Cala membawa makan malam putranya dan kini ia sudah berdiri di depan kamar putranya. Ia mengetuk pintu kamar putranya. "Al, mama masuk ya," ucapnya.
"Pergi! Al enggak mau ketemu mama! Mama jahat! Mama enggak sayang Al!" teriak Al dari dalam kamarnya.
Cala tetap masuk ke kamar putranya yang untung saja tidak di kunci. Ketika masuk, Cala di lempar dengan bantal, untung saja Cala segera menghindar dan menatap marah putranya.
"Siapa yang ngajari Al enggak sopan? Apa mama pernah mengajarkannya?" tanya Cala dengan nada suara tegas dan tatapan marahnya.
"Al enggak mau sama mama, mama pergi!" teriaknya lagi.
Cala tidak peduli dengan teriakan sang putra. Ia terus berjalan kemudian meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja belajar putranya. Ia berjalan menghampiri putranya yang wajahnya sudah basah dengan air mata.
"Mama pergi!" teriaknya lagi ketika Cala duduk di pinggir ranjang putranya.
"Coba cerita sama mama, kenapa tiba-tiba begini? Siapa yang udah nakalin Al?" tanya Cala.
"Mama pergi!" teriak Al tanpa menjawab pertanyaan mamanya.
"Oke mama pergi, mama enggak akan nemuin Al lagi. Itu kan mau Al?" tanya Cala yang tidak di jawab oleh anaknya.
Cala pun berdiri dari duduknya. "Mama pergi," ucap Cala kemudian pergi dari kamar putranya.
Cala berjalan ke kamar dan membereskan beberapa pakaiannya. Ia harus membuat anaknya itu jera. Ia bukan tidak mau menemui Al dengan sang papa. Tapi, Aaron sendiri sama sekali tidak mencari dirinya. Padahal Cala sudah memberikan surat dan di titipkan pada mama Aaron. Ia yakin, Aaron sudah selesai dengan kuliahnya dan sudah membaca suratnya. Mama Aaron bukanlah orang yang tidak bisa di percaya. Jadi, ia yakin jika Aaron sudah membaca suratnya.
Cala memberikan surat hasil tes kehamilannya, dan dia berkata jika memang kamu mau bertanggung jawab, temui aku di Amerika. Namun, sampai detik ini, tidak ada tanda-tanda Aaron mencari dirinya. Ia juga tidak mau mencari Aaron sama sekali. Aaron sudah memilih pergi dari dirinya, jadi untuk apa ia pun mencari Aaron.
Cala kini menghampiri mama papanya yang sedang ada di ruang trlevisi. "Kamu mau kemana?" tanya mamanya seraya berdiri dari duduknya.
"Cala harus pergi, biar Al tidak merengek lagi," jawab Cala.
"Cala, enggak harus gini juga sayang," ucap mamanya.
"Kamu menikah saja, sudah beres. Ada Andrew yang siap menjadi pasanganmu," ucap Dady santai seraya menatap Cala dari tempatnya duduk.
"Mas!" tegur mama Cala.
Andrian diam tidak berkata lagi, "jangan begini Cala, kamu harus lebih sabar sama Al. Al masih kecil," ucap mama Cala seraya memegang kedua lengan sang putri.
"Karena ini ma, karena Al masih kecil dia harus di tegesin. Bukan karena Cala enggak sayang sama Al, tapi karena Cala enggak mau Al jadi anak yang manja. Cala sendiri bisa hidup tanpa seorang ayah, kenapa Al enggak bisa. Al juga bisa ma, dia bahkan enggak cuma dapat kasih sayang dari aku, dia dapat kasih sayang dari grandma dan grandpanya. Apa itu masih kurang?" tanya Cala yang matanya sudah berkaca-kaca.
"Cala," panggil mamanya yang menatap sedih sang putri. Ia pun membawa putrinya ke dalam pelukannya.
Cala menangis dalam pelukan sang mama. Ia lelah dengan apa yang terjadi dengan rutinitasnya di tambah sang putra malah menginginkan papanya. Ia tidak mau, jika Al bertemu dengan Aaron, tetapi di tolak Aaron. Pasti rasanya akan sakit, jika di tolak langsung oleh sang papa.
Cala merasakan ada pelukan di pinggangnya, membuat ia mengurai pelukannya dari sang mama. "Mama," ucap Al dan dia menangis seraya memeluk pinggangnya mamanya.
"Maafin Al," ucap Al yang masih menangis dan memeluk Cala.
Cala hanya diam saja, wajahnya masih basah dengan air mata. Ia rasanya ingin menangis bersama sang putra, tetapi ia tidak bisa melakukanya. Cala melepaskan pelukan sang putra kemudian ia pun berlutut di depan putranya yang masih saja menangis.
"Al sayang sama mama, kan?" tanya Cala seraya mengusap air mata sang putra.
"Al sayang mama, jangan pergi ma," ucapnya sesegukkan. Air matanya pun masih saja terus mengalir, membasahi wajahnya.
"Jangan seperti tadi ya, mama enggak suka seperti itu. Al punya papa, tapi belum waktunya Al bertemu papa. Papa masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Jadi, Al harus sabar ya sayang, sampai papa bisa dateng ke sini," ucap Cala yang tangannya masih setia menghapus air mata putranya.
Al hanya menganggukkan kepalanya sebagai pertanda ia menyetujui ucapan mamanya. "Jadi, Al mau sama siapa besok datengnya?" tanya Cala seraya tersenyum.
"Sama grandpa," jawab Al seraya menatap Adrian yang sedang meminum teh hangatnya.
"Oke, besok grandpa akan temani Al," ucap Adrian.
"Oh, iya. Sama grandpa dan grandma aja, gimana?" tanya Adrian lagi.
Al menatap mamanya, "kalau Al mau sama grandma enggak apa-apa. Kalau mau sama juga, mama bisa," ucap Cala seraya mengusap pipi sang putra.
"Mau sama grandpa, grandma dan mama, boleh?" tanya Al.
"Boleh," jawab Cala seraya tersenyum.
"Al, sini sama grandpa," ucap Adrian seraya melambaikan tangannya agar sang cucu menghampirinya.
Al pun memghampiri Adrian. Adrian mendudukan cucunya di pangkuannya. Ia kemudian berbisik pada Al yang malah kegelian.
"Grandpa mau ngomong, Al malah geli," ucap Adrian menatap malas cucunya.
"Emang geli grandpa," ucap Al seraya menatap Adrian. Adrian hanya mendengus kesal mendengar ucapan cucunya.
Hari berlalu, Cala, papa dan mamanya sudah berada di sekolah Al. Cala sedang pergi menelpon, membuat Adrian kini leluasa untuk mengobrol dengan cucunya.
"Al, Al mau ketemu papa enggak?" tanya Adrian membuat Al mengernyitkan dahinya.
"Papa?" tanya Al untuk memperjelas apakah Grandpanya benar menyebutkan papa.
"Iya, Al mau ketemu papa, enggak? Kalau Al mau ketemu papa, Grandapa bisa wujutin mau Al. Tapi, Al harus suruh mama kerja," ucap Adrian.
Al terlihat berpikir, "Al katanya mau ketemu papa. Grandpa bisa wujutin apa yang Al mau. Asalkan Al suruh mama kerja," ucap Adrian.
Adrian sudah memutuskan untuk datang ke Indonesia. Ia tidak langsung menemui Aaron, tetapi ia hanya memastikan Al bertemu papanya. Bahkan mungkin, ia akan membiarkan Aaron mengurus Al. Ia bukan mau menyingkirkan cucunya, tapi supaya cucunya aman. Beberapa kali sudah ada orang yang mengincar cucunya.
Cala sama sekali belum menyadari hal itu. Itu sebabnya, ia akan mengirim cucunya pergi sementara waktu ke Indonesia. Masalah Cala, ia akan mengatasinya nanti.
Aleron adalah anak laki-laki, ia yakin cucunya yang nantinya bisa meneruskan perusahaannya. Cala seorang wanita, ia masih menggunakan perasaannya untuk melanjutkan bisnis ilegalnya. Padahal, dengan bisnis ilegal itu, mereka bisa membangun kerajaan bisnis yang lebih kokoh dan lebih luas. Adrian akan melindungi cucunya dengan cara apapun. Karena ia meyakini, cucunya akan menjadi orang yang lebih hebat dari pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch My He❤rt
RomanceWARNING 21+ HARAP MENJAUH YG BELUM CUKUP UMUR, KALAU MASIH MAU BACA JANGAN DI RESAPI. "Sentuh tubuhku sepuasmu, tapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku. Karena hatiku adalah milikku!" Cala Afia. "Aku akan membuat hatimu untukku!" Aaron Ivander ...