31. Maaf

247 14 6
                                    

Yey... up lagi akhirnya. Semoga, akhir bulan tamat ya 🤣🤣

Happy Reading semua... yuk, ramaikan nih cerita bedebu...

"Mama, mama kerja saja jika mama banyak pekerjaan," ucap Al seraya mendongak menatap sang mama yang sudah kembali berdiri di sampingnya setelah selesai menelpon.

"Enggak, mama mau nemenin Al aja, urusan kantor bisa nanti," ucap Cala seraya berjongkok di depan Al.

"Enggak apa-apa, ma. Mama kerja aja, Al bisa sama grandpa," ucap Al.

Cala menatap ke arah dady-nya tapi sang dady berpura-pura tidak melihatnya. "Al di suruh Grandpa, ya?" tanya Cala seraya menatap putranya.

"Enggak, Ma. Al enggak di suruh Grandpa, tapi mau Al sendiri. Mama kerja, aja," ucap Al seraya mendorong tubuh mamanya untuk pergi.

Cala menatap Adrian, yang di tatap hanya berwajah biasa saja. "Ya udah, mama kerja. Kalau ada apa-apa, Al bilang mama," ucap Cala.

"Iya, ma," jawab Al seraya tersenyum.

Cala pun pergi dari sana, tetapi beberapa kali ia membalikkan tubuhnya untuk menatap putranya yang melambaikan tangannya seraya tersenyum. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu, tapi ia tidak tahu apa. Cala pun sudah pergi dari sana dengan mobil dan beberapa bodyguard.

"Ayo kita berangkat," ucap Adrian seraya mengulurkan tangannya ke arah cucunya.

"Apa tidak apa-apa grandpa?" tanya Al dengan wajah serius.

Adrian tersenyum kemudian mengacak rambut cucunya. Cucunya ini memang awalnya menggebu-gebu, tapi pasti saat ini ia sedang memikirkan mamanya.

"Al mau ketemu sama papa, kan? Ya udah,  ayo ikut grandpa ketemu sama papa. Tenang aja, mama enggak akan marahin Al, kok," ucap Adrian dengan nada suara lembut.

Al masih ragu, tetapi ia menggenggam tangan grandpanya dan mereka pun berjalan meninggalkan sekolah Al. Anak buah grandpa sudah mengurus semuanya, termasuk ijin kesekolahan Al. Mobil sudah melaju meninggalkan area sekolah.

Adrian tersenyum menatap cucunya seraya mengusap puncak kepala sang cucu. Al juga terlihat sudah biasa saja, dan ia juga ikut tersenyum. Jalan menuju bandara begitu lenggang, hingga mereka tidak menyadari jika ada beberapa mobil yang sudah mengikuti  mereka. Jumlah mereka lebih banyak dari bodyguard yang sedang mengikuti mereka.

Supir yang membawa mobil, tiba-tiba memakai masker yang biasanya di gunakan untuk menghindari asap beracun agar tidak terhirup. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Adrian ketika melihat supirnya memakai masker.

Tidak menjawab, supir langsung melempar benda yang mengeluarkan asap, dimana asap itu mengandung obat bius. "Tahan napas Al," ucap Adrian kemudian ia juga menutup hidungnya.

Ia segera menekan tombol untuk menurunkan kaca jendelanya. Tetapi, kaca jendela tidak bisa di turunkan sama sekali. Bahkan ia juga sudah berusaha membuka pintu mobil juga tidak bisa. Alat yang terkadang bisa di gunakan untuk memecahkan kaca saat keadaan daruratpun tidak ada. Alhasil, akhirnya Adrian dan Al pun tertidur karena tidak bisa lagi menahan nafas mereka.

Mobil segera di bawa pergi dan ketika ia bertindak pun, orang-orang yang sudah memantau dari jauh mereka sudah mengghalangi mobil para bodyguard Adrian.

Adrian terbangun dari tidur panjangnya, ia mengernyitkan dahinya ketika menatap langit-langit ruangan yang terasa familiar. "Mas," panggil sang istri yang segera duduk di samping tempat tidur mereka.

"Al," ucap Adrian yang langsung mendudukkan tubuhnya.

"Cala sedang mencari Al, kamu tenanglah dulu," ucap Erlina kemudian ia memberikan air minum pada Adrian.

Adrian pun menerima air minumnya, setelah meminum beberapa teguk ia memberikan gelasnya pada Erlina. "Sudah berapa lama aku ada di sini? Dan bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Adrian seraya menatap istrinya.

"Delapan jam-an. Kamu bisa di rumah, karena tubuhmu di temukan tidak jauh dari lokasi di mana ada mobil yang menghalangi para bodyguard," jawab Erlina.

"Lantas, apakah sudah ada orang yang menghubungi kita, tentang Al?" tanya Adrian.

"Belum ada," jawab Erlina.

"Apa penculiknya tidak membutuhkan tebusan?" tanya Adrian.

Erlinan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban jika belum ada orang yang menghubungi mereka. "Kenapa mereka menculik Al, mas? Al masih kecil, enggak seharusnya terlibat hal seperti ini," ucap Erlina yang kembali menagis.

Mendengar ada kejadian penculikan saja, Erlina langsung pingsan. Dan ketika terbangun, ia terus-terusan menangis. Cala pun akhirnya menyuruh orang-orangnya untuk mencari tahu siapa pelakunya. Setelah Mamanya tenang, ia baru bergerak untuk mencari Al.

Adrian membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya. "Tenang ya Er, cucu kita anak yang pintar dan juga jagoan. Dia pasti akan baik-baik saja," ucap Adrian seraya mengusap-usap punggung sang istri. Ia juga memeluk tubuh istrinya begitu erat untuk menguatkan sang istri. Dalam hati Adrian hanya bisa meminta maaf pada sang istri saja.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Cala sudah pulang dengan pakaian berantakan dan juga rambutnya yang di ikat asal.

"Cala, bagaimana, apakah sudah ada jejak siapa pelakunya?" tanya mama Cala seraya memegang ke dua lengan putrinya itu.

"Cala capek, ma," ucap Cala kemudian berjalan meninggalkan mama dan dady-nya begitu saja. Ia tidak menjawab sama sekali pertanyaan mamanya.

Cala sudah mencari dengan para orangnya, dan beberapa bodyguard yang bisa lolos pun ikut membantu, tetapi mereka juga tidak mendapatkan petunjuk. Orang-orang yang menghadangi mereka semuanya menggunakan masker  pelindung, sehingga para bodyguard yang mengikuti tidak ada yang mengenali wajah mereka. Belum lagi, mereka memberikan gas bius yang cukup banyak sehingga para bodyguard itu tidak sempat mengenali.

Mereka semua di temukan oleh para bodyguard yang di perintahkan Cala untuk pergi ke sekolah, karena Cala merasa tidak tenang. Pantas saja, ia merasa tidak tenang ketika meninggalkan putranya, ternyata ada kejadian seperti ini.

Sampai detik ini pun belum ada orang yang menelponnya dan mengatakan apa maksud dari penculikan ini. Cala masuk ke kamar Al, kamar yang di dindingnya banyak terpajang berbagai jenis mobil mainan dan juga action vigure. Cala menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur putranya. Menarik badcover yang digunakan putranya itu dan memeluknya.

Air mata yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya tumpah juga. Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan juga tenang. Namun, nyatanya sebagai seorang ibu, ia tidak bisa membohongi hatinya jika ia kahwatir dan takut putranya kenapa-kenapa. Hanya air mata yang terus mengalir dan menangis tanpa mengeluarkan suara agar tidak terdengar di pendengaran mamanya. Ia tidak mau membuat mamanya kahwatir dan malah jatuh sakit. Cala pun lama kelamaan memejamkan matanya dan terlelap dengan memeluk selimut yang biasa di gunakana putranya.

Adrian pergi ke kamar putrinya, tetapi ia tidak menemukan putrinya. Ia kemudian berjalan ke arah kamar cucunya yang tidak jauh dari kamar Cala. Ternyata benar, putrinya tidur di kamar Al.

Perlahan ia masuk ke kamar, menghampiri putrinya yang belum  mengganti pakaiannya. Andrian duduk di samping putrinya, ia bisa melihat bekas air mata di wajah putrinya.

Ia menatap sedih Cala, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali mempertemukan Cala dengan Al supaya putrinya tidak bersedih seperti ini. Ia merapikan helaian rambut yang menutupi wajah putrinya, "maafin dady," ucap Adrian yang menatap sedih putrinya.

Yo, yo, yo... apa ini, apa ini?
Jadi, bagaimana menurut kalian?

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang