"Nuc, Nuc!" teriak Sam seraya menghampiri Nuca yang saat itu tengah berjalan menuju kelas.
Nuca langsung menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang.
"By the way, tumben lo dateng sepagi ini? Kalau gue kan, emang harus ngapelin adkel-adkel yang kesusahan markirin motor di parkiran," tanya Sam sebelum menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Motor gue mogok. Jadinya, gue terpaksa naik bus. Daripada telat, mendingan gue nyari aman aja. Lo mau apa?" balas Nuca santai.
Entah mengapa, ia sudah tidak merasa was-was jika tiba-tiba Sam menyebarkan gossip tentang dia dan Keisya setelah kejadian kemarin. Mungkin, laki-laki itu sudah mulai terbiasa. Angga juga sudah tidak pernah mengganggunya lagi.
"Lo mau bantuin gue nggak?" tanya Sam yang saat itu membawa sebuah kamera digital.
"Bantuin apa?" Nuca balik bertanya.
"Ini...Kak Ola titip pesen ke Dul buat bikin video kompilasi ucapan semangat ke anak-anak kelas 12 yang mau UN. Tapi, si Dul nggak mau dan nyuruh gue. Lo tau kan...gue paling anti kalau berurusan sama Kak Ola. Enak aja kalau gue susah-susah demi dia," jelas Sam panjang lebar.
Nuca tersenyum kecil. Rupanya, perang dingin antara Sam dan Ola masih belum usai.
"Gimana ya? Sebenarnya, gue juga agak sibuk, sih," ucap Nuca.
Sam pun langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi kecewa. Setelah melihat ekspresi Sam yang melas, Nuca tampak tersenyum puas. Hitung-hitung balasan atas tingkah Sam selama ini.
"Lo kok jahat sama gue sih, Nuc. Sumpah, gue males banget ngeladenin si Ola itu," celetuk Sam.
"Ya udah sini kameranya. Cuma nge-shoot murid-murid di sekolah kita buat ngasih kata-kata semangat aja, kan?" sahut Nuca pada akhirnya.
Sam langsung menunjukkan eskpresi sumringah. Ia pun menyerahkan kamera yang ia bawa kepada Nuca.
"Oh ya, Nuc. Pesannya Kak Ola, kalau bisa dibanyakin ciwi-ciwinya. Ya udah lah ya, itung-itung nyenengin sesepuh itu sebelum minggat dari sini. Oh ya, satu lagi! Jangan nge-shoot Ziva, ya!" pesan Sam.
Nuca hanya tersenyum. Laki-laki itu terlihat sibuk melihat-lihat isi kamera.
"Ee tapi...di sini udah ada videonya Ziva," ujarnya beberapa saat kemudian.
"Sumpah, nyebelin amat! Hapus aja, dah!" suruh Sam.
Nuca menjauhkan kamera yang ia pegang dari Sam untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu anak itu mengambil alih kamera tersebut.
"Makanya...kasih kepastian ke Ziva, biar nggak diserobot Kak Ola," goda Nuca.
"Woah... Lo diajarin siapa dah bisa becandain gue. Awas aja lo, Nuc. Ya udah, ah! Gue mau ke kelas. Jangan lupa kerjain tugas dari gue," ujar Sam seraya beranjak meninggalkan Nuca yang masih asyik dengan kamera.
Ia tidak mengikuti langkah Sam yang sudah beranjak ke kelas duluan. Murid laki-laki itu lebih memilih untuk bermain-main dengan kamera tersebut terlebih dahulu. Kebetulan, saat itu lingkungan sekolah masih lumayan sepi.
Nuca mengarahkan kamera itu ke arah taman yang terletak di tengah-tengah bangunan utama sekolah. Lalu, ia menggerakkannya ke arah beberapa murid yang sedang berjalan di lorong.
Hingga tanpa sengaja, kameranya menyorot ke arah seorang murid perempuan yang saat itu tengah berjalan bersama temannya. Ia terlihat asyik mengobrol dan sesekali tertawa.
Tanpa sadar, Nuca membentuk senyum kecil di wajahnya setiap melihat tawa gadis itu. Sampai-sampai, ia refleks melakukan zoom pada kameranya agar bisa menyorot wajah murid itu dengan lebih jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati
Teen FictionNuca, anak alim, menantu idaman, bahan secret admirer ciwi-ciwi SMA Garuda Sakti, tiba-tiba harus mengalami hubungan rumit di antara dua perempuan populer di SMA-nya. Nuca ingin jatuh cinta. Tapi, bukan seperti ini caranya. Ya, dua perempuan itu, T...