Ost. Ungu cover Jemimah | Cinta Dalam Hati
*-*
Kalau Cinta ungkapkan saja, sebelum terlambat dan keduluan kumbang lain.
*-*
⭐⭐Akhirnya, setelah berjam-jam berkutat dengan laporan-laporan yang tak ada habisnya, kini aku bisa sedikit meluruskan punggungku yang terasa begitu kaku. Merenggangkan otot-ototku yang terasa tegang. Cacing-cacing di perutku sudah berdemo untuk diberi makan. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan waktu makan siang.
Aku melangkah ringan keluar dari ruanganku menuju kantin yang tersedia di kantor. Biasanya, aku memang tidak makan di kantin, aku lebih suka mencari makan siang di luar. Namun, entah mengapa aku saat ini sangat malas untuk pergi ke luar.
Sesak dan ramai. Inilah yang tidak terlalu aku sukai dari kantin kantor, aku harus melakukan pekerjaan yang paling menyebalkan, yaitu menunggu. Menunggu antrian untuk mengambil makan siang. Ada berbagai varian makanan yang tersedia, mulai dari makanan khas Indonesia, Jepang bahkan sampai makanan barat. Semua tersedia lengkap di sini.
Setelah lelah menunggu antrian yang layaknya rel kereta api, akhirnya giliranku untuk mengambil jatah makan siang. Aku memilih makanan khas Nusantara untuk makan siangku, aku tidak terlalu menyukai makanan luar. Cintailah produk dalam negeri. Misalnya aku.
Mataku menulusuri seluruh isi kantin, mencari meja kosong untuk tempatku mengisi perut. Mataku terkunci pada gerombolan staf yang berjumlah sekitar lima orang yang kurasa bukan dari divisi keuangan. Aku melihat ada sebuah kursi kosong di sana. Aku ragu untuk melangkahkan kakiku, tetapi jika tak di sana aku harus makan di mana? Lantaran semua tempat telah terisi penuh.
Dengan langkah berat, aku menghampiri mereka. Aku berdehem untuk menarik perhatian mereka yang tengah asik dengan obrolan mereka.
"Boleh saya duduk di sini?" tanyaku meminta persetujuan mereka.
Mereka terdiam sejenak sebelum mengangguk canggung menatapku. Mungkin mereka sungkan padaku, atau karena tahu akan reputasiku di kantor ini. Entahlah, aku tak peduli.
"Terima kasih," ucapku dengan tersenyum tipis pada mereka.
Aku lantas mendudukkan bokongku di kursi kosong, tepat di samping seorang gadis dengan nametag bertuliskan Sarah. Gadis itu cukup manis menurutku.
Sementara di sisi kiriku dua oang gadis yang kurang lebih seumuran dengan Sarah, melirik canggung ke arahku secara bersamaan. Dan di depanku dua orang gadis yang kurasa seumuran denganku buru-buru menghabiskan makanannya.
Suasana menjadi hening, tak ada yang melanjutkan obrolan semenjak aku datang. Aku merasa tak enak karena mengganggu kenyamanan mereka.
Satu per satu di antara mereka pergi, termasuk Sarah. Menyisakan diriku sendiri di meja yang cukup untuk lima sampai enam orang ini. Bukan hal baru lagi untukku jika aku ditinggalkan. Aku sudah terbiasa sendiri berteman dengan sepi. Aku kembali melahap makananku, tak menghiraukan pandangan yang begitu menusuk dari para karyawan kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Wife (Completed)
RomanceBintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering terpaku pada buku. Bintang bukanlah guru yang disiplin, tegas, apalagi rajin. Dia guru paling santu...