Hai... apa kabar? Semoga selalu sehat ya.
Udah semingguan ya, enggak up. Maafken... harap maklum ye... masih tahap pemulihan. Jadi up-nya masih belum stabil.Happy Reading....
Cala tersadar dan dia berusaha mendorong tubuh Aaron tetapi ia benar-benar tidak bisa mendorong tubuh Aaron karena tangannya sudah terikat. Aaron menegakkan tubuhnya seraya tersenyum menatap Cala. "Lepasin gua Aaron sialan!" marah Cala.
"Maaf Cala, aku tidak mau kamu berurusan lagi di club malam itu. Papamu sudah memintaku untuk menjagamu."
"Lo enggak ada hak untuk mengatur gua, lepasin gua!" teriak Cala.
Cala pun mengangkat kedua tangannya dan akan melepaskan talian Aaron, sayangnya Aaron segera menarik tangan Cala ke atas kepala kemudian taliannya ia ikatkan ke kepala ranjang.
"Aaron sialan! lepasin gua!" teriak Cala menatap marah Aaron.
"Kenapa kamu mau ke club malam?" tanya Aaron menatap Cala serius.
"Bukan urusan lo!"
"Ibu sudah di rawat oleh Dady, jadi untuk apa lagi kamu pergi ke club malam. Beberap hari saja kamu bisa tanp pergi ke club. Jadi biasakanlah untuk tidak pergi ke club, setelah kita menikah aku tidak mengizinkan kamu pergi ke club."
"Siapa yang akan menikah dengan lo?" tanya Cala sarkatis.
"Kamu yang akan menikah denganku," jawab Aaron dengan santainya.
"Apa yangs sudah pria tua itu katakan hingga lo mau menikah dengan gua?" tanya Cala yang mencoba bergerak siapa tahu ikatannya bisa terlepas. Namun, hanya beberapa detik ia langsung terdiam karena menyadari kebodohannya yang bertanya tentang hal yang tidak penting.
"Dady hanya memintaku untuk menjagamu, tidak ada hal lain yang Dady katakan padaku."
"Bohong! Lo pasti bohong! Laki-laki dari keluarga kaya tidak mungkin mau dengan wanita pela*** seperti gua!" marah Cala.
Wajah Aaron tiba-tiba saja berubah marah, entah kenapa hal itu membuat Cala langsung terdiam dan tanpa sadar , menelan salivanya susah payah. "Kamu bukan pela***!" tegas Aaron dengan wajah marahnya. "Kamu wanita baik dan terhormat!"
"Apa lo gila?" tanya Cala dengan tatapan marahnya. Mendengar ucapan Aaron mwmbuatnya marah. Ia seorang pelacur, dan apa kata Aaron wanita terhormat? Cala tanpa sadar tersenyum mengejek. Apa karena laki-laki yang mengaku sebagai papanya itu kaya maka ia menjadi wanita terhormat. Tidak, Cala tetaplah Cala wanita penghibur laki-laki yang membutuhkan kehangatan ranjang.
"Kamu wanita baik dan terhormat. Menjalani pekerjaan di club malam itu semua kamu lakukan karena mamamu. Jika bukan karena mamamu, kamu tidak akan bekerja di club malam itu!"
Cala menghembuskan napasnya dengan suara mencemooh. "Apa karena laki-laki yang lo panggil Dady itu kaya, maka lo berkata manis seperti itu. Gua pela..." ucapan Cala terhenti ketika Aaron tiba-tiba menyumpal mulut Cala dengan kain yang entah dari mana asalnya. Kemudian mulut Cala di lilit dengan kain panjang sehingga Cala tidak lagi berbicara.
Cala membulatkan matanya dan kakinya yang masih terbebas itu bergerak kesana kemari mencoba melawan Aaron tetapi semua sia-sia karena tidak ada satu tendangan kakinya yang menghentikan gerakan Aaron yang menutup mulutnya. "Dengan begini kamu akan berhenti menyebut hal buruk lagi," ucap Aaron kemudian tersenyum manis.
Aaron turun dari tempat tidur kemudian berjalan ke arah kamar mandi. Cala marah-marah tetapi suaranya tidak keluar, yang keluar hanya suara erangan saja. Cala yang lelah akhirnya berhenti memberontak, tidak ada cara untuk melepaskan diri dari ikatan di tangannya dan sumpalan di mulutnya.
Cala menghirup napas dalam-salam seraya memejamkan matanya. Ia harus tenang supaya otaknya bisa berfungsi. Meredam rasa kesalnya walau sangat sulit. Cukup lama ia meredamnya sampai akhirnya ia tertidur. Untuk meredahkan emosi dan terkadang perasaannya yang tidak menentu ia memang lebih banyak menghabiskan waktu dengan tertidur. Walau ketika bangun terkadang ia masih marah, tetapi rasanya lebih ringan dari sebelumnya.
Aaron keluar dari kamar mandi dengan wajah segarnya karena ia baru selesai membersihkan tubuhnya. Ia berjalan mendekat ke arah Cala yang hanya diam saja. Ia pun langsung panik dan segera mengecek hembusan napas Cala dari hidungnya. Lega, ia lega karena ternyata Cala masih menghembuskan napasnya dengan normal. Perlahan Aaron melepaskan ikatan kain di mulut Cala.
Ia benar-benar hati-hati supaya Cala tidak terbangun. Ia menarik kebawah kain yang melilit mulut Cala ke bagian leher. Kemudian ia melepaskan ikatan di kepala ranjang. Ia tidak melepaskan ikatan di tangan Cala karena ia pikir itu lebih baik supaya Cala tidak akan langsung bergerak ketika ia nantinya bangun.
Aaron keluar kamar dan menutup pintu secara perlahan supaya Cala tidak bangun. Ia pergi berpamitan dengan bibi untuk pulang dan ia meminta para bodyguard mengawasi Cala agar tidak ke luar rumah. Sekitar pukul setengah tujuh malam Cala membuka matanya, sinar lampu membuat ia tidak langsung membuka matanya. Perlahan ia membuka matanya dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan ke retina matanya.
Tangannya terasa begitu kebas, kemudian ia menggerakkan kepalanya untuk melihat suasana di kamarnya. Tidak ada orang sama sekali, ia pun perlahan bangun dari tidurnya. Mulutnya yang terbungkam juga sudah terlepas. Ia kemudian melepaskan ikatan di tangannya menggunakan mulutnya. Ikatannya sudah tidak sekencang tadi, jadi ia mudah melepaskan tali di tangannya.
"Kemana dia?" tanya Cala entah pada siapa.
Cala turun dari tempat tidur kemudian berjalan keluar dari kamar. Rumah terasa sangat sepi, bagaimana tidak sepi jika ia tinggal di rumah itu sendirian. Memang ada bodyguar, tetapi mereka berjaga di luar rumah. Entah kenapa penjagaan di rumah itu bukannya berkurang malah semakin bertambah. Ia sendiri tidak tahu kenapa itu terjadi. Memangnya dia tahanan yang harus dijaga ketat. Ketika ia protes mamanya malah berkata itu untuk keamanannya. Keamanan dari apa? Pertanyaan itu hanya muncul di benaknya tetapi tidak keluar dari mulutnya. Hingga mamanya pergipun ia tidak bertanya, keamanan untuk apa.
Cala memutar kepalanya karena lehernya tiba-tiba terasa berat memikirkan hal itu. Ia pun berjalan ke dapur karena perutnya sudah meronta-ronta ingin di isi. Ia pun membuka tudung saji dan mulai mengisi piringnya dengan nasi dan lauk pauk.
Ia mulai memakan makanannya dengan malas. Rasanya ia tidak berselera untuk makan, tetapi perutnya meronta untuk diisi. Jadi, ia paksakan saja makanan masuk kemulutnya.
Selesai makan malam ia mencuci piringnya setelah itu pergi ke ruang tv. Ia duduk dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Menatap langit-langit ruangan itu. Apa yang terjadi di hidupnya ini benar-benar tidak ia duga selama ini. Kemarin ia harus kerja pagi sampai malam untuk membiayai hidupnya dan ibunya. Demi mengobati ibunya, ia pun rela melayani para pria yang butuh kehangatan. Ia pun juga rela melayani pria yang sudah membuat dunianya hancur karena pemer*** yang ia terima.
Perasaannya antara senang dan juga marah. Senang karena ia bisa beristirahat dari pekerjaannya marah karena kenapa baru sekarang pria itu datang setelah dirinya hancur seperti ini. Andaikan pria yang mengaku ayahnya itu datang lebih awal, mungkin ia tidak mengalami hal buruk dalam hidupnya. Itu sebabnya, Cala begitu dingin ketika berbicara dengan ayahnya dan meminta ayahnya untuk membawa mamanya pulang setelah mamanya sembuh.
Tiba-tiba dadanya terasa begitu sakit. Ia mencengkram pakaian yang ia pakai tepat didadanya seraya menekan dadanya. Rasanya menyesakkan karena rasa marahnya. Kenapa semua harus terjadi sekarang.
Tbc....
Yuhu... Gimana pendapat kalian guys... Salah tidak jika Cala semarah itu dan masih belum menerima ayahnya?
Yuks banyakin komentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch My He❤rt
RomanceWARNING 21+ HARAP MENJAUH YG BELUM CUKUP UMUR, KALAU MASIH MAU BACA JANGAN DI RESAPI. "Sentuh tubuhku sepuasmu, tapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku. Karena hatiku adalah milikku!" Cala Afia. "Aku akan membuat hatimu untukku!" Aaron Ivander ...