Ost. Ailee | Is You
*_*
Sejauh apapun kamu melangkah, rumah lah yang akan tetap menjadi tempatmu pulang.
Bolehkah aku menjadi rumah itu?
*_*⭐⭐
Malam ini malam terakhir bagi kita~ Untuk mencurahkan rasa rindu di dada
Esok aku akan pergi lama kembali~kuharapkan agar engkau sabar menantiHeiiyyyaaahhh!!
Teriakan Bintang menggema memenuhi kamar hotel, menciptakan suasana berisik yang mengganggu kaum rebahan sepertiku. Aku sampai ingin mengungsi ke kamar sebelah jika aku tak malu.
"Bintang! Mbok ya pakek celana dulu kalau mau manggung!" teriakku sekuat tenaga untuk mengalahkan suara speaker yang begitu nyaring.
"Hah! Apa! Gak kedengaran! Gue budek seketika!" balasnya yang membuatku kesal.
Rasanya seperti berbicara saat naik motor. Akunya ngomong apa, dianya hanya hah! heh! hoh! sambil manggut-manggut.
Bagaimana aku tidak kesal, Bintang berdiri di sofa dengan satu kaki berada di kepala sofa dan handuk yang terlilit di pinggang serta baju yang diputar layaknya seorang koboy, Bintang berteriak menyanyikan lagu Malam Terakhir. Tak lupa dengan musik keras yang dia putar. Aku hanya takut kalau-kalau handuk yang dia pakai terlepas. Apalagi dia hanya memakai celana dalam.
"Yah ... kok lo matiin sih musiknya?"
"Lagian siapa suruh lo gak dengerin gue." Kumatikan saja musiknya karena kesal sekali. Aku ingin rebahan dalam mode tenang saja tidak bisa.
"Ck. Apa lagi sih?" decaknya kesal.
"Pakek dulu celana lo kalau mau manggung kayak gitu! Emang lo gak malu kalau handuk lo tiba-tiba melorot?"
"Kagak," balasnya yang membuatku melongo.
Sakit jiwa atau bagaimana sih dia ini. Atau waktu lahir otaknya kesetrum belut listrik makanya agak konslet?
"Kalau lo gak malu, ya gue yang malu lah!"
Bintang turun dan melangkah ke arahku. Spontan aku melangkah mundur menjauhinya. Tidak tau mengapa, tapi tiba-tiba tatapan Bintang terasa berbeda. Tatapannya lebih tajam namun dalam. Aura Bintang yang berbeda membuatku gugup sekaligus takut.
"Kenapa harus malu? Bukannya kita udah halal?" ucapnya yang membuatku semakin takut.
Aku terus melangkah mundur seiring langkah Bintang yang semakin maju mendekat. Hingga kurasakan punggungku membentur dinding. Ketika aku ingin melangkah ke samping, tiba-tiba tangan Bintang menghadangnya membuatku terkungkung di antara kedua tangannya. Aku tidak tau mengapa, tapi aku yang biasanya sangat berani kini tiba-tiba nyaliku menciut. Aku benar-benar merasa gugup sekaligus takut.
Wajahnya semakin mendekat. Sampai bau pasta gigi pepsodent yang dipakainya masuk ke indra penciumanku. Glup. Aku menelan saliva susah payah saat kulihat tetesan air dari rambutnya yang masih basah jatuh mengalir ke dadanya yang bidang.
Meski Bintang beberapa kali bertelanjang dada memamerkan dada bidang dan roti sobeknya, tapi aku tak pernah sama sekali memperhatikan atau menghiraukannya. Namun berbeda dengan saat ini jarak kami yang begitu dekat membuatku mau tidak mau harus melihat secara langsung. Ditambah dia hanya mengenakan handuk sebatas pinggang!
Kurasakan rahangku perlahan ditegakkan hingga mataku bertemu dengan manik hitam milik Bintang. Aku semakin gugup dibuatnya. "L-lo mau apa?"
"Gue mau melakukan apa yang seharusnya gue lakukan, Lan." Suara Bintang terdengar berat dan sial, itu justru terdengar sexy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Wife (Completed)
RomanceBintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering terpaku pada buku. Bintang bukanlah guru yang disiplin, tegas, apalagi rajin. Dia guru paling santu...