🌚 Cuap-cuap Author

1.3K 31 0
                                    

Author ada bawa cerita baru nih.
Ini baru prolognya yah😉
Jangan lupa mampir, vote dan komen😘

Segenggam Bahagia Untuk Aeera

Segenggam Bahagia Untuk Aeera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐💐

"Kal, kebahagiaan bukan tentang apa yang terlihat di luar. Tapi, kebahagiaan itu dirasakan oleh hati dan dinikmati oleh diri."

__Aeera Lova Gemani__

💐💐

Kebahagiaan adalah hal yang paling dicari oleh kebanyakan jiwa yang hidup. Ada sebagian orang terlahir dengan nasib yang mujur, semenjak bernafas di dunia ia telah memiliki banyak kebahagiaan dan kebanggaan dari banyak orang.

Namun, tak sedikit jua orang yang terlahir dengan segala jenis kekurangan. Terlahir dengan ribuan panah luka yang menggoresnya, bahkan sejak pertama kali ia mengembuskan nafas.

Lalu, apa makna bahagia untukmu? Apakah rumah yang mewah dan megah? Apakah kekuasaan dan jabatan yang tinggi? Apakah uang yang berlimpah? Sebagian orang akan menjawab bukan. Kata mereka, "Bahagia itu cukup dengan hati yang bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan."

Namun, pada kenyataannya semua itu masih menjadi hal yang paling mereka kejar dalam hidup. Kata-kata 'bahagia itu yang penting bersyukur' hanya menjadi tameng bijaksana. Kata-kata yang hanya terucap di mulut.

Lalu, apa arti bahagia yang sesungguhnya? Jawabanya ikhlas. Ikhlas untuk menerima apapun yang diberikan Tuhan. Ikhlas dengan rencana Tuhan yang tak sesuai dengan keinginan. Ikhlas dengan banyaknya kehilangan. Ikhlas dengan segala luka yang diterima. Ikhlas memaafkan orang-orang yang berkali-kali menyakiti.

"Air, apa kamu gak pernah merasa sedih? Mereka begitu kejam, mereka mengambil setiap hakmu," tutur seorang laki-laki berusia sekitar delapan belas tahun. Ada nada marah dalam kata-katanya, marah pada keadilan. Keadilan yang hanya di peruntukkan bagi kaum yang berkuasa.

Gadis yang akrab dipanggil Air itu menggeleng, bibirnya melengkung tulus, "Air gak pernah sedih, Kal. Air bahagia dengan apa yang Air jalani saat ini."

Laki-laki yang bernama lengkap Ikal Lintang Saputra itu menoleh, menatap gadis di sampingnya. Aeera Lova Gemani. Gadis paling tangguh yang pernah Ikal kenal.

Gadis berparas ayu itu masih setia menatap aliran sungai yang deras. Rambutnya yang panjang gelombang melambai tertiup angin. Pipinya yang putih tampak kemerahan. Bukan karena bersemu, bukan. Tapi karena tamparan yang cukup keras baru saja mendarat di sana.

Ikal meraih pundak Air, membuat mata mereka saling beradu. Gadis itu hanya diam saat Ikal mengelus pipinya. "Apakah sakit?" tanyanya.

Air menggeleng kemudian menunduk. Melepaskan tangan Ikal dari pipinya.

"Bukankah Air sudah bilang, Air gak papa, Ikal gak perlu khawatir," geram gadis itu lantaran laki-laki di depannya selalu memaksanya untuk pergi dari rumah.

"Aku gak mau kamu kenapa-napa, Air. Kamu gak bahagia di sana. Mereka semua monster, Air, bukan manusia." Ikal kembali berusaha membujuk gadis itu untuk mengerti.

Hal yang paling rumit menurut Ikal adalah perasaan perempuan. Ikal tak pernah gagal dalam memahami setiap pelajaran di sekolah. Namun, Ikal selalu saja gagal memahami perasaan makhluk yang disebut perempuan.

Mereka tahu mereka disakiti. Bahkan mereka tahu mereka tidak bahagia, tapi mereka tetap bertahan dalam keadaan toxic. Keadaan yang menyakiti diri mereka sendiri.

"Kal, kebahagiaan bukan tentang apa yang terlihat di luar. Tapi, kebahagiaan itu dirasakan oleh hati dan dinikmati oleh diri. Air ikhlas menjalani semuanya, maka dari itu Air bahagia," tuturnya.

Ikal hanya bisa mengembuskan nafas pasrah. Jika sudah begini, Ikal hanya bisa menjaga Aeera dari jauh. Melindungi sahabat kecilnya itu diam-diam.

"Baiklah, sekarang kamu pulang. Senja sudah hampir tiba, nanti para monster itu mengamuk," ucap Ikal yang disambut tawa kecil oleh Aeera.

"Hihi ... Ikal gak boleh ngomong gitu, bagaimanapun mereka keluarga Air," sahut Aeera mengerucutkan bibirnya.

Tangan laki-laki itu mengacak gemas rambut Aeera, membuat si empunya menatap sebal.

"Sudah-sudah, jangan menatapku seperti itu. Pulanglah, ingat untuk memberitahuku jika terjadi sesuatu," pesannya yang diangguki oleh Aeera.

Gadis dengan bibir yang selalu melengkung indah itu melangkah mundur menjauh dari Ikal. Ia melambaikan tangannya, kemudian berbalik. Kaki rampingnya melompat kecil menikmati perjalanan menuju
rumah. Sebuah bangunan megah yang tak pantas disebut rumah.

Bukankah definisi rumah adalah tempat berlindung? Tempat terhangat untuk pulang? Namun, bagaimana jika sebuah rumah justru menjadi bangunan yang kosong? Menjadi saksi bisu akan luka seorang gadis rapuh yang berusaha kuat.

"Bagus ya, sudah berani pulang selarut ini." Suara dingin namun tajam menyambut Aeera ketika membuka pintu rumah.

"Ibu ..." lirihnya gemetar menatap wanita di depannya.

Tangannya mengerat menggenggam kantong plastik yang dibawanya. Ia sudah ikhlas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bibirnya ia gigit kuat, menahan rasa perih saat tangan itu menarik kuat rambutnya. Dihempaskannya tubuh ringkih itu di lantai yang dingin. Gadis itu hanya bisa menunduk pasrah. Menerima setiap tamparan dan pukulan di tubuhnya.

"Aeera harus kuat," gumamnya menahan rasa perih di pipinya.

Rasa perih yang semakin menjadi, tatkala luka baru mengenai luka lama yang bahkan belum mengering. Hingga tamparan yang begitu keras merenggut kesadarannya, Aeera masih tak ingin meneteskan air mata.

💐💐

Hello readers kesayangan Author😘
Author bawa cerita baru nih, yuk ramaikan💥💞
Cerita ini mengandung bawang, pelajaran hidup dan bagaimana menghargai orang sekitar kita🤗

Jangan lupa taburkan komen dan votenya😍😍

Salam sayang❣️

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang