Nuca terbangun dari tidurnya setelah mendengar dering telepon di ponselnya. Karena masih libur, laki-laki itu memutuskan untuk kembali terlelap setelah menunaikan sholat Subuh. Ternyata, Sam meneleponnya berkali-kali.
Nuca mendesah kesal. Anak itu memang selalu saja mengganggunya bahkan saat libur sekolah sekalipun.
"Ada apa?" tanya Nuca dengan suaranya yang masih serak.
"Keisya nginep di rumah lo, ya?" Sam balik bertanya. Nadanya terdengar antusias.
Karena Nuca masih setengah bangun, ia tidak terlalu syok setelah Sam menanyakan hal tersebut. Apalagi, matanya masih sangat mengantuk. Setengah dari dirinya masih berada di alam mimpi di mana ia sedang melamar Nashwa Zahira.
"Woi! Cepetan jawab! Kalau nggak jawab PKI!" todong Sam.
"Hmmm?"
Tok! Tok! Tok!
Tak berselang lama, terdengar ketukan pintu di kamar Nuca.
"Nuca!!! Kata Bunda, kamu disuruh ke ruang makan. Bubur kacang ijonya udah jadi, mumpung masih panas!"
"Wah... Itu kan suaranya si Keisya? Jadi bener, dong!" sorak Sam.
Nuca langsung tersadar. Rupanya, Sam mengetahui keberadaan Keisya di rumahnya. Entah siapa yang membocorkan informasi tersebut. Laki-laki itu hanya bisa pasrah karena setelah ini teman-teman satu sekolahnya akan semakin menjadi-jadi.
"Cieee... Ceritanya latihan jadi mantu, nih," goda Sam.
Nuca langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Sam. Ia benar-benar tidak mau berurusan dengan anak itu untuk saat ini. Toh, Sam pasti hanya berniat untuk meledek Nuca. Bertelepon dengan anak itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga saja.
Karena aroma bubur kacang hijau buatan sang mama sudah tercium, laki-laki itu pun memutuskan untuk segera keluar dari kamarnya. Saat itu, Keisya tengah berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum lebar.
Namun, Nuca hanya memasang wajah datar. Ia pun bergegas menuju ruang makan untuk menyantap bubur kacang hijau buatan Mama Gia. Tak lama kemudian, Keisya datang menghampiri Nuca di ruang makan. Gadis itu juga berniat untuk menyantap bubur kacang hijau yang sudah disiapkan mama Nuca.
Mereka berdua tidak terlibat pembicaraan selama beberapa menit. Sebelum akhirnya, Nuca berinisiatif untuk berbicara pada Keisya. Kebetulan, saat itu, hanya ada mereka berdua di ruang makan.
"Maaf. Tapi...lo harus segera balik ke rumah, Kei. Kasihan orang tua lo," ucap Nuca dengan sangat hati-hati.
Keisya langsung memasang wajah datar. Padahal, beberapa detik yang lalu, raut mukanya tampak ceria setelah menyantap bubur kacang hijau buatan Mama Gia yang memang super lezat. Bukannya Keisya enggan membahas orang tuanya, gadis itu hanya tidak tahu harus berbuat apa.
"Terus...gue harus ngalah lagi sama mereka gitu? Asal lo tahu, mama nyuruh gue buat ikutan casting film. Gue dah bener-bener penat dengan semua alur yang dibuat mama. Gue pengen bisa menikmati kehidupan layaknya remaja lainnya," Keisya mulai terbuka akan masalahnya.
Nuca mengangguk kecil. Kini, ia paham mengapa Keisya enggan kembali ke rumahnya, termasuk alasan gadis itu menangis di halte bus. Nuca sendiri tidak tahu harus memberi saran apa.
"Tapi... Lo nggak mungkin di sini terus, kan? Orang tua lo pasti juga bakal nyariin," kata Nuca pelan.
"Mereka nyariin gue pasti juga buat maksa-maksa lagi," balas Keisya ketus.
"Ya...setidaknya, untuk saat ini, kalian saling memperbaiki hubungan dulu. Lalu, kalian bisa bicara baik-baik soal itu," Nuca mencoba memberi saran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Hati
Teen FictionNuca, anak alim, menantu idaman, bahan secret admirer ciwi-ciwi SMA Garuda Sakti, tiba-tiba harus mengalami hubungan rumit di antara dua perempuan populer di SMA-nya. Nuca ingin jatuh cinta. Tapi, bukan seperti ini caranya. Ya, dua perempuan itu, T...