🌚⭐ Bintang dan Bulan

1.7K 110 8
                                    

-*-
Jangan terlalu benci dengan seseorang,
Karena benci dan cinta cuma beda kata
-*-

-*-Jangan terlalu benci dengan seseorang,Karena benci dan cinta cuma beda kata-*-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐

Beberapa hari sebelumnya ....

Sinar mentari pagi merambat menerangi kamar seorang laki-laki berusia sekitar 24 tahun. Hari minggu seperti ini memang menjadi rutinitasnya untuk bangun saat jarum pendek dan panjang jam dinding tepat menunjuk ke angka dua belas. Namun, rutinitas itu sepertinya harus berakhir saat seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar.

Nori, wanita paruh baya yang tetap cantik di usianya yang menginjak 40 tahun, menatap putranya yang tengah memanyun-manyunkan bibirnya dengan jijik. "Mimpi apa anak ini," gerutunya.

"Banjir ... banjir! Tolong gue sama Lisa Blackplink kelelep!" teriak Bintang saat Nori mengguyurkan seember air dingin ke tubuhnya.

"Banjir-banjir! Ilermu tuh yang bikin banjir kasur. Buruan bangun! Kebiasaan kalau hari minggu bangunnya siang," omel Nori sambil berkacak pinggang di depan putra tunggalnha yang sudah duduk dalam keadaan setengah basah.

"Yaelah Mami ... ganggu Bintang mau ciuman sama Lisa Blackpink!" kesal Bintang lantaran mimpi indahnya harus berakhir karena Maminya.

"Blackpink-blackpink, belekmu itu loh segede jigong, Bin! Sudah-sudah, daripada kamu halu aneh-aneh, mending bantuin papi kamu nglahirin kuda sana!"

"Sejak kapan batang papi berubah jadi lobang, Mi. Mana kuda lagi keluarnya," ucap Bintang sambil mengucek matanya.

"Mulut kau ya, minta dirukiyahin! Maksud mami kuda papi kau yang lahiran. Udah cepat sana, keburu kau yang dimasukkan ke dalam perut kuda!"

Nori menyeret putranya yang ogah-ogahan itu. Dengan langkah berat, Bintang menuju ke kandang kuda yang berada di halaman belakang rumahnya.

Rumah Bintang memang sangat besar dan luas. Rumahnya terdiri dari tiga lantai dengan halaman depan dan belakang yang berukuran masing-masing 100m². Papi Bintang yang seorang pecinta hewan itu, menyulap halaman belakang rumah menjadi kebun binatang. Ada berbagai jenis hewan yang dipeliharanya, di antaranya kuda, sapi, kambing, kelinci, bahkan ada peternakan semut.

Saking sayangnya pada hewan, papi Bintang tidak pernah membunuh nyamuk. Saat ada nyamuk yang menempel menghisap darahnya, dia akan mengelusnya dan berkata dengan lembut, "Hisap yang banyak, Muk. Biar kau cepat gede ya."

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kegilaan Bintang menurun dari papinya.

Bintang memperhatikan papinya yang tengah mengurut perut kuda yang sedang menahan sakit lantaran melahirkan itu. Bintang jadi teringat jika itu maminya yang berjuang melahirkannya. Bintang tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya. Maka dari itu, dia selalu menanamkan satu prinsip dalam dirinya.

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang