7. Saat Kau Lelah dan Tak Berdaya

1.3K 115 39
                                    

Keisya menghela nafas lega setelah sampai di rumahnya. Gadis itu bergegas menjatuhkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tengah. Malam itu, ia baru saja kembali dari acara grand opening salah satu butik milik teman sang mama. Keisya menjadi salah satu penampil di acara tersebut. Tak lama kemudian, Mama Bunga, ibu Keisya, datang menghampiri putri tunggalnya setelah memarkirkan mobil yang ia pakai untuk pergi bersama Keisya.

"Mau minum apa?" tanya Mama Bunga.

"Ga usah, Ma. Nanti aja," sahut Keisya.

Mama Bunga menganggukkan kepalanya. Lalu, senyum lebar muncul dari wajahnya yang tampak awet muda meskipun sudah menginjak kepala empat. Sepertinya, ada suatu hal yang ingin ia katakan pada Keisya.

"Kei..." panggil Mama Bunga.

"Hm?" sahut Keisya.

"Mama udah daftarin kamu untuk ikut casting film remaja," ujar Mama Bunga antusias.

Keisya langsung memasang ekspresi datar setelah mendengar hal tersebut. Lalu, ia melihat wajah mamanya dengan ekspresi penuh tanya.

"Mama serius?" tanyanya.

"Iya sayang," sahut sang mama dengan wajah sumringah.

Keisya mengalihkan pandangannya. Lalu, ia menghela nafas panjang sebelum kembali berbicara pada sang mama.

"Ma, maaf. Tapi, untuk kali ini, aku nggak mau," ujarnya.

Eskpresi Mama Bunga yang awalnya terlihat antusias langsung berubah. Kini, giliran ia yang memasang wajah penuh tanya. Selama ini, Keisya memang selalu mengikuti segala arahan sang mama. Jadi, ketika Keisya memberikan penolakan untuk pertama kalinya, beliau langsung heran.

"Kenapa?" tanya Mama Bunga.

"Aku capek, Ma. Selama ini, aku udah menuruti semua arahan Mama. Tapi, aku dah mulai dewasa, aku juga punya keinginan sendiri," jawab Keisya tegas namun tetap sopan.

"Maksud kamu apa, ha? Kamu nggak akan nurutin Mama lagi?"

"Bukan nggak mau nurut, Ma. Tapi, aku juga punya pilihan sendiri. Selama ini, aku udah ngikutin semua kemauan Mama mulai dari ikut lomba nyanyi, masuk tim dance, les matkul, ikut kontes modelling, dan masih banyak lagi. Apa aku nggak boleh punya pilihan sendiri?"

Mama Bunga tertawa kecil. Entah mengapa, aneh rasanya saat Keisya mengungkapkan hal tersebut dengan nada bicara cukup tinggi. Selama ini, putrinya memang hampir tidak pernah melakukan hal tersebut.

"Terus...kamu maunya apa?" tanya Mama Bunga.

"Aku nggak akan ikut casting film. Aku bakal fokus aja di les matkul untuk semester dua nanti. Tahun depan, aku udah kelas 12. Aku pengen fokus mengejar impian aku di bidang akademik. Nanti kalau aku terlalu sibuk sama hal lain, gimana kalau aku jadi satu-satunya orang yang gagal di sekolah? Mama nggak mau juga, kan?" jelas Keisya.

"Kamu serius? Kamu cuma bakal fokus di akademik? Kamu itu punya banyak bakat Kei. Kamu juga cantik. Sayang kalau kamu nggak memaksimalkan hal itu," sahut Mama Bunga.

"Ma, rezeki udah ada yang ngatur. Mama nggak perlu khawatir. Aku dah cukup dewasa untuk bertanggung jawab atas pilihan aku sendiri."

"Ya sudah! Kalau kamu nggak mau nurutin perintah Mama, Mama termasuk Papa akan lepas tangan. Mama akan melihat usaha kamu sendiri. Gimana? Deal?"

Keisya terlihat tidak menyangka setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut mamanya. Bahkan, matanya sampai berair.

"Ma... Maksud Mama apa? Kenapa Mama ngomong kayak gitu? Apa salah kalau Keisya punya pilihan sendiri? Apa Mama pikir selama ini Keisya nggak capek?" tanya Keisya dengan suara bergetar. Air matanya pun mulai jatuh.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang