17 🍑🍌

2.1K 82 27
                                    

🥳🥳🥳 yey... up guys...
HAPPY READING....


Pagi pun tiba, wajah berseri yang pertama kali di tampilkan Aaron. Ia membuka matanya seraya tersenyum bahagia. Ia merasa tadi malam sedang bermimpi karena Cala tidak menolaknya sama sekali. Tanpa ada berontakkan yang membuat tubuhnya lelah.

Ia menatap ke sampingnya, Cala masih tertidur pulas di sampingnya. Wajah yang begitu damai membuat dirinya bahagia menatap wajah Cala. Entah, sihir apa yang membuat dirinya bisa jatuh cinta pada Cala.

Gadis biasa yang memiliki dua dunia yang berbeda. Tetapi memiliki sifat yang sama, yaitu wanita yang berwajah dingin ketika di dekatnya. Aaron sendiri bingung, kenapa Cala begitu tidak menyukainya. Ia tidak tahu  apa salahnya hingga Cala bersikap dingin padanya.

Lama ia memandangi wajah damai kekasihnya ini. Hingga akhirnya tangannya terulur untuk membelai wajah damai kekasihnya. Cala langsung tersentak kaget dan memegang pergelangan tangan Aaron. Ia membuka matanya kemudian menatap Aaron. Ia menarik napasnya sambil melepaskan pegangan tangannya kemudian ia menghembuskan napasnya.

"Pagi," sapa Aaron dengan waja cerianya. Ia akan mencium kening Cala, tetapi Cala malah bangun dari tidurnya membuat Aaron yang tadi memejamkan matanya malah mencium bantal.

"Bersihkan tubuhmu, setelah itu pergi dari sini!" perintah Cala dengan wajah datar dan suara dinginnya. Cala kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Aaron menyibak selimut yang ia pakai kemudian melihat handphonennya yang barada di atas nakas samping tempat tidur. Handphonennya mati kemudian ia pun mengambil charge dari dalam tas Cala yang ada di dekat handphonenya. 

Ia pun mencaharger handphonenya kemudian berjalan ke luar kamar untuk melihat siapa pemilik rumah ini. Lelaki itu bahkan tidak tidur bersama Cala. Ketika ia membuka pintu kamarnya ia pun di suguhi dengan ruangan luas. Hanya kursi sofa yang menghadap ke layar televisi yang ia lihat. Ia keluar dari kamar dan menyusuri rumah itu untuk mencari keberadaan sang pemilik rumah. Kini ia berada di belakang rumah yang terdapat kolah renang yang cukup luas. 

Ada seseorang yang sedang berenang di dalamnya dan beberapa lelaki  berpakaian berwarna hitam berdiri di samping kolam. Seorang pria paruh baya  memunculkan kepalanya dari kolam dan meminta jus pada salah satu pria berpakaian hitam itu. Mata pria paruh baya yang tidak lain adalah Adrian menangkap siluet Aaron yang berada tidak jauh dari kolam renang.  "Oh, Aaron. Kemarilah," ucap Adrian seraya tersenyum hangat sambil melambaikan tangannya agar Aaron mendekat.

Adrian rasanya ingin sekali mengambil pistol dan menembakkan beberapa kali ke tubuh Aaron. Walaupun ia tahu anaknya menjual dirinya pada pria-pria hidung belang, tetapi melihat secara langsung ada pria yang tidur dengan putrinya membuat dirinya meradang.

Semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bolak-balik ia terbangun kemudian mengecek kekamar yang di tempati putrinya itu. Ia sendiri tidak ada pikiran untuk memisahkan kamar Aaron dengan putrinya karena ia terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri hingga lupa jika masih ada banyak kamar yang bisa di tempati Aaron.

Adrian naik ke atas kemudian salah satu bodyguard segera menghampirinya dan memakaikan kimono untuknya. Ia berjalan mendekati Aaron karena Aaron hanya diam saja di tempatnya. "Apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya Adrian masih dengan senyum manisnya, tetapi sarat akan sesuatu hal.

"Baik," jawab Aaron singkat.

"Kita duduk disana," tunjuk Adrian pada gazebo yang ada di atas kolam ikan tidak  egitu jauh dari tempatnya berdiri.

Adrian melangkah terlebih dahulu tanpa mendengar jawaban dari Aaron setuju atau tidak setujunya. Aaron pun tanpa banyak bicara mengikuti langkah Adrian dari belakang. Adrian mengambil makanan ikan kemudian memberikannya pada ikan-ikan itu. "Aaron, apa kau mencintai putriku?" tanya Adrian yang kini menatap Aaron yang membulatkan matanya terkejut. Ia tidak menyangka pria paruh baya di hadapannya adalah ayah Cala yang tidak lain calon mertuanya. 

"I, iya, pak," jawab Aaron tergagap.

Adrian menghela napasnya, ia sudah mencari tahu tentang siapa Aaron. Ia sebenarnya tidak yakin jika Aaron bisa menjaga Cala sampai dirinya kembali bersama istrinya. Hanya saja menurut informasi Aaron sudah beberapa bulan ini selalu menempeli Cala. Bahkan dirinya juga banyak berubah karena Cala. Cala sendiri tidak suka di dekati Aaron. Namun, dia yang seorang pria tahu jika Aaron sangat mencintai putrinya tapa memandang apapun. 

Berbeda dengan dokter yang sering memberikan bantuan untuk merawat Erlina. Pria itu juga akan segera menikah, maka pilihan terakhirnya pria yang tepat  menjaga Cala dalam jarak dekat hanyalah Aaron. Para bodyguardnya tidak mungkin menjaga Cala dalam Jarak dekat karena itu bisa membuat Cala marah. Tinggal di rumah  ini saja Cala tidak mau, walaupun akhirnya ia mau.

"Apa aku bisa memintamu menjaganya sampai aku dan istriku kembali ke sini?"

"Maksud bapak?" tanya Aaron takut-takut dengan kepalanya yang menunduk.

Adrian menghela napasnya, ia salah atau tidak memberikan tanggung jawab ini pada Aaron. Pria di hadapannya ini saja tidak berani menatapnya. Bagaimana bisa Aaron nanti menjaga putrinya. "Saya akan membawa istri saya pulang ke Amerika untuk melakukan pengobatan terbaik di sana. Cala sama sekali tidak mau ikut, ia ingin tetap tinggal di sini. Jadi, saya mau, selama saya dan istri saya pergi kamu menjaganya."

"Iya, pak. Saya akan menjaga Cala!" jawab Aaron dengan kepala yang kini terangkat dan menatap Adrian. Sorot mata yang di tunjukan Aaron kali ini berbeda, ia menatap penuh keyakinan dan ketegasan pada Adrian. Sorot matanya mengatakan jika dirinya akan menjaga Cala.

Andrian tersenyum, tetapi kali ini bukan tersenyum paksa melainkan senyuman bahwa dirinya tidak salah jika meminta Aaron menjaga putrinya. Tatapan mata yang penuh keyakinan dan ketegasan yang ia butuhkan.

"Oh, iya. Mulai sekarang Cala akan tinggal di rumah ini. Saya  akan memberikan kunci cadangan rumah ini ke kamu supaya kamu mudah untuk masuk ke rumah ini."

"Iya, pak," jawab Aaron cepat.

"Panggil saja Dady," ucap Adrian seraya tersenyum.

"Iya, Dady," ucap Aaron sedikit canggung.

Adrian hanya tersenyum kemudian ia berpamitan masuk ke dalam rumah untuk mebersihkan tubuhnya. Aaron juga ikut masuk ke dalam rumah untuk melihat apa Cala sudah selesai membersihkan tubuhnya.

Ketika ia membuka pintu kamarnya, Cala baru saja keluar dengan pakaian yang semalam ia pakai  dan berjalan sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Cala sama sekali tidak bertanya dari mana Aaron, ia membiarkan Aaron masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Cala merapihkan rambutnya kemudian ke luar kamar setelah selesai dengan ritual paginya. Ia pergi melihat-lihat area rumah. Rumah yang terdiri dari dua lantai, memiliki halaman belakang  yang luas dan juga pohon-pohon rindang. Tedapat kolam renang juga kolam ikan di belakang rumah. Ia bisa melihat beberapa orang berjaga di sudut rumah. Ia pun berjalan menghampiri salah satu dari mereka. 

"Kau yang tadi malam membekapku, kan?" tanya Cala dengan sorot mata tegasnya.

"Maaf, nona. Saya hanya menjalankan tugas dari tuan Adrian," jawabnya takut-takut. Jika di perhatikan dengan seksama Cala memiliki tatapan mata yang tegas dan tajam seperti Adrian. Membuat lawan bicaranya tunduk di hadapannya.

Cala bersedekap dan menatap malas, ia kemudian membalikkan tubuhnya. "Ikuti aku," ucap Cala kemudian melangkahkan kakinya.

Sambil melihat-lihat area rumah, Cala pun mulai mencari tahu tentang siapa ayahnya. "Sejak kapan kau bekerja dengannya?"

"Baru beberapa bulan ini, nona."

"Hah... aku pikir kamu orang lama. Apa tidak ada orang yang mengenal dia sangat lama?" tanyanya menghentikan langkah kakinya kemudian membalikkan tubuhnya.

TBC...
Acie Cala... dingin" tapi penasaran juga sama dadynya. Apa yang akan terjadi selanjutkanya ya.... Yuks lah, ramaikan Koment n Votenya.

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang