23. K for Keisya

708 93 39
                                    

Nuca terlihat sibuk merapikan buku-buku di sebuah meja yang saat itu disusun berderet dengan sebuah meja lain. Sesekali, ia melirik ke arah jam dinding di ruangan itu. Sudah 10 menit berlalu sejak waktu seharusnya ia dan beberapa temannya berkumpul di ruangan tersebut. Nuca dan teman-temannya memang sudah berjanji untuk melakukan belajar kelompok di sebuah ruangan kecil yang menjadi bagian dari ruang musik.

Hingga tak lama kemudian, pintu ruangan kecil tersebut terbuka.

"Haloo Nuc!" sapa Sam riang. Saat itu, remaja tersebut membawa satu buah buku tulis.

Nuca hanya tersenyum menanggapi sapaan Sam. Lalu, ia kembali meneruskan aktivitasnya. Kali ini, ia menghapus tulisan di papan tulis. Kemudian, ia juga mencoba menulis di whiteboard untuk memastikan bahwa spidol yang akan dipakai tersebut masih mempan.

"Yang lain belum datang, Nuc?" tanya Sam yang saat itu langsung menduduki salah satu kursi.

"Belum, Sam," jawab Nuca. Kali ini, ia memutuskan untuk mengakhiri aktivitasnya sebelumnya dan duduk di sebelah Sam.

"Gue rajin juga ya ternyata. By the way, mumpung yang lain belum datang, bantuin kerjain tugas remidi gue, dong," ujar Sam seraya menggeser buku tulisnya ke arah Nuca.

Nuca hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia pun mulai membantu Sam dan mengerjakan beberapa soal sebagai tugas remidi.

"Udah gue kasih contohnya, soal-soal lainnya hamper sama tipenya," kata Nuca beberapa saat kemudian.

Sam melihat buku catatannya yang sudah terisi coretan Nuca. Wajahnya sedikit kecewa karena Nuca hanya mengerjakan satu soal dan menuliskan beberapa rumus. Namun, mau bagaimana lagi, kalau Sam meminta lebih, itu sama dengan tidak tahu berterima kasih.

"Haloooo guysss!!!"

Suara nyaring itu terdengar begitu keras seiring dengan pintu ruangan yang terbuka. Saat itu, Keisya muncul di balik pintu seraya mengulungkan senyum lebarnya. Kemudian, ia menoleh ke belakang dan memberi kode pada seseorang untuk mengikutinya masuk ke dalam.

"Assalamualaikum," ucap Keisya dengan nada semangat.

"Waalaikumussalam," jawab Nuca.

"Haloo teman-temanku tersayang!!!"

Nuca langsung refleks melihat ke arah pintu setelah mendengar suara tersebut. Saat itu, Ziva muncul dari balik pintu seraya memberikan senyum cerahnya. Namun...tunggu!

Saat itu, Ziva tidak sendirian. Ia bersama dua orang lagi, yaitu Tiara dan Novi.

Tiba-tiba saja, irama jantung Nuca jadi tidak karuan setelah melihat keberadaan Tiara. Ia benar-benar tidak menduga jika gadis itu mengikuti kegiatan belajar kelompok yang merupakan inisiatif dari Sam dan Keisya. Lagipula, seandainya keikutsertaan Tiara adalah karena ajakan Keisya, gadis itu pasti sudah diberitahu jika Nuca akan menjadi mentornya. Keisya sendiri memang yang meminta Nuca menjadi mentor atas saran dari Sam.

Tiara sempat melihat ke arah Nuca selama beberapa detik sebelum kemudian mencoba bersikap biasa saja. Ia juga memilih kursi yang tidak dekat dengan Nuca. Namun, Nuca yang saat itu berada di kursi paling pojok tidak bisa menahan untuk tidak melihat ke arah Tiara yang saat itu berada di ujung yang lain. Ia hanya ingin melihat bagaimana keadaan Tiara sore itu.

Tahan, Nuc. Mata...mata...dijaga.

Nuca menghela napas panjang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia juga mengucap istighfar di dalam hati.

"Argh..." desah Sam cukup keras di tengah suasana hening yang terjadi di ruangan itu.

"Kenapa, Sam?" tanya Nuca.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang