18 🍑🍌

1.3K 69 10
                                    

HAI GUYS.... SUDAH BERAPA LAMAKAH KITA TIDAK BERSUA.... SALAM KANGEN SEMUANYA... MISS YOU ALL...

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YA GUYS... MAAF KALAU ADA SALAH KATA YANG DI SENGAJA ATU TIDAK DI SENGAJA.

HAPPY READING GUYS....

Hari ini hari minggu, jadi Cala libur kerja. Ia pulang ke rumah bersama Adrian sedangkan Aaron pergi ke club untuk mengambil mobilnya. Sampai di rumah Erlina terlihat terkejut dengan kehadiran Adrian yang datang bersama putrinya. Erlina mematung di tempatnya saat ini berpijak, Cala pun langsung menghampiri Ibunya dan memegang ke dua bahu ibunya dari samping.

"Bu," panggil Cala membuat Erlina tersadar dari lamunannya.

"Si-siapa dia?" tanya Ibu tergagap.

"Erlina, Cala sudah tahu," ucap Adrian berjalan mendekati Erlina.

"Sudah tahu apa?" tanya Erlina yang berpura-pura tidak mengerti ucapan Adrian.

"Cala, siapa dia? Apa maksud perkataan dia? Kamu tahu apa, nak?" tanya Erlina kini menatap anaknya.

"Bu--" entah kenapa ucapan Cala hanya sampai di tenggorokan saja. Melihat wajah ibunya yang terlihat begitu panik membuatnya tidak sangup melanjutkan perkataannya.

Ibunya pasti memiliki alasan kuat untuk menjauh dari lelaki yang mengaku papanya ini. Walau ia sendiri tahu, tapi entah kenapa iya tidak yakin alasan ibunya menjauh dari suaminya karena suaminya telah memiliki keluarga baru.

Cala kini menghadapkan ibunya pada dirinya supaya mereka bisa saling menatap. "Cala ingin ibu sembuh," ucap Cala serius menatap ibunya yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Pria ini akan menjamin kesembuhan ibu," lanjut Cala berucap.

"Enggak, ibu sudah tidak apa-apa. Ibu sudah sembuh," ucap Erlina seray menggelengkan kepalanya kuat.

"Bu," panggil Cala dengan suara lembutnya dan wajah memohonnya. "Cala masih ingin bersama ibu," ucap Cala yang tanpa sadar sudah menjatuhkan air matanya di sudut matanya. "Cala mohon, ikutlah bersama pria ini," ucap Cala sambil menoleh ke arah Adrian yang kini hanya diam menatap anak dan ibu di hadapannya ini.

"Apa yang Cala katakan benar, ikutlah bersamku ke Amerika. Aku akan memberikan dokter terbaik untukmu supaya kita bisa berkumpul bersama. Apa kamu tidak ingin meliha anak kita menikah dan menimang cucu kita?" tanya Adrian menatap Erlina.

Cala perlahan melepaskan tangannya dari kedua bahu ibunya. Ia mundur beberapa langka dan membiarkan Andrian mendekati Erlina. Ia membalikkan tubuhnya dan pergi ke kamarnya membiarkan Erlina dan Adrian ruang untuk menyelesaikan urusan mereka. Cala menjatuhkan dirinya keatas kasur kapuk yang keras karena sudah lama tidak di jemur dengan posisi tengkurap.

"Huh!" Cala menghembuskan napasnya dengan berat seraya membalikkan tubuhnya untuk menatap langit-langit kamarnya.

Bagaikan ceritaa cinderlela, keadaannya berubah 360 derajat. Dari seorang anak biasa dengan pekerjaan sebagai pemuas nafsu pria demi membiayai ibunya yang sakit-sakitan. Kini ia menjadi anak seorang yang memilik kekayaan tidak tanggung-tanggung. Rumah mewah dan beberapa bodyguard yang ada di rumah itu sudah menjelaskan bahwa pria yang mengaku ayahnya itu bukan orang biasa.

Namun, Cala masih enggan menikmati kekayaan pria itu. Ia tidak mau, jika nantinya akan ada harga yang harus ia bayar jika menikmati kekayaan pria yang mengaku ayahnya. Entahlah, selama ini apa yang ada di dalam hidupnya seperi itu. Akan ada harga setiap apa yang ia lakukan. Ia tidak mau menjual ibunya hanya demi uang. Cala memejamkan matanya dan mulai tertidur begitu saja.

Di ruang tamu, kini Adrian dan Erlina berhadapan. "Apa yang sudah kamu katakan pada Cala?" tanya Erlina dengan wajah dinginnya.

"Aku hanya mengatakan apa yang harusnya aku katakana!"

"Kau bukan ayahnya!" tegas Erlina menatap tajam Adrian.

"Mau sebesar apapun kamu mengelak, dia tetap anakku!" tegas Adrian.

"Bukankah kamu ingin membunuhnya jika ia anak perempuan?" tanya Erlina dengan nada sinis.

"Itu dulu, sekarang aku menginginkannya," jawab Adrian penuh keyakinan.

"Karena kamu tidak memiliki anak, itu sebabnya kamu menginginkannya?" tanya Erlina sinis.

"Jika saja kamu tidak pergi, kita pasti memiliki anak perempuan. Aku hanya ingin memiliki anak denganmu. Tidak ada wanita lain yang selama ini menjadi istriku!" tegas Adrian.

Erlina tersenyum sinis mendengar jawaban dari Adrian. "Apa kau sedang mabuk? Lantas apa yang kamu lakukan dulu? Tidur dengan wanita lain di depanku dan berkata aku bukan istri yang berguna. Kamu menikahiku hanya untuk menolak wanita yang di jodohkan padamu," ucap Erlina dengan raut wajah marahnya.

"Iya, memang. Aku menikahimu karena untuk menolak perjodohon orang tuaku. Tapi, sedikitpun tidak pernah terbesit di benakku untuk menikah dengan wanita lain. Mengantikanmu dengan yang lain!" jawab Adrian tegas dan sorot matanya yang tajam itu menatap tepat ke manic mata Erlina. Tidak ada keraguan sama sekali di ucapan Adrian. Ia mengatakan kebenarannya, karena memang ia tidak menikah sama sekali semenjak istrinya pergi.

Ia memang akan menjemput sang istri jika ia merasa sudah waktunya istrinya kembali kesisinya. Namun, semenjak kematian sang ayah, ia harus bertanggung jawab atas semua perusahaan milik keluarganya yaitu perusahaan AA Corporation. AA Corporation ini bergerak di bidang obat – obatan, alat – alat perang seperti senjata dan lainnya, serta ada perusahaan modeling dan juga pemilik mall.

Tidak terbayang bukan, bagaimana sibuknya Adrian mengelolah perusahaan. Apalagi saingan bisnisnya yang cukup membuatnya kewalahan. Sudah beberapa kali Adrian hampir mati karena lawan bisnisnya. Sayangnya ia tidak punya bukti kuat karena pelakunya sudah di hilangkan tanpa jejak.

Semua wanita yang mendekatinya pasti tidak jauh – jauh dengan uang, itu sebabnya ia memilih tidak menikah lagi karena ia tidak mau sampai hartanya jatuh ke tangan orang yang salah. Kedatangannya ke Indonesia membuatnya sadar bahwa sudah waktunya ia kembali dengan istrinya dan juga anaknya. Walau ia sedikit kecewa karena anaknya seorang wanita, tetapi pekerjaan anaknya membuatnya tahu jika putrinya orang yang bertanggung jawab. Ia rela menjual tubuhnya hanya untuk ibunya yang sakit.

Cala anak yang pintar, seharusnya ia bisa berkuliah dengan beasiswa tetapi Cala memilih bekerja siang malam hanya untuk mengobati ibunya. Terbukti dengan dia yang berhubungan dengan seorang dokter penyakit dalam. Dokter yang memang membalas apa yang Cala lakukan dengan benar, bertanggung jawab dengan kesehatan istrinya.

Ia sudah membayar dokter itu dengan sangat mahal dan memperingati dokter itu agar tidak lagi menganggung sang putri. Ia juga membayar mahal pada mucikari yang sudah membantu Cala selama ini. Walau cara membantunya salah, tetapi dia sudah baik pada Cala. Orang – orang yang sudah membantu sang istri dan putriya sudah mendapatkan ganti rugi yang sepadan dari Adrian. Seperti ruamh yang di tempati istri dan anaknya ini, kini sudah sepenuhnya atas nama dirinya.

"Apa kamu tidak ingin meihat Cala menikah dan memberikan kita cucu?" tanya Adrian yang kini raut wajahnya sudah terlihat sedih.

"Berhenti memasang wajah sedih menjijikkan itu!" tegas Erlina seraya memalingkan wajahnya.

Adrian tersenyum, ia malah semakin memasang wajah sedih menatap sang istri yang tidak mau menatapnya. Ternyata sifat istrinya tidak berubah sama sekali. Dulu ketika ia mendekati istrinya dan membuat sang istri pada akhirnya mau menikah dengannya ia selalu memasang wajah sedih ketika Erlina sedang marah padanya. Ternyata raut wajah sedihnya begitu ampuh membuat Erlina luluh padanya.

Erlina berusaha memalingkan wajahnya, tetapi Adrian tidak mau berhenti menatap ke Erlina dengan wajah sedihnya membuat hati Erlina melemah. "Baiklah," putusnya dengan nada malas.

Membuat Adrian sedikit tersenyum, "Jadi, kamu mau ikut aku ke Amrik, kan?" tanya Adrian masih memasang wajah sedihnya.

"Berhenti memasang wajah seperti itu, atau aku tidak akan mau ikut denganmu!" tegas Erlina.

"Oke – oke!" ucap Adrian bersemangat.

TBC....

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang