25. Sikap Dingin Keisya

494 57 8
                                    

Keisya menghela napas panjang. Lalu, gadis berambut panjang itu melihat jam tangannya kembali. Pukul lima sore, ia sudah harus sampai di lokasi syuting. Sayangnya, tidak ada satu orang pun yang bisa mengantarnya ke tempat tersebut. Opsi lainnya adalah dengan menggunakan transportasi umum yaitu bus Trans Jakarta atau memesan ojol.

"Naik ojol aja lah," gumam Keisya seraya mengotak-atik ponselnya.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara mesin motor yang semakin mendekat. Namun, Keisya sama sekali tak menghiraukan suara bising tersebut. Hingga kemudian, ia tersadar bahwa motor itu berhenti bersuara tepat setelah berada di dekatnya.

Keisya menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia mengernyitkan dahinya dan mulai curiga. Lalu, ia pun menoleh ke belakang. Ia langsung memperlihatkan ekspresi kaget begitu mendapati keberadaan Nuca yang saat itu tengah menampakkan wajah canggungnya.

Keisya memejamkan matanya seraya menghembuskan napas panjang. Jujur, gadis itu sudah memiliki niat untuk sedikit bersikap cuek dan dingin pada Nuca. Ia berusaha sebisa mungkin agar laki-laki itu tidak terganggu oleh Angga lagi. Namun, di saat-saat seperti ini, niat Keisya kembali goyah. Ia benar-benar tidak tahan untuk tidak menyapa remaja laki-laki pemilik bola mata indah nan sayu itu.

"Kei... Kenapa tadi lo nggak ikut belajar kelompok? Mm... chat dari gue juga nggak dibalas," tanya Nuca.

"Terserah gue," sahut Keisya ketus. Beberapa detik kemudian, ia langsung merutuki dirinya sendiri karena aktingnya terlalu berlebihan.

Di sisi lain, Nuca langsung terlihat bingung setelah mendapatkan respon dingin dari Keisya. Padahal, ia merasa tidak mempunyai salah apa-apa terhadap gadis tersebut.

"Maaf!" sahut Keisya dengan masih menampakkan ekspresi judesnya. "Udah buruan balik aja sana! Malah plonga-plongo di sini! Geli tahu!"

Nuca semakin dibuat bingung dengan sikap Keisya. Kenapa tiba-tiba Keisya kembali bersikap seperti dulu saat awal-awal mereka berinteraksi?

"Ya udah kalau begitu. Gue balik duluan ya..." ucap laki-laki itu beberapa saat kemudian.

"Sana!"

Nuca hanya mengangguk kecil seraya menyetarter kembali motornya. Sementara itu, Keisya hanya bisa menyesali perbuatannya di dalam hati setelah memperlakukan Nuca seperti itu. Padahal, kalau dipikir-pikir, Nuca sama sekali tidak pantas mendapat perlakuan tersebut.

Entah mengapa, di dalam lubuk hati Keisya yang paling dalam, ia tidak ingin kehilangan Nuca yang ia kenal sekarang, yakni Nuca yang lebih aktif berinteraksi kepadanya, Nuca yang peduli, serta Nuca yang selalu menawarkan bantuannya. Ia takut, jika sikapnya seperti ini, perlahan-lahan Nuca akan kembali bersikap canggung kepadanya.

"Kanebo kering!!!" panggil Keisya begitu Nuca sudah mengendarai motornya beberapa meter.

Dengan sigap, Nuca langsung menghentikan laju motornya dan menoleh ke belakang - ke arah Keisya. Sementara itu, Keisya berjalan cepat untuk menghampiri Nuca.

"Ada apa, Kei?" tanya Nuca yang secara tidak langsung 'mengiyakan' panggilan kanebo kering itu kepadanya.

Keisya tidak langsung menjawab. Ia melihat ke sekeliling terlebih dahulu. Setelah memastikan bahwa situasi aman, ia pun langsung mengutarakan niatnya.

"Gue mau ke lokasi syuting habis ini. Gue mau naik ojol. Tapi, gue males nunggu lama, apalagi sekarang jam-jamnya macet, belum lagi nanti semisal abang ojolnya gatau lokasinya karena emang daerahnya cukup terpencil, sih. Lo paham maksud gue, kan?" jelas Keisya.

Nuca mengangguk-anggukan kepalanya,

"Bentar, gue ambilin helm di jok dulu," ujarnya lembut.

Laki-laki itu pun segera turun dari motornya dan mengambil helm cadangan di jok motor. Lalu, ia memberikan helm tersebut pada Keisya. Beberapa hari ini, Nuca memang sengaja menyiapkan helm cadangan untuk jaga-jaga.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang