29. Mengungkap Tanpa Berharap

547 64 6
                                    

Tiara benar-benar berangkat sangat pagi hari itu. Ia tidak mau dicecar pertanyaan oleh banyak orang setelah kejadian kemarin sore. Setidaknya, hanya teman-teman sekelasnya yang heboh.

Bicara soal Iqbal, laki-laki itu masih berusaha menghubunginya hingga tadi malam. Pada akhirnya, Tiara mengirim chat untuk Iqbal dan meminta laki-laki itu untuk tidak mengganggunya lagi. Ia juga menyatakan bahwa sikap Iqbal kemarin sangat membuatnya tidak nyaman. Jika Iqbal masih mengganggunya, maka Tiara tidak segan-segan untuk mengeblok nomornya.

Tiara tersenyum kecil seraya mengibaskan rambut hitamnya yang terurai. Entah sejak kapan ia bisa bersikap setenang ini saat menghadapi masalah seperti itu.

"Oh! Jadi ini cewek yang dicari seorang artis top kemarin?"

Tiara menghentikan langkahnya setelah segerombolan murid perempuan menghadangnya. Mereka adalah geng Zara.

"Ternyata, lo diam-diam menghanyutkan ya, Ti. Gue kira Cuma Keisya aja yang bisa semudah itu dapet perhatian banyak orang. Ternyata, lo juga bisa. Nggak nanggung-nanggung lagi," sambung Dinda seraya menatap Tiara dengan sinis.

Tiara menghela napas kesal. Ia benar-benar malas menghadapi gerombolan haus perhatian ini.

"Tapi gue penasaran, gimana lo bisa kenal sama Iqbal? Lo temenan sejak kecil?" tanya Zara.

"Gue minta maaf. Tapi, gue lagi buru-buru ke kelas," jawab Tiara seraya berjalan meninggalkan tiga orang murid perempuan itu.

Namun, Bita yang berada di posisi paling dekat dengan Tiara langsung dengan sigap menahan laju gadis itu. Tiara hanya bisa mendengus kesal karena gagal melengos begitu saja. Lagian, kenapa orang-orang itu sudah ada di sekolah sepagi ini, sih?

"Gue nggak bermaksud ngebully lo kok, Ti. Gue Cuma penasaran aja," ujar Zara seraya mengulungkan senyum lebarnya.

"Iya, tapi sekali lagi gue minta maaf, gue nggak bisa jawabin pertanyaan soal itu," jelas Tiara dengan wajah memohon.

"Star syndrome banget, sih," celetuk Zara dengan tatapan sinis. Lama-lama, ia kesal juga dengan sikap Tiara yang terkesan susah untuk didekati.

Sementara itu, Tiara hanya bisa menahan amarahnya di dalam hati setelah mendengar sindiran Zara tersebut. Ia mencoba maklum mengingat anak itu juga bersikap sama kepada Keisya.

"Woii! Itu kan Tiara!"

Tiara menoleh ke belakang. Beberapa murid berlari ke arahnya dengan wajah antusias. Semakin lama, semakin banyak murid yang mendatanginya. Tiara hanya bisa memasang wajah pasrah karena rencananya untuk menghindari keramaian gagal juga.

"Gue kangen sama lo, Tiara Anugrah," ucap Sam menirukan ucapan Iqbal. Hal itu langsung disambut tawa oleh teman-temannya yang lain.

"Ti, kenapa lo bisa kenal sama Iqbal?"

"Ti, lo pacarnya Iqbal?"

"Ti, nomor telponnya Iqbal berapa?"

Tiara memijat-mijat kepalanya. Ia sudah pusing duluan menghadapi teman-temannya tersebut. Namun, ia harus memberikan penjelasan kepada mereka agar tidak terkesan sombong.

"Tiara nggak mau ngasih tahu, guys. Itu kan privasi," sahut Zara yang tiba-tiba berdiri di sebelah Tiara. Nadanya terkesan menyindir.

"Arghh!!! Nggak seruu!!!"

"Jangan pelit info dong, Ti."

"Iqbal pacar gue, kenapa lo selingkuh?"

"Kalian kenapa, sih?"

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang