🌚 Bin, Pulanglah!

1K 55 1
                                    

Ost. Sunjae | I'm Missing You

*-*
Rindu yang paling berat, rindu pada orang yang tak merindukan balik.
*-*

*-*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⭐⭐

“Buk, Ibuk bangun ... sudah pagi.”

Guncangan di lenganku membuatku terbangun. Mataku mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinaku. Ternyata sudah pagi.

“Apa Tuan sudah pulang?” tanyaku pada gadis di depanku.

“Belum, Buk,” jawabnya.

Ternyata ia tak pulang. Aku menelan bulat-bulat kenyataan yang terasa begitu pahit. Itu artinya Bintang menjaga Michele semalaman.

Aku terbangun dengan kepala yang sangat berat.Tanganku memijit pelan pelipisku, berusaha mengurangi rasa pusing yang begitu hebat mendera. Aku beranjak dari sofa dengan langkah yang terhuyung. Mungkin aku akan jatuh jika Siti tak memegangi lenganku.

“Ibuk ndak papa?” tanya Siti, rautnya nampak cemas.

“Saya gak papa.”

“Tapi Ibuk kelihatan pucat, Siti panggilin dokter ya?”

Aku menggeleng lemah, “Saya baik-baik saja, lebih baik kamu kembali bekerja saja.”

Gadis itu nampak ragu, tapi tetap menurut dan meninggalkanku untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Langkah pelanku membawaku menaiki anak tangga menuju lantai atas.

Aku menatap sesosok wanita berbalut kemeja berwarna cream dengan bawahan rok sebatas lutut dengan warna yang senada di depan cermin. Matanya terlihat membengkak, hasil dari menangis semalam. Kepalaku masih terasa berdenyut, meski sudah tak sepusing pagi tadi.

Semalam, dengan air mata yang tak berhenti mengalir aku memutuskan menunggu Bintang di ruang tamu. Mata sembabku tak perlah letih menatap pintu bercat putih. Berharap akan ada suara ketukan yang menandakan kepulangan Bintang. Namun, sampai pagi pun tak pernah kudengar suara itu. Bintang tak pulang ke rumah.

“Ibu mau pergi kerja?” tanya Siti saat melihatku sudah rapi menuruni tangga.

Aku hanya mengangguk membalasnya.

“Tapi Ibu kelihatan kurang enak badan,” ungkapnya.

“Saya gak papa. Pusing gak akan membuat saya kenapa-napa,” balasku meyakinkan gadis itu.

Matanya tampak menatap ragu ke arahku, tapi kemudian kembali mengerjakan pekerjaannya. Menyiapkan sarapan untukku, sepiring nasi goreng dan segelas susu.

Selesai sarapan, aku melangkah ke luar menuju garasi. Mengeluarkan sepeda motor kesayanganku dan melaju meninggalkan halaman rumah.

Ban sepeda motorku melaju membelah jalanan kota Jakarta yang padat. Pukul 07.30 aku sampai di area kantor. Kuparkirkan sepeda motorku di area khusus sepeda motor. Di mana sepeda motor para cleaning service dan satpam berjejer. Mungkin hanya dirikulah karyawan yang masih menggunakan sepeda motor ke kantor.

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang