32 🍑🍌

239 10 3
                                    

HAPPY NEW YEAR... #Maaftelat🤣

Hallo semuanya? Apakabar kalian. Setelah lama tidak update, tiba" update. Padahal bilangnya akhir bulan mau di tamatin 🤣🤣 maafkan saya guys, anaknya suka bersemedi. Otak tuh penuh, sewaktu ngetik hilang semua apa yang mau di ketik.

Happy reading ya guys... enggak terlalu banyak drama kok, aku buat sat set 🤣

Hari berlalu, dan Cala masih belum bisa menemukan Al. "Kamu kemana sayang?"  tanyanya dengan nada suara lemah. Ia bahkan tidak fokus dengan pekerjaannya. Ia sudah menyuruh anak buahnya tetapi masih belum bisa menemukan keberadaan Al di mana. Bahkan, ia juga sudah menyewa detektif tetapi masih belum bisa menemukan keberadaan Al.

Jika ada orang yang menyulik Al untuk mengancamnya, tetapi ini tidak ada sama sekali. Bahkan Dadynya tidak bisa menolong sama sekali. Dadynya hanya berkaya untuk tetap fokus dengan pekerjaannya saat ini. Jika ia tidak fokus, suatu saat ada seseorang yang akan menjatuhkannya. Cala yakin, ada yang di sembunyikan Dadynya, tapi dirinya juga tidak tahu apa yang di sembunyikan dadynya.

Mamanya saja ia coba mencari tahu, tapi tidak ada hal yang  di sembunyikan. "Kamu sedang apa sayang? Kamu di sana makan kan? Kamu di sana baik-baik saja kan?" tanyanya lagi entah pada siapa.

Anaknya masih kecil belum bisa apa-apa dengan benar. Siapa sebenarnya orang itu, sampai-sampai ia membawa Al tanpa ada jejak sama sekali. Sementar Cala pusing dengan pekerjaan dan juga putranya di tempat lain, Al sekarang sedang duduk di kursi kerja pemilik perusahaan sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

Kedua tangannya memegang susu kemasan rasa vanila. Seorang pria yang duduk di depan Al hanya tersenyum melihatnya. Satu bulan lalu pria yang usianya baru memasuki kepala tiga tiba-tiba saja di hampiri oleh Al. Al langsung memeluk kaki pria itu yang tidak lain adalah Aaron yang saat itu baru saja keluar dari lobi perusahaannya.

"Papa," panggil Al seraya mendongak ke arah Aaron. Aaron mengernyitkan dahinya seraya menundukkan kepalanya untuk menatap anak kecil yang memeluk kakinya.

Satpamnya akan mengambil Al agar menjauh, namun di hentikan oleh Aaron. Aaron memegang bahu anak Al agar menjauh, tetapi Al tidak mau. "Tidak, Al tidak mau melapaskan papa. Nanti papa pergi lagi, tidak pulang ke rumah," ucap Al membuat Aaron semakin kebingungan.

"Papa tidak akan pergi, tapi Al lepas dulu ya, sayang," ucap Aaron dengan nada suara lembutnya seraya mengusap puncak kepala Al.

"Papa janji?" tanya Al seraya mengulurkan jari kelingkingnya.

"Iya, papa janji," jawab Aaron.

Aaron kemudian berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Al. "Kamu ke sini dengan siapa? Dimana orang tuamu?" tanya Aaron seraya menatap serius Al.

"Papa," ucap Al dan langsung memeluo leher Aaron.

Aaron akan mendorong tubuh Al jika saja Al tidak berbicara, "Al kangen papa," ucap Al. "Jangan tinggalin Al lagi papa," ucap Al.  "Al ke sini di suruh Grandpa. Kata grandpa, mama sedang dalam masalah, jadi Al di suruh ikut sama papa. Padahal Al mau juga jagain mama, tapi Grandpa bilang ada Grandpa yang bisa jagain mama, jadinua Al suruh nemuin papa," ucapnya kemudian menangis di cerukan leher Aaron.

Aaron mengangkat tubuh Al tanpa melepaskan pelukan Al di lehernya. Ia berjalan masuk ke mobil, karena ia akan ada pertemuan. Jadi, dia akan membawa Al ikut dengannya. Ucapan Al barusan entah kenapa ia merasa memang seharusnya ia menjaga anak ini.

"Al sayang, coba lepas dulu. Papa mau tanya sama kamu, siapa nama mama kamu dan selama ini Al sama mama tinggal di mana?" tanya Aaron dengan nada suara lembut.

Al mengurai pelukannya dan ia menatap Aaron. "Papa ternyata lebih tampan dari yang ada di foto.

Aaron mengernyitkan dahinya, "foto papa?" tanya Aaron bingung.

Al mengambil handphone dari tas yang dia gunakan kemudian membuka handphoneya. Di layar depan, itu foto Aaron yang masih terlihat culun. Baju di masukkan kedalam dan kacamata.

Aaron membulatkan matanya melihat foto lamanya. "Masih ada enggak sayang?" tanya Aaron seraya memperhatikan layar handphone anaknya itu.

"Masih banyak pa, Al diem-diem ambio foto papa di galery handphone mama. Soalnya mama enggak ijinin Al nyimpen foto papa. Mama cuma kasih satu foto ini saja sama di bantal boneka Al sebagai kado ulang tahun, tahun lalu," jawab Al.

"Boleh papa lihat?" tanya Aaron.

Al pun dengan senang hati membuka galery handphonenya. "Ini pa," ucap Al seraya memberikan handphonenya ke papanya.

"Al pindah duduk dulu ya sayang, papa mau lihay fotonya," ucap Aaron dengan nada suara lembut.

"Iya, pa," jawab Al dan dirinya pun langsung pindah duduk di kirsi sebelah papanya.

Aaron pun menggeser foto-fotonya yang kebanyakan foto dirinya yang ada di club malam. Ada beberapa foto yang ada di kantor mamanya. Ada juga foto sewaktu ia sedang kuliah dan mengobrol dengan temannya. Foto dirinya bersama Cala yang sewaktu itu menggunakan pakain biasa tetapi ia salah fokus dengan foto Al yang berdiri di tengah foto Aaron dengan Cala.

"Kamu mengeditnya?" tanya Aaron seraya menunjukkan foto yang baru saja ia lihat.

"Iya pa, maaf ya pa, Al mengeditnya. Al mau nunjukin ketemen Al, kalau Al juga punya papa. Tapi papa Al sedang bekerja jauh, supaya bisa membelikan mainan untuk Al dan supaya mama tidak bekerja lagi," jawab Al kemudian menundukkan kepalanya. Takut jika papanya tidak suka dengan editannya.

"Tidak perlu meminta maaf sayang, papa memang sedang bekerja untuk bisa membelikan Al mainan dan mama tidak perlu bekerja lagi," ucap Aaron seraya mengusap puncak kepala Al.

"Apa benar dia anakku dengan Cala, tapi ... Cala orang yang suka bermain dengan pria. Memang, semua itu karena ia harus menghidupi dirinya dan ibunya belum lagi membiayai keperluan rumah sakit ibunya. Setelah Cala bertemu dengan dadynya, Cala juga hanya bekerja di perusahaan, tidak pernah bekerja di club malam lagi. Gua juga semenjak pulang ke Indonesia mencari Cala di club itu dan orang yang bekerja di club itu berkata, jika semenjak Cala bertemu dadynya Cala tidak bekerja lagi di sana. Terakhir dia ke club itu sudah beberapa tahun silam. Kalau tidak salah juga ada dirinya di sana menjemput Cala yang mabuk. Para bodyguard yang menemani, tidak ada yang berani membawa Cala dari club itu," ucap Aaron dalam hati.

"Apa aku perlu tes DNA untuk memastikan?" tanya Aaron lagi dalam hatinya.

Dan di sinilah Aaron sekarang yang memperhatikan sang anak. Dia pada akhirnya memutuskan untuk tes DNA dan hasilnya 99,99 % Al memang anaknya. Ia ingin menghubungi Cala tetapi kata anknya, dirinya tidak boleh menghubungi Cala. Kata Grandpa, nanti mama yang akan datang sendiri. Namun, sudah satu bulan lamanya Cala belum datang juga. Ia hanya mendapatkan surat kepindahan sekolah anaknya tepat dua hari setelah anaknya itu datang padanya. Bahkan bukan hanya surat kepindahan melainkan sekolahnya juga sudah di siapkan. Jadi tugas Aaron hanya perlu mengantar anaknya itu sekolah.

Orang tua Aaron hanya tahu jika itu anak Aaron dengan seorang wanita. Orang tuanya sama sekali tidak tahu siapa wanita itu. Awalnya mereka menolak, tetapi setelah melihat bagaimana Al dan interaksi Al pada mereka berdua, akhirnya mereka pun menerimanya.

Bahkan mama Aaron sering sekali ingin mengajak cucunya itu bermain ke luar, tapi tidak di ijinkan sama sekali oleh Aaron. Alasannya, ia masih butuh waktu lebih banyak dengan putranya supaya leboh dekat lagi. Ia tidak mau, jika nantinya Al bercerita tentang Cala dan membuat kedua orang tuanya malah menyakiti Al. Ia tidak mau mengulang kejadian Cala waktu itu. Mendapatkan penolakan dari sang ayah dan di rendahkan oleh papanya.

Touch My He❤rtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang