24 🍑🍌

738 33 8
                                    

YUHUU.... UP LAGI. JANGAN LUPA VOTE, KOMENT DAN DI SHARE KE TEMEN"YG BACA CERITA DEWASA YA GUYS... BIAR BANYAK YG BACA.... SYEDIH... DEH KARENA MASIH SEPI.🤭🤭

YG PUNYA TIKTOK, BOLEH DONG MAMPIR KE AKUN TIKTOKKU.🤭🤭

HAPPY READING GUYS....

Cala pergi ke kamarnya ketika Aaron sudah pulang. Cala merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya kini menatap ke langit-langit kamarnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? apa aku harus berhenti, atau.... Aarrgghh! Gua bicara apa sih? Jangan lemah Cala hanya karena lelaki cupu itu!" marahnya pada dirinya sendiri.

Cala sedikit goyah dengan sikap Aaron, dirinya tadi sempat berpikir untuk berhenti bekerja di penerbitan dan menerima segala sesuatu dari papanya. Tapi seketika ia sadar, bahwa yang namanya pria semuanya sama yaitu makhluk visual. Dimana jika ia melihat ada lawan jenis yang memikat pandangannya maka ia akan melakukan apapun untuk menarik mangsanya. Ia tidak mau menjadi wanita lemah dan takluk begitu saja dengan seorang pria. Apalagi prianya itu adalah Aaron. Memang Aaron anak baik-baik keluarganya pun orang baik, tetapi justru Aaron  yang anak baik inilah rasa keingin tahuannya sangat tinggi karena ia belum pernah merasakannya.

Seperti seorang yang menginjak usia remaja atau dewasa. Mereka memiliki perasaan ingin tahu  yang tinggi. Aaron pun sama, jika nanti rasa penasarannya sudah tercapai ia pasti akan pergi meninggalkan dirinya. Cala memejamkan matanya untuk menghilangkan segela pemikirannya. Menutup pintun hatinya rapat-rapat agar ia tidak semakin di rendahkan.

Pagi pun tiba, Cala membuka matanya dan hembusan napas berat yang ia keluarkan. Ia mngusap matanya beberapa kali sebelum ia mendudukkan tubuhnya. Ia menatap lurus ke depan dan terdiam beberapa saat sebelum ia turun dari tempat tidur. Berjalan ke arah kamar mandi untuk mebersihkan tubuhnya. Semalaman ia tidak bisa tidur, tidurnya hanya tidur-tidur ayam.

Otaknya di penuhi dengan segala pemikiran untuk berhenti dan meneruskan usaha papanya. Tapi, ia tidak mau menjilat ludah sendiri karena ia tidak membutuhkan semua itu setelah pria tua itu tidak mempedulikannya dan mamanya. Andai pria tua itu sedari dulu peduli dengan mamanya, ia tidak akan membencinya pria tua itu.

Ia mungkin kehilangan keperawanannya, tetapi ia mungkin tidak akan menjual dirinya untuk mengobati ibunya. Ia bukan marah pada ibunya yang sakit, tapi ia marah pada pria tua yang tidak bertanggung jawab. Datang setelah dunianya hancur.

Mengguyur kepalanya yang penuh dengan segala pemikiran membuat Cala sedikit relax. Memejamkan matanya menikmati guyuran shower yang jatug di atas kepalanya. Mencoba melepaskan beban di dalam kepalanya.

Selesai membersihkan tubuhnya ia pun berganti pakaian. Memakai pakaian yang di belikan papanya. Ia memilih memakai kemeja dan juga celana jens berwarna hitam. Mengambil flat shoes dan juga tas gendong berwarna hitam. Setelah menguyur air di atas kepalanya ia pun mendapatkan pencerahan.

Dunia hancur, jadi kenapa tidak ia membuat dunia orang yang membuatnya harus bekerja menjual diri juga hancur. Ia memoleskan makeup tipis tetapi tetap membuatnya cantik. Memakai kacamata yang biasa ia gunakan.

Ia berjalan ke luar menuju ruang makan, tanpa banyak bicara ia pun mulai memakan sarapan paginya. Nasi goreng seafood dengan telur mata sapi yang kuningnya matang. "Terimakasih bi," ucap Cala kemudian ia bangun dari kursinya.

"Saya mau pergi bekerja bi," ucapnya seraya menatap sang asisten rumah tangga yang saat ini sedang merapihkan meja makan.

"Baik nona Cala," ucap sang asisten rumah tangga.

Ia berjalan ke arah ke luar, menatap salah satu bodyguard yang di percaya oleh papanya. "Antarkan saya ke tempat kerja saya," ucapanya datar.

"Baik, nona," jawab si bodyguar tan0a membantah.

"Cukup satu mobil, dan tidak lebih!" perintahnya.

"Baik, nona."

"Ah, satu lagi. Cukup satu orang yang mengantarkan saya."

"Tapi nona, tuan--"

"Satu orang!" tegas Cala dengan tatapan tajamnya.

"Baik nona," jawab bodyguard tanpa banyak bantahan.

Ia pun mengutus salah satu bodyguard untuk mengantarkan Cala ke tempat kerjanya. Saat ini sudah pukul sepuluh pagi, Cala memang sudah terlambat bekerja. Tapi kali ini ia datang bukan untuk bekerja, melainkan resign dari tempat kerjanya. Satu-satunya cara untuk menghindari Aaron adalah berhenti bekerja dari kantor mama Aaron. Kedua, ia nantinya akan meminta papanya agar memerintahkan Aaron untuk menjauh darinya jika sang papa mau ia bekerja di kantornya.

Ya, Cala memutuskan untuk mengelolah kantor papanya. Dia tidak peduli jika nantinya orang-orang akan membicarakan tentangnya yang tidak memiliki pendidikan baik tetapi bisa berada di posisi atas.

Ia tidak peduli jika harus menjilat ludahnya sendiri, hanya ini satu-satunya jalan untuk membalas apa yang terjadi di dalam hidupnya. Menghancurkan apa yang sudah menghancurkan hidupnya.

Cala berangkat dengan satu orang bodyguard. Wajahnya hanya datar dan dingin saja sepanjang perjalanan. Sampai di kantor, ia turun dari mobil membuat satpam kantor penerbitan cukup terkejut. "Cala," panggil si satpam.

"Pagi pak Mamat," sapa Cala seraya tersenyum.

"Ah, pagi," jawab pak Mamat sedikit kelabakan.

"Saya masuk dulu  ya pak," ucap Cala.

"Iya, Cala," jawab pak Mamat.

Cala masuk dan ia pun langsung pergi ke ruang hrd untuk menyerahkan surat resignya. Jangan di tanua kapan ia membuatnya, karena semalam ia yang tidak bisa tidur sudah membuat surat resign. Walau tampak ragu apakah ia harua resign ia tetap membuatnya, karena mungkin besok paginya ia akan mendapatkan keputusan tentang apa yang akan ia lakukan selanjutnya.

Cala mengetuk pintu ruang hrd setelah di perintahkan masuk, ia pun masuk ke dalam. "Permisi bu Della," ucap Cala dengan ramah.

"Oh, Cala.  Ada apa?" tanyanya menatap Cala yang berjalan mendekat.

Cala mengambil surat resign dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada Della. Della menerimanya dan membuka apa isi suratnya. Setelah membaca apa isi suratnya ia pun menatap Cala. "Kamu ingin resign? Apa kamu yakin?"

"Iya, bu. Saya yakin ingin resign."

"Baiklah, saya akan proses."

"Terimakasih bu, maaf jika selama saya bekerja disini melakukan kesalahan-kesalahan."

"Iya, sama-sama." Bu Della kemudian berdiri seraya mengulurkan tangannya. "Semoga kamu mendapatkan pekerjaan lebih baik dan sukses di luar sana," ucapnya seraya tersenyum.

Cala menjabat tangan Bu Della seraya tersenyum, "Iya, bu. Terimakasih."

Setelah itu, Cala pun ke luar dari ruang hrd. Ia berjalan ke arah pantry untuk berpamitan  dengan rekan-rekan kerjanya. Selesai berpamitan dengan rekan-rekan kerjanya, ia pun ke luar dan menuju mobilnya. "Kita mau kemana lagi nona?" tanya si supir seraya menatap ke Cala.

"Pergi ke perusahaan pak Adrian," ucapnya  seraya menatap si supir.

"Baik Nona," jawab si supir.

Mobil pun mulai melaju meninggalkan kantor penerbitan. Cala sudah memberitahukan orang kepercayaan papanya kalau ia akan datang ke kantor. Ia pun sudah memberitahukan jika ia mau bekerja di perusahaan papanya. Kini ia hanya duduk diam seraya menatap ke luar jendela.

TBC...
YEY... GIMANA PENDAPAT KALIAN TENTANG KEPUTUSAN CALA? SETUJU GAK CALA KERJA DI PERUSAHAAN PAPANYA? 🤭🤭

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang