung berteriak.
"ZENN!" Lucy berlari panik mendapati Zen yang sedikit shock. Caspian dan Edmund menyusul Lucy, hendak bertanya-tanya ada apa yang sebenarnya terjadi. Namun terurung ketika melihat sebuah pisau menancap tubuh Zen.
"Aku tak apa, Lucy." Zen menenangkan Lucy dan mengambil pisau yang menancap tubuhnya itu. Lucy menutup matanya tak kuasa melihat luka Zen. Edmund sedikit memalingkan mukanya, dia juga tak mampu melihat luka Zen. Sedangkan Caspian memperhatikan Zen dengan was-was.
"Kalian.." Zen tertawa kecil, membuat Lucy dan Edmund menatap Zen dengan bingung.
"Itu tidak lucu, Zen. Jangan menyembunyikan rasa sakitmu dengan tertawa." Lucy melotot pada Zen dengan raut wajah yang kebingungan. Zen sedikit meredakan tawanya. "Aku tidak terluka, Lucy. Lihat." Zen menunjuk area dimana pisau itu mendarat. Lucy membelalakan matanya. Begitu juga dengan Edmund. Sedangkan Caspian bersikap biasa saja. Zen hanya terkekeh melihat reaksi Lucy dan terutama Edmund. Lucu pikir Zen.
"Sesuatu melindungi Zen." Caspian mengulurkan tangannya pada Zen. "Bisa kau berikan pisau itu padaku?" Zen mengangguk dan memberikan pisau itu padanya.
"Sesuatu? Apa?" Edmund bertanya.
"Buku ini." Zen dengan pelan mengeluarkan buku bersampul hitam yang sebesar saku kemeja. Tampak ada bekas tancapan pisau kecil itu, namun hanya pada sampulnya saja. Edmund dan Lucy melihat buku itu seketika mengeryitkan dahi. Sangat familiar pikir mereka.
"Aku sangat beruntung punya buku ini. Untung aku selalu membawanya di sakuku." Zen tersenyum lebar dan menatap Edmund dan Lucy yang bingung secara bergiliran. "Secepat itu kah kalian melupakan buku ini?" Edmund dan Lucy menatap Zen. "Ini buku yang membawa kita ke sini."
"Bagaimana bisa?" Lucy bertanya.
"Apanya?" Zen bertanya kembali.
"Seingatku buku yang membawa kita ke sini ukurannya lebih besar."
Zen terdiam tampak berpikir.
"Aku tak tahu apakah kalian akan percaya padaku atau tidak." Zen menatap mereka, termasuk Caspian yang sekarang memfokuskan diri pada cerita Zen. Sedari tadi Caspian mengamati pisau yang menancam Zen. Caspian merasa tak tenang melihat pisau itu.
"Bukunya berubah menjadi kecil saat aku berganti pakaian dengan pakaian Narnia. Seperti ada yang menyihirnya."Hening. Zen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aa maaf, aku tahu ini aneh--"
"Tidak ada yang aneh di Narnia. Kami percaya padamu." Edmund menatap Zen. Lucy mengangguk setuju dengan Edmund, begitu juga dengan Caspian. Zen tersenyum menatap mereka. "Aku sangat menyayangi kalian."
Caspian terkekeh pelan dan menggoda Zen. "Benarkah? Aku kira kau hanya menyayangi Edmund saja." Zen memainkan rambutnya asal. "Ya, aku menyayangi, menyukai, dan mencintai Edmund." Ucap Zen tersenyum dan menatap Edmund yang memalingkan wajah.
"Dasar gengsian." Guman Lucy melihat Edmund yang salah tingkah. "Waw, Ed. Mukamu merah sekali." Lucy sedikit mengeraskan suaranya hingga membuat Caspian terkekeh dan Zen yang seketika khawatir dengan Edmund.
"Kau sakit, Ed?" Zen menghampiri Edmund. Zen langsung meletakkan punggung tangannya pada kening Edmund. Edmund terdiam dengan perlakuan Zen. Dia bisa merasakan betapa lembutnya kulit Zen. Memikirkan hal itu membuat wajah Edmund kembali menghangat. "Ed! Kau deman!" Zen merapikan anak rambut Edmund dengan panik dan kembali memastikan apakah Edmund benar-benar sakit. "Ya ampun, Ed. Kau sakit. Kau harus istirahat." Zen menatap Edmund dengan khawatir dan kemudian menatap Caspian. Caspian yang mengerti apa yang ingin Zen sampaikan padanya pun membuka suara. "Kita sudahi latihan ini."
Zen mengangguk dan dengan segera menarik lengan baju Edmund dan membawa Edmund ke kamar. Lucy menghela nafas dan menggeleng pelan melihat kedua sejoli yang saling tidak peka itu berjalan meninggalkan mereka.
"Lucy, apa kau tahu siapa yang melemparkan pisau ini?" Caspian bertanya tanpa memalingkan tatapannya dari pisau yang berada di tangannya.
"Aku tak tahu. Tapi aku sempat melihat seseorang dengan tubuh kecil menghilang dalam sekejap dan sedikit menyisakan asap hitam." Lucy juga ikut menatap pisau yang ada di tangan Caspian.
"Kita harus mencari Aslan." Caspian menatap Lucy. Lucy mengangguk mengerti dan segera pergi meninggalkan Caspian.
Caspian menghela nafas dengan berat dan menatap pisau itu lamat-lamat.
"Aku harap firasatku ini salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zen In Narnia
FantasyZen adalah sosok gadis yang tidak pernah malu mengutarakan perasaannya pada Edmund yang selalu acuh tak acuh dan bersikap dingin padanya. Waktu terus berjalan hingga mereka yakni Edmund, Lucy, dan juga Zen muncul di Narnia berkat sebuah buku milik Z...