31. Keputusan Tiara

778 53 11
                                    

Pagi itu, Keisya masih terdiam di sebuah bangku taman. Sejujurnya, ia masih overthinking dengan kejadian kemarin saat Sam memergokinya. Meskipun Keisya sudah mengaku pada Nuca secara langsung, namun ia takut hal itu menyebar ke mana-mana. Keisya benar-benar belum siap menghadapi kegaduhan yang akan terjadi, apalagi jika sampai gengnya Zara mengetahui hal tersebut.

"Ish... Kenapa gue malah jadi overthinking gini, sih?" omel Keisya pada dirinya sendiri. Ia pun memutuskan untuk bergegas bangkit dari duduknya dan pergi ke kelasnya.

Namun, sebelum sempat melangkah, ia melihat kedatangan Nuca. Laki-laki itu sepertinya juga ngeh dengan keberadaan Keisya. Saat itu, Nuca yang berjalan menyusuri lorong di dekat taman tidak menunjukkan sikap hendak menghindari Keisya.

"Nuc, wajah lo kenapa?" tanya Keisya setelah melihat wajah Nuca dengan seksama.

Nuca yang saat itu menutupi kepalanya dengan tudung jaket langsung mengalihkan wajahnya dari Keisya. Namun, bukan Keisya namanya jika tidak bertindak. Gadis itu melangkah mendekati Nuca. Ia melihat sisi kanan wajah Nuca yang saat itu terlihat memar. Meskipun Nuca sudah berusaha menutupinya, tetap saja bekas memar itu terlihat nyata.

"Lo diapain lagi sama orang?" tanya Keisya dengan wajah cemas.

"Gue...nggak papa kok, Kei," jawab Nuca.

Keisya menghela napas panjang. Sungguh jawaban yang sangat mainstream.

"Lo pikir gue bakal percaya? Gue curiga kalau ini kerjaannya Angga atau Iqbal," ujar Keisya beberapa saat kemudian.

"Tapi kalau Angga kayaknya nggak mungkin, deh. Akhir-akhir ini dia dah nggak ngerusuhin lo lagi, dia juga dah mulai sibuk sama tim basketnya. Gue lebih curiga sama Iqbal. Beberapa waktu yang lalu dia juga hampir mukul lo," lanjutnya panjang lebar.

Namun, Nuca langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. Gerakan tangannya juga mengisyaratkan bahwa tuduhan Keisya tersebut tidak benar.

"Kei, gue bener-bener merasa asing sama dua orang yang nonjok gue kemarin. Jadi, lo jangan berasumsi macam-macam terlebih dahulu," sanggah Nuca.

Keisya menunjukkan smirk-nya.

"Lo itu nggak pernah nyari masalah sama orang lain. Jadi, bisa dipastikan kalau pelakunya nggak jauh-jauh dari orang-orang itu!" tegasnya.

Nuca hanya bisa menundukkan kepalanya. Sebenarnya, pernyataan Keisya benar juga. Selama ini, dia tidak pernah mencari masalah dengan orang lain. Di sisi lain, Keisya hanya bisa memandangi Nuca yang saat itu menunjukkan ekspresi sendunya. Mungkin, laki-laki itu merasa frustasi akan hal-hal yang menimpanya akhir-akhir ini.

"Ikut gue, yuk," ajak Keisya beberapa saat kemudian. Nada bicaranya terdengar sangat lembut dan penuh afeksi.

"Ke mana?" sahut Nuca.

"Gue mau obatin luka lo. Gue yakin, lo pasti nyembunyiin luka itu dari orang tua lo. Iya, kan?"

Nuca hanya tersenyum kecil setelah mendengar tebakan Keisya. Ia hanya bisa mengiyakannya dalam hati. Setelah itu, laki-laki itu pun berjalan mengikuti langkah Keisya.

"Gue nggak ada maksud buat bikin lo baper. Gue cuma baik sama lo. Gue juga berharap...lo bakal biasa aja ke gue kayak gini...untuk seterusnya," bisik Keisya pada Nuca.

***

"Ti, lo ngeliatin apa?" tanya Sam pada Tiara yang saat itu tengah berdiri mematung di lorong sekolah.

Tiara langsung terkejut dengan kedatangan Sam yang tiba-tiba bak jelangkung. Namun, gadis itu memilih untuk menghiraukan pertanyaan Sam. Pandangan matanya pun kembali terarah pada Nuca dan Keisya yang saat itu tengah berjalan beriringan di lorong.

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang