Iqbal memperhatikan wajah Tiara yang saat itu duduk tepat di sebelahnya. Dari tadi, gadis itu terus melihat ke arah jendela. Padahal, tidak ada yang perlu diperhatikan dari jalanan kota Jakarta yang memang selalu sesak penuh kendaraan itu.
Iqbal memperlambat kemudinya karena jalanan cukup ramai. Selain itu, ia juga ingin mengajak Tiara bicara agar suasana bisa lebih cair. Meskipun hubungan mereka sudah membaik dibanding malam sebelumnya, Iqbal tetap merasakan bahwa Tiara masih bersikap dingin kepadanya.
"Lo kepikiran sama kata-kata cewek tadi, ya?" tanya Iqbal.
Tiara menegakkan kepalanya setelah sebelumnya ia menyandarkannya pada jendela mobil. Lalu, ia menatap Iqbal yang saat itu sedang menanti jawabannya.
"Cewek siapa?" tanya Tiara.
"Temen lo tadi, yang teriak-teriak. Intinya, dia bilang kalo ada yang suka sama lo," jawab Iqbal dengan nada cemburu.
"Dia cuma bercanda, kok," timpal Tiara.
Setelah mendengar hal itu, Iqbal langsung tersenyum lega.
"Bal," panggil Tiara beberapa saat kemudian.
"Hmm?"
"Besok-besok gak usah anter jemput gue lagi, ya."
Iqbal menoleh ke arah Tiara dengan wajah penuh tanya.
"Kenapa?"
"Gue tahu lo punya niatan baik. Tapi, gue nggak suka dikasihani," jelas Tiara.
Iqbal tertawa kecil seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Maksud lo gimana sih, Ti?" tanyanya meminta penjelasan. "Apa lo nggak nyaman sama gue?"
"Enggak, Bal," bantah Tiara.
"Lha terus kenapa? Kenapa akhir-akhir ini pemikiran lo aneh banget? Lo berusaha menghindari gue di saat sebelumnya hubungan kita baik-baik aja. Apa...lo suka sama orang lain?" tanya Iqbal menginterogasi.
"Bal... Kenapa pertanyaan lo ke mana-mana? Gue cuma ngerasa...kalau gue jadi orang yang menyedihkan di deket lo. Lo yang tahu semua cerita lengkap tentang gue. Gue nggak suka aja kalau diperlakukan sebagai orang yang harus terus dikasihani," jelas Tiara panjang lebar.
"Ti...gue nggak pernah nganggep lo kayak gitu. Gue bener-bener..."
"Tapi lo selalu jadiin hal itu sebagai alibi untuk terus berada di deket gue," Tiara memotong perkataan Iqbal yang belum selesai.
Iqbal menghembuskan napas panjang. Ia mulai frustasi menghadapi sikap Tiara yang akhir-akhir ini sulit untuk ia lunakkan.
"Temen-temen lo di sekolah pasti juga bakal bersikap kayak gini setelah tahu cerita lo," ujar Iqbal.
"Bal!" panggil Tiara dengan nada marah.
"Kenapa? Nggak mau nerima faktanya? Ti...gue di sini bisa nerima lo apa adanya. Sementara temen-temen sekolah lo belum terbukti. Bukan nggak mungkin kan kalau mereka ninggalin lo setelah tahu latar belakang lo?" tutur Iqbal.
Tiara menatap Iqbal tak percaya. Ia tidak menyangka jika kata-kata yang terkesan menjatuhkan itu keluar dari mulut sosok yang ada di depan matanya tersebut.
Tiara sakit hati? Tentu saja. Ia sudah ingin melupakan cerita-cerita mengenai masa lalunya. Ia juga tidak suka jika seseorang memberi tahu kemungkinan terburuk jika cerita-cerita itu tersebar lagi.
"Bal...berhenti," pinta gadis itu dengan suara lirih. Matanya terus menatap tajam ke arah laki-laki yang sedang fokus menyetir itu.
"Nggak mau," tolak Iqbal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati
Teen FictionNuca, anak alim, menantu idaman, bahan secret admirer ciwi-ciwi SMA Garuda Sakti, tiba-tiba harus mengalami hubungan rumit di antara dua perempuan populer di SMA-nya. Nuca ingin jatuh cinta. Tapi, bukan seperti ini caranya. Ya, dua perempuan itu, T...