🌚 Jarak

750 49 1
                                    

Ost. Langit Sore | Rumit

-*-
Bukannya aku tak percaya, hanya saja rasa percayaku sudah habis.
-*-

-*-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐

"Sepertinya gue udah jatuh cinta sama lo," ucapku tanpa aba-aba.

"Gue juga cinta sama lo, Bu," balasnya masih dengan senyum manisnya. Bintang mendekatkan wajahnya kearahku. Membuat manik kami lagi-lagi bertemu. Dia semakin mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh bibirku.

"Bu! Bu! Bangun, gue bawain makanan." Mataku langsung terbuka lebar merasakan goncangan di lenganku. Aku menatap ke arah samping, di mana Bintang duduk sambil membawa sebuah kotak.

Apa tadi aku bermimpi? Aku masih terus menatapnya, tanganku terulur menyentuh bibirku yang kering. Benarkah hanya mimpi? Namun, mengapa terasa begitu nyata? Sentuhan Bintang benar-benar terasa nyata.

"Lo kenapa? Pengen gue cium?" Bintang menatap mesum membuatku merinding dan langsung menarik tanganku yang masih menempel di bibir. Syukurlah jika hanya mimpi, itu artinya perasaanku untuknya juga hanya dalam mimpi.

"Lo bawa apa?" Aku mengalihkan perhatiannya. Menatap kotak makanan yang dia bawa.

"Gak ada makanan lain, gue bawain martabak. Nih," Bintang menyodorkan sekotak martabak itu padaku.

Aku menerimanya dengan senang hati. Aku memang sangat menyukai jajanan ini.

Aku membukanya dan langsung menyantapnya begitu lahap. Aku memberikan sepotong untuknya, tapi ia menolak. Dia justru mengambil handponnya dan memotretku yang tengah asik dengan martabakku. Aku mengabaikannya. Toh, seperti apapun aku tetap akan terlihat jelek di matanya.

"Dasar, muka aja sok galak, kelakuan masih kayak anak kecil." Bintang terkekeh pelan.

Tangannya terulur menyentuh ujung bibirku yang terdapat sisa coklat dari martabak yang kumakan.

Dia dengan telaten membersihkan dengan jarinya tanpa merasa jijik sedikit pun. Aku bergeming menatap Bintang yang begitu serius membersihkan bibirku. Bahkan dia mengelap bibirku yang berminyak dengan jarinya.

Deg! Kembali jantungku berdetak begitu cepat. Jantungku mulai tak aman sepertinya. Menatap Bintang dengan jarak sedekat ini, begitu terasa berbeda. Ditambah kelakuannya yang berubah belakangan ini, menciptakan pertanyaan besar dalam benakku. Dia kenapa?

"Lo harus belajar untuk makan martabak yang bener supaya nggak belepotan gini. Kalau nanti kita udah pisah, yang bantu lo ngelapin bekasnya siapa? Gue gak mau lo disentuh cowok lain," ujarnya tenang namun berhasil menciptakan letupan-letupan besar di hatiku.

Aku mengalihkan wajahku darinya, menatap lurus ke depan, "G-gue kan bisa sendiri," ucapku gugup. Bintang hanya mengulas senyum tanpa membalas apa-apa. Ia segera menyalakan mobil dan melanjutkan perjalanan.

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang