5 🍑🍌

5K 116 11
                                    

Up lagi guys...
Yuhuu...

Happy Reading...

Cala sedang berjalan berdua menuju mobil Rafik, tiba-tiba saja Aaron bediri di hadapannya. "Kamu gak boleh pergi dengan dia!" marah Aaron sambil menunjuk ke arah Rafik.

Cala menurunkan tangan Aaron kemudian menatap Rafik. "Tunggulah di mobil," pintanya pada Rafik.

"Oke, jangan lama-lama,"

"Hum," jawab Cala hanya bergumam.

Setelah Rafik berjalan menjauh, Cala menatap Aaron dengan tatapan sulit di artikan. Dia berjalan maju mendekati Aaron. Entah kenapa melihat tatapan Cala membuat Aaron berjalan mundur hingga kini tubuhnya sudah membentur mobil.

Cala tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Aaron. Semakin mendekat hingga Aaron memejamkan matanya. Cala tersenyum kemudian meniup wajah Aaron dan mundur beberapa langkah menjauhi Aaron. "Lihatlah, lo seperti wanita yang takut saat akan mendapatkan ciuman pertamanya!" cibir Cala sambil bersedekap.

Aaron membuka matanya dan menatap Cala. Jantungnya berdegup kencang saat ini membuat kakinya begitu lemas tidak mampu  berdiri dengan baik. "Pria polos seperti lo lebih baik pulang ke rumah. Jangan sok, menjadi pria brengsek kalau lo sendiri tidak bisa. Pergilah, jangan ganggu gua. Cukup di kantor Mama lo, di sini jangan ganggu gua!" tegasnya kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk pergi.

Baru beberapa langkah dia berjalan, tiba-tiba saja Aaron menahan tubuhnya dengan memeluk pinggang Cala. "Jangan pergi," lirihnya di samping telinga Cala.

Tubuh Cala tiba-tiba saja membeku atas perlakuan Aaron. Suara lembutnya menyentuh bagian terdalam hati Cala. "Aku gak mau kamu pergi sama dia," ucapnya dengan nada merajuk.

Cala pun  langsung melepaskan pelukan Aaron mendengar nada rajukan yang menggelikan itu. Sayang, walau dia terlihat lemah, pelukannya tidak mudah di lepaskan. "Lepasin pelukan, lo!" marahnya sambil mencoba melepaskan diri.

"Gak akan aku lepasin sebelum kamu mau pulang sama aku!" tegas Aaron semakin mengeratkan pelukannya.

"Gua harus kerja! Lepasin gua!" makinya.

"Kerja apa dengan laki-laki itu. Aku gak mau kamu sama dia!" ucapnya sedikit meninggikan suaranya.

Cala menutup matanya kemudian menghirup napas dalam-dalam untuk menurunkan emosinya yang sudah di ubun-ubun. Apa yang sudah dia lakukan hingga harus mendapat kesialan mengenal lelaki yang saat ini sedang memeluknya seperti anak kecil yang tidak mau di tinggalkan.

"Aku harus melayaninya supaya aku mendapatkan tambahan uang. Penghasilan dari bekerja di perusahaan Ibumu tidak cukup untuk membiayai pengobatan Ibuku," ucapnya begitu lembut.

Aaron mengendurkan pelukannya dan hal itu di manfaatkan Cala untuk lepas dari pelukan Aaron.

"Pulanglah, karena ini bukan tempatmu. Jangan lagi kamu dekati aku, karena duniaku dan duniamu berbeda," ucap Cala begitu lembut seraya tersenyum hangat.

Aaron menatapnya dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan, "jika aku membayarmu, apa kamu akan melayaniku?" tanya Aaron dengan wajah polosnya sepertj anak kecil.

Mendengar ucapan Aaron membuat Cala tersenyum miring kemudian mendekatkan kembali tubuhnya pada Aaron "Melayanimu seperti apa?" tanyanya berbisik di telinga Aaron. Kemudian satu tangannya meremas milik Aaron yang ada di balik celana jensnya. "Jika melayaninya, aku pasti mau," ucapnya dengan suara begitu sensual.

Setelah mengatakan hal itu Cala pun meninggalkan Aaron yang terdiam di tempatnya. Apa yang di lakukan Cala barusan membuatnya langsung membeku. Miliknya di sentuh oleh orang lain, bahkan Mamanya saja tidak pernah menyentuhnya semenjak dirinya sudah bisa melakukan semuanya sendiri.

Mobil yang membawa Cala pun kini sudah pergi meninggalkan Aaron yang hanya diam memperhatikan mobil itu pergi. Setelah mobil itu menjauh, Aaron langsung jatuh terduduk. "Apa yang tadi dia lakukan?" tanyanya entah pada siapa.

***

Cala dan Rafik sudah ada di appartement milik Rafik. Ketika pintu di tutup dengan cepat Rafik langsung melahap bibir ranum Cala.

Cala tidak tinggal diam, dia membalas ciuman Rafik dengan tangannya yang bergerak melepaskan kancing kemeja Rafik. Rafik dengan kasar melepas kemejanya yang sudah tidak terkancing dan melemparkannya asal.

Dia membawa Cala ke sofa dan menindih tubuh Cala. Tanganya pun sudah bergerak asal menyusuri tubuh Cala. Ciumannya turun ke bawah, saat dia akan meninggalkan jejak di leher. "Kau lakukan, maka aku pergi!" peringat Cala sambil mendorong bahu Rafik.

"Maaf, aku tidak tahan dengan lehermu," ucapnya dengan wajah bersalah.

Cala mendorong bahu Rafik agar menjauh, dia pun bangkit dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum. Dia menegak air mineral dari botol yang ada di dalam kulkas. Rafik mengambil botol itu sebelum Cala buru-buru menghabiskannya. "Pelan-pelan atau kau akan tersedak!" peringat Rafik dan mengembalikan minumnya.

Cala berjalan kembali ke sofa dan duduk di sana kemudian mengambil remote tv untuk menghidupkannya. Rafik kini duduk di sebelahnya sambil melingakarkan tangan di pinggang Cala dan menumpukan dagunya dibahu Cala.

Cala mengambil rokok yang berada di laci meja sofa. Dengan cepat Rafik mengambil korek di saku celananya dan menghidupkannya. Cala mulai menghisap rokoknya dan menghembuskannya.

Rafik kembali memeluk pinggang Cala dengan kepala yang bersandar di bahu Cala. "Maaf, aku benar-benar lupa," ucapnya seperti anak kecil yang  meminta maaf.

"Lo tahu, kan, gua bekerja di penerbit. Jadi, gua gak suka jika lo atau yang lain meninggalkan jejaknya di leher gua. Kalau lo udah gak tahan, lo bisa langsung ke inti."

"Aku beneran minta maaf, La. Habisnya suka khilaf kalau udah main di leher kamu," ucapnya begitu manja. "Lanjut yuk, La. Ini si burung udah minta yang anget-anget," ucapnya begitu manja.

Cala mematikan rokoknya di asbak kemudian wajahnya di palingkan untuk menatap Rafik. Rafik Ahmad Hugos nama yang begitu indah tapi sayangnya kelakuannya tidak begitu. Menjadi seorang dokter bukanlah keinginannya, tapi mau tidak mau dia harus menuruti apa kata orang tuanya.

Rafik adalah salah satu orang yang menolong Cala setelah pemerkosaan Cala oleh teman-temannya yang memiliki kedudukan di sekolah dulu. Rafik yang memang anak baik-baik hanya karena teman-teman pergaulannya membuat dirinya menjadi liar. Satu hal yang tidak dirinya sesali setelah melakukan hal buruk pada Cala bersama teman-temannya itu adalah, dia yang melepas segel perjakanya dengan seorang Cala yang saat itu pun masih virgin.

Bahkan diam-diam Rafiklah yang menyemangati Cala dan membantu Cala saat Cala susah. Dia yang selalu melindungi Cala dari lelaki-lelaki yang ingin berniat buruk pada Cala.

Cala yang selalu menolak pertolongan Rafik membuat Rafik melakukan hal itu. Semua berubah ketika Erlina-- ibu Cala masuk rumah sakit dan Rafiklah yang saat itu segera membawa ibunya ke ruang UGD walau sempat memarahi suster yang meminta Cala untuk melakukan pendaftaran di bagian administrasi.

Rafik semakin dekat dengan Cala walau dirinya sudah memilik kekasih dan akan segera bertunagan setelah kekasihnya menyelesaikan kuliah untuk mengambil gelar dokter anak.

Cala pun tahu dan untuk saat ini yang dia pedulikan adalah ibunya bisa sembuh. Dengan memanfaatkan Rafik yang seorang dokter penyakit dalam. Apapun asal ibunya bisa sembuh, tidak peduli jika lelaki yang menolongnya adalah lelaki yang sudah menghancurkan dunianya.

Cala pun mulai memagut bibir Rafik begitu dengan Rafik yang membalas pagutan Cala. Tangan Rafik sudah bergerak untuk menarik resleting baju Cala. Dan kini Cala sudah duduk di atas pangkuan Rafik.

Rafik melepaskan dress Cala hingga dua buah bukit kembar Cala kini terlihat jelas. Rafik langsung bermain-main dengan dua bukit itu membuat sang empunya mendongakkan kepala sambil membusungkan dadanya dan suara desahan sambil menyebut nama Rafik itu pun terdengar begitu syahdu.

TBC...

Nahlo, fakta baru lagi, ternyata oh ternyata. Rafik bukan orang sekali lewat ya guys 🤭🤭

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang