33🍑🍌

158 7 6
                                    

Yo hooo.... up lagi. Mumpung otaknya lagi lancar 🙈

"Pa," panggil Al.

"Kenapa sayang? Kamu bosan?" tanya Aaron yang kini menatap ke arah sang putra.

"Ngantuk," ucap Al.

"Ya udah, gih, sana tidur di kamar," ucap Aaron.

"Tapi Al ingin telpon grandpa, bisa tidak ya, pa?" tanya Al.

"Bisa saja, Al mau telpo  grandpa?" tanya Aaron.

"Tapi kata grandpa, Al tidak boleh menelpon Grandpa sebelum mama datang ke sini," ucap Al.

"Bagaimana kalau papa yang telpon?" tanya Aaron.

Al terlihat sedang berpikir, "papa yang telpon, pakai nomor papa. Seharusnya tidak grandpa tidak akan marah," ucap Aaron lagi.

"Oke, deh," ucap Al.

"Coba, kamu diktekan nomor grandpa," ucap Aaron dan sudah mengeluarkan handphonenya.

"Eh, tapi. Di sana masih malam," ucap Aaron.

"Bagaimana kalau nanti malam saja?" tanya Aaron.

"Memangnya beda ya pa, di sini sama di tempat grandpa?" tanya Al.

"Beda sayang, di sana masih jam dua pagi. Nanti malam saja, jam-jam 7 atau jam 8 malam kita telpon grandpa," jawab Aaron seraya tersenyum menatap Al.

"Hum... ya sudah papa," ucap Al yang raut wajahnya menjadi lesu.

"Jangan lesu begitu sayang, nanti malam kan, kita telpon grandpa," ucap Aaron.

"Iya pa, Al hanya ingin tahu kabar mama saja. Tadi malam Al mimpi buruk. Al melihat badan mama penuh darah, belum lagi ada laki-laki di belakang mama. Al tidal tahu, siapa orang-orang itu," ucap Al yang kini menundukkan kepalanya.

Aaron berdiri dari duduknya kemudian berjalan menghampiri putranya itu. Aaron memutar kursi yang diduduki putranya kemudian mengangkat dagu sang putra agar putranya menatapnya. "Kenapa tidak cerita dengan papa sayang? Kalau Al cerita, papa bisa telpon grandpa tadi pagi," ucap Aaron.

"Al berdoa saja ya sayang, mama tidak akan kenapa-napa, itu hanya mimpi Al saja," ucap Aaron seraya mengusap pipi sang putra dengan tangannya yang lain.

"Iya, papa," ucap Al.

"Jangan sedih lagi ya sayang," ucap Aaron.

"Papa," panggil Al.

"Kenapa sayang?" tanya Aaron seraya mengusap samping kepala sang putra.

"Kata eyang, papa akan menikah dengan tante Emilia? Eyang bilang, kalau papa menikah dengan tante Emilia Al harus manggil tante Emilia dengan panggilan mama. Berarti papa tidak cinta sama mama ya? Kalau begitu, papa akan tingalin mama ya? Kalau papa tinggalin mama, Al tidak mau tinggal bersama papa. Kasihan mama sendirian," ucap Al.

"Kata siapa hum? Papa cinta mama, jangan dengarkan kata eyang, ya. Al tidak akan memanggil perempuan lain dengan panggilan mama. Mama Al hanya mama Cala dan papa Al hanya papa Aaron. Papa janji, papa akan bawa mama tinggal bersama kita. Tapi Al harus bersabar ya, sayang," ucap Aaron dengan nada lembut seraya mengusap puncak kepala sang putra sayang.

Dirinya belum pernah mengurus anak, tapi ia belajar untuk menjadi seorang papa yang baik untuk Al. Apalagi Al sudah besar, jadi seharusnya ia bisa lebih muda menjaga Al. Nanti malam ia akan menelpon Adrian, selain supaya Al bisa mengobrol dengan grandpanya, ia juga meminta ijin untuk menjemput Cala dan menikahinya.

Ia yakin, Cala tidak akan menolaknya. Dulu saja, jika bukan karena sang papa, mungkin dirinya akan menikah. Tapi sayangnya, takdir berkata lain. Papanya menolak dan akhirnya Cala juga memilih untuk mundur. Karena saat itu Cala juga belum sepenuhnya mengingkan dirinya. Cala dulu hanya menganggapnya pria yang mengingkannya saja, jadi Cala pun belum menerimanya sebagai pasangan.

Dengan lahirnya Al yang merupakan darah daging Aaron, bukankah membuktikan jika Cala sudah memberikan hatinya pada Aaron? Tidak ada satupun pria yang tidur dengan Cala menghamili Cala. Ia memang tidak tahi pasti, tapi dirinya tahu, hanya dirinyalah satu-satunya yang pernah bermaim dengan Cala lebih dari satu kali dan tidak membayar sama sekali.

Ada memang sepupunya yang pernah tidur dengan Cala, tapi itu semua tidak gratis karena sepupunya harus membayar Cala dengan nomonal yang sama, yang harus Cala keluarkan untuk biaya rumah sakit ibunya. Sedangkan Aaron, tidak pernah sekalipun Cala meminta bayaran pada Aaron. Cala sendiri yang mengajaknya bercinta.

"Aku akan membawamu ke dalam dekapanku Cala. Masalah Emilia, dia hanya hadir karena mamaku memaksa aku untuk menikah. Aku selalu menunggu dan mencarimu. Beberapa kali aku datang ke amerika, tapi aku tidak bisa menemukanmu. Tapi kali ini, ada anak kita, anak kita yang akan menyatukan kita. Aki harap, di pertemua kita nanti  kamu tidak akan menolak untuk ku ajak menikah. Tidak peduli dengan penolakan papa terhadapmu, aku akan tetap menikah denganmu. Maag, duli aku tidak memperjuangkanmu, dulu aku merasa tidak ada pilihan lain karena aku anak tunggal. Tapi setelah menempuh pendidikan lagi, aku sadar. Seharusnya, kamulah yang aku pertahankan. Karena kamulah yang akan selalu ada untukku sampai akhir hayatku, begitupun denganku yang akan selalu ada untuk kamu," ucap Kalandra dalam hati dan ia masiu tersenyum seraya membelai puncak kepala sang putra.

Suara ketukan pintu membuat Aaron dan Al kini mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Siapa?" tanya Aaron dengan suara dingin dan lantang.

"Ada bu Emilia pak, ingin bertemu," ucap sekertaris Aaron dari luar ruangan.

"Kembali ke mejamu Melinda," ucap Aaron.

Aaron tidak berjalan ke mana-mana, ia hanya bergerak mengambil handphonenya dan mendial nomor Emilia. "Pulanglah, sekertarisku sudah memberitahumu bukan? Jadi, jangan menggangguku sebeljm security menyeretmu dari sini dan membuatmu malu!" tegas Aaron dengan nada suara dinginnya.

Suara gedoran pintu yang begitu keras dan tidak sabaran kini masuk ke gendang telinga Aaron membuat Aaron sangat kesal sekali. "Al tunggu di sini, jangan ikut papa keluar. Oke?" tanya Aaron, lebih tepatnya perintah ke Al agar tidak mengikutinga keluar ruangan.

"Iya, pa," jawab Al singkat.

Aaron pun segera melangkahkan kakinya ke arah luar ruangan kerjanya. Membuka pintu dan menutupnya kembali dengan cepat. "Apa kamu tidak mengerti bahasa manusia?" tanya Aaron marah.

"Aku tunangan kamu jauh sebelum anak itu ada! Seharusnya kamu mentingin aku bukan anak yang tidak tahu asal usulnya!" marah Emilia.

Tangan Aaron sudah terangkat tinggi dan melayang ke wajah Emilia. Namun, ia menghentikannya. "Keluar sekarang atau aku seret kamu?" tanya Aaron marah.

"Ingat baik-baik, pertunangan ini ada karena mamaku! Bukan kemauanku!" tegas Aaron.

"Dan satu lagi, Aleron Bayanaka Ivander adalah anak kandung gua! Bukan anak tidak jelas yang kamu tuduhkan! tegas Aaron kemudian ia berbalik untuk kembali masuk ke ruangannya.

Namun, pergelangan tangannya di cekal
"Apa kamu mau papaku mencabut investasinya?" tanya Emilia seraya tersenyum penuh kemenangan.

Aaron belum merespon sama sekali, membuat Emilia begitu senang. Aaron tidak akan pernah bisa melepaskannya begitu saja. Kalau nanti dirinya menikah dengan Aaron, akan dia buang Al jauh-jauh. "Lihat saja anak tidak jelas. Setelah gua nikah sama Aaron, lo gua buang jauh-jauh dari hidup Aaron, atau lo mati aja sekalian! Supaya enggak ganggu hidup gua sama kecinta gua," ucap Emilia dalam hati.

Gimana? Gimana guys? 🤣🤣 kira" tetap akan nikah sama mak lampir enggak?

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang