13. Sebuah Tanda Tanya

1.1K 128 32
                                    

Tiara melangkah memasuki hall utama Studio Palem Kemang yang dijadikan lokasi showcase peluncuran album pertama Lyodra. Ia berjalang paling belakang di antara teman-temannya yang lain. Saat mereka berenam datang, suasana sudah cukup ramai. Tiara berharap, Iqbal maupun Lyodra tidak me-notice keberadaannya. 

"Ayo, Ti," kata Nuca yang saat itu berdiri di tepat di depan Tiara. Ia melihat ke belakang untuk memastikan bahwa gadis itu tidak tertinggal rombongan.

Tiara mengulungkan senyum kecilnya. Ia pun mempercepat langkahnya dan berjalan di sebelah Nuca.

"Woi, space depan masih ada yang kosong, tu! Ke sana, yuk!" ajak Sam dengan suaranya yang keras. Hal itu membuat beberapa orang yang ada di sekitarnya langsung menoleh ke arah anak itu karena merasa terganggu. Beberapa dari mereka juga menampakkan ekspresi kesalnya.

"Antusias boleh, tapi jangan malu-maluin juga, bocil..." sahut Ziva.

Sam langsung auto nurut begitu mendengar ucapan Ziva. Lalu, ia pun mengambil inisiatif untuk pergi ke barisan depan agar lebih dekat dengan panggung. Sementara itu, Ziva mengikuti remaja laki-laki itu dari belakang.

"Yuk guys, kita ke sana juga," ajak Novi.

"Iya, mumpung belum rame banget, nih," sambung Keisya.

Sebelum memberikan respon, Nuca menoleh ke arah Tiara yang saat itu hanya diam saja. Ia ingin mendengar pendapat dari Tiara terlebih dahulu.

"Gimana, Ti?" tanya Nuca.

Tiara masih belum terlalu ngeh dengan pertanyaan Nuca. Dari tadi, ia juga tidak terlalu memperhatikan percakapan teman-temannya.

"Gimana Nuc?" Tiara balik bertanya.

"Mau ke depan?" tanya Nuca.

Tiara melihat ke arah panggung. Saat itu, belum ada siapa-siapa di atas panggung kecuali band pengiring. Lalu, ia mengarahkan pandangannya ke Sam dan Ziva yang saat itu berada tepat di depan panggung. Jika Tiara berada di sana, otomatis keberadaannya akan semakin terlihat jelas.

"Gimana, Ti?" kali ini giliran Keisya yang menanyai Tiara.

"Kalian ke depan aja, gue di sini. Perut gue agak sakit soalnya," ujar Tiara berbohong.

"Pantesan dari tadi lo keliatan nggak semangat. Nuc, temenin Tiara di sini, ya? Gue sama Keisya mau ke depan," sahut Novi.

"Nggak usah. Nuca bareng sama kalian aja. Nanti kalau misalnya gue ke toilet, takutnya Nuca malah sendirian. Apalagi ini rame banget, kalau gue nggak bisa nemuin Nuca lagi gimana?" timpal Tiara.

"Tapi, Ti... Ya udah, biar gue yang temenin lo aja kalau gitu," Keisya menawarkan diri.

"Nggak usah, Kei. Serius. Gue tau kalian mau have fun di sini. Lagian, Lyo kan temen kalian. Harusnya, kalian ngasih support di barisan paling depan," elak Tiara.

Ia berusaha meyakinkan Keisya dengan ekspresi wajahnya. Gadis itu juga mencoba tersenyum lebar agar Keisya percaya bahwa ia akan baik-baik saja.

"Ya udah, deh. Tapi, kalau lo kenapa-napa, bilang ya," pesan Keisya.

"Siap, Bu Bos!" sahut Tiara mantap.

Keisya tersenyum kecil. Lalu, ia pun berjalan menuju barisan depan panggung bersama Novi dan Nuca. Sementara itu, Tiara langsung menghela napas lega karena tidak harus berdiri di barisan \depan.

"Apa kabar semuanyaaa?"

Semua mata penonton langsung tertuju ke atas panggung begitu mendengar suara host yang membuka acara malam itu. Tak lama kemudian, seorang remaja perempuan dengan dress warna salem selutut melangkah memasuki panggung. Ia terus mengulungkan senyum lebarnya sehingga menambah kesan elegan pada dirinya.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang